Bab 8

Mata keduanya sontak tertuju pada sebuah box yang tengah berada dalam gendongan Erick saat itu , keduanya menatap penuh curiga tatkala tangan Erick mulai bergetar sambil terus menopang kotak tersebut.

"Apa itu?" Seru Alma yang selangkah maju lebih dekat dengan menantunya.

"Tidak ma!" sahut Erick dengan wajah kaku dan juga rasa takut.

Tapi Alma terus melangkahkan kakinya hingga tiba tepat berdiri di depan Erick.

"AKU BILANG JANGAN MA!" Bentak Erick dengan kerasnya yang sontak membuat Alma begitu terkejut atas ulahnya.

"Hei ada apa ini?" tegur Christian yang wajahnya juga seketika meradang melihat sikap kurang ajar Erick terhadap istrinya.

Di sisi lain , Felicia masih saja ketakutan dengan tubuh yang meringkuk.

"Sorry!"

"Tapi, tapi aku sudah memperingatkan mama untuk tidak lebih dekat dariku!" ujar Erick sekali lagi yang masih bisa mengendalikan dirinya meski jauh didasar hatinya begitu ketakutan .

Karena merasa sangat kesal , Christian mengambil alih kotak tersebut secara paksa dari tangan sang menantu.

"Kemarikan!" ucapnya dengan tegas dan wajah kesal, sementara Alma masih terduduk di tepi ranjang milik Felicia.

Ia masih tak habis pikir , bahwa menantunya yang baru kemarin sore itu sudah sangat berani menaikkan nada bicaranya terhadap dirinya.

Mendadak suasana menjadi tegang saat Christian mulai membuka satu bagian sisi kotak tersebut.

"Please pa! "

"Jangan dibuka..." pinta Erick kembali yang hampir saja frustasi untuk menghentikan kedua mertuanya yang sama sekali tak menanggapi ucapannya sedikitpun .

Semakin menjerit dan menjadi kala kotak itu sedikit lagi terbuka lebar, yah Feli saat ini nampak seperti orang tak waras.

Ada sedikit keraguan dihati Christian tatkala memandang wajah polos ketakutan sang putri yang sejak tadi menegang. Ia rasanya tak tega untuk melanjutkannya lagi. Tapi dari arah yang tak terduga datