Bab 14

"Memang benar ada yang aneh sejak kehadiran gadis itu tadi, apa kau tahu didalam kamar mandi sana sudah aku pastikan tidak akan pernah ada orang didalamnya. Tapi sebelum tanganku menyentuh ujung pengait pintu itu suara gemericik air deras begitu jelas terdengar dan sesekali terdengar suara tawa nyaring tadinya. Dan benar-benar aneh, setelah aku buka dengan penuh keyakinan kamar mandi itu terlihat kosong kering dan tak ada sisa percikan air disana sayang. Padahal sebelum aku masuk jelas-jelas suara itu tengah asyik bermain air didalam sana. Tadinya aku berpikir bahwa aku sedang berimajinasi tapi aku yakin tidak karena mentari masih menyising begitu tinggi diluar."

Casandra menyampaikan semua perasaan aneh dan ganjilnya terhadap Taslim. Suaminya itu hanya mampu duduk di tepi ranjang dengan mengaitkan semua cerita sang istri.

"Jika memang itu benar, apakah Erick sekarang dalam kondisi yang berbahaya?" ujar Taslim dengan wajah gelisah.

Mendapati perkataan Taslim, Casandra sebagai ibu tak kalah risau wajahnya ketika memikirkan nasib sang putranya yang kini berada dalam pengawasan Nancy.

"Mari kita selamatkan putra kita pa!"

"Tidak ma, ini terlalu berbahaya. Kita lihat perkembangannya sejauh apa nantinya."

Setelah keduanya berbincang, ternyata suara yang tadinya hanya mampu didengar oleh Casandra kini mampu didengar oleh Taslim juga. Suara tersebut kembali hadir didalam kamar mandi, bahkan sekarang suara itu terkesan menghina keduanya.

"Taslim Taslim dan kau Casandra, kalian berdua begitu bodoh . Hihihi." suaranya menggema hebat di iringi suara tawa jenaka.

Sontak Casandra menarik ujung baju milik Taslim dan kini ia sudah duduk sedekat mungkin dengan sang suami.

*

*

*

"Sayang, ayo turun dan ikut denganku!" ajak Nancy dengan manjanya.

Keduanya lantas menuruni mobil dengan bersamaan, tak lupa tangan mereka bergandengan sepeti tak punya malu. Kini keduanya tiba dirumah Christian.

"Mari ikut saja denganku ke kamar sayang!" perintahnya.

Layaknya boneka hidup, setiap perkataan Nancy nyatanya mampu membuat luluh Erick dan menjalankannya segera.

"Sayang, apa itu kau?" sapa Felicia dari balik punggung keduanya.

Mereka berhenti sejenak dan membalikkan pandangannya kepada Felicia.

"Iya adikku sayang, ini kami." sapa sang kakak dengan bahagianya.

"Erick?"

"Sedang apa kau bersama dengan kakak?"

Erick hanya tersenyum sinis sambil memainkan kunci mobil.

"Kita mau urus surat pernikahan, eh satu lagi tentunya surat perceraian juga untukmu nantinya." jelas Nancy dengan licik.

Bagaikan disambar petir siang bolong, Felicia begitu terkejut dengan hal yang ia yakini tak mungkin terjadi diucapkan seringan itu oleh sang kakak.

"Tidak, itu tidak mungkin kan sayang?" tanyanya dengan panik dan air matanya sudah hampir berlinang.

Tapi Erick malah menunjukan gestur tubuh yang jauh lebih nyaman bersama dengan Nancy ketimbang dirinya.

"Sayang , ayo jawab. Katakan semua itu tidak benar Erick!" teriaknya sambil terus merebut posisi tangan Erick dari Nancy.

Hingga pada akhirnya ia harus terjatuh dengan satu kali dorongan kasar dari Erick, pemuda yang tadinya ia sebut sebagai suami kini sudah berubah menjadi orang asing baginya. Bahkan Feli beranggapan jika dia bukanlah Erick suaminya yang sesungguhnya.

"Ada apa ini ribut-ribut!" teriak Christian.

Lelaki itu mendapati satu putrinya sudah jatuh tersungkur di lantai dengan penuh derai air mata.

"Nancy, apa yang terjadi dengan adik mu?" seperti tak percaya jika sang putri tertua membiarkan adiknya mendapatkan perlakuan kasar itu.

Tapi Nancy kali ini sungguh tak memperdulikan lagi teriakan itu, rasanya ia ingin membalas dendamkan semua rasa sakit hatinya yang terjadi dihari pernikahan Felicia kemarin.

"Dia manja ayah, Erick mendorongnya karena tak suka denganya lagi !"

"Apa kau bilang?"

"Tak suka lagi?" Christian menggertakkan rahangnya dengan tatapan kebencian.

"Beraninya kau ungkapkan itu pada putriku, apa dirimu sudah lupa dengan janji suci pernikahan kalian berdua kemarin boy!"

Lelaki itu nampak maju dan menarik ujung kerah baju milik Erick sambil menepuk nepuk ringan pipi Erick dengan garangnya. Tentu hal itu akan dilakukan oleh semua ayah, jika mengetahui putrinya akan dipermainkan serendah itu oleh lelaki yang tadinya sudah berjanji untuk berkomitmen bersama-sama.

Tanpa diduga , Erick mendorong tubuh sang mertua dengan tidak sopanya disana. Bahkan tangan yang tadinya menarik ujung kemeja miliknya dibuang dengan kasar olehnya.

"Hentikan om, inilah kehidupan yang sebenarnya. Semua datang silih berganti, dan apa om tahu jika anak polos itu telah membuat luka yang begitu besar dihati Nancy pada hari pernikahan kita . Tidak bukan?"

"Yah ini dia Nancy , mantan Erick sejak dulu. Bahkan cinta pertama Erick, tapi sejak kehadiran Felicia ditengah hubungan kami. Kisah cinta kami berdua harus kandas tak tersisa om!" ujar Erick lantang menyerukan suaranya.

Hal itu membuat Felicia semakin terpuruk, memang benar adanya karena ialah hubungan itu harus kandas tapi sekali lagi ia yakin jika Erick yang berdiri saat ini bukanlah Erick yang sebenarnya.

Nancy tersenyum sumringah penuh kemenangan.

"Dan kau sayang, apa kau juga ingin berkhianat kepada adik mu satu-satunya?"

Felicia memberikan kode dengan gelengan kepala, tapi hal lain justru ditunjukkan oleh Nancy. Ia mengangguk dengan pasti dihadapan papa dan juga adiknya Felicia.

"Tidak kak, please jangan lakukan itu padaku!" pintanya histeris dengan tangisan.

Hati Crishtian begitu ngilu dan berdetak lebih cepat kalah menyaksikan kekejaman Nancy pada sang adik. Hanya berselang hitungan detik, Christian melemas baju bagian dadanya dengan erangan yang begitu sakit dan kedua mata terbelalak.

"Nan-cy..." panggilnya dengan merintih.

Hal itu sama sekali tak menggentarkan niat hati Nancy dan Erick disana. Keduanya tak perduli dengan keadaan Christian dan berlalu naik ke Atas untuk mengambil semua surat penting dan baju milik Nancy.

"Kak, kakak tolong papa!" teriak Felicia dengan menopang tubuh besar Christian.

Masih dengan sikap dingin yang sama, gadis itu menyeret kopernya lebih cepat dari sebelumnya tanpa menoleh satu kali pun kepada keduanya.

"Kakak, kau tega sekali menghancurkan semuanya!" isak tangis Feli dengan sesak mengiringi kepergian Nancy bersama dengan Erick.

Hanya terpaut lima menit selang kepergiannya, kini Irene berkunjung ke rumah Nancy. Semenjak kejadian hal-hal buruk dalam dirinya sejak hari itu, ia memutuskan untuk mencari keberadaan Nancy dan ingin menceritakan segalanya disana.

Gadis itu tadinya ingin memencet bel rumah tersebut, tapi urung saat mendengar rintihan tangis Felicia yang sejak tadi juga meminta pertolongan.

"Feli, ada apa ini?" wajah Irene begitu panik melihat kondisi Christian.

"Kak Irene, tolong papa kak. Aku benar-benar tak tahu!" Felicia dengan mudah mengenali sahabat kakaknya yang sudah sangat lama itu.

"Mana kakakmu!" tanya Irene penuh dengan selidik.

Bersambung 💛

...----------------...

...Mampir ke sini ya!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!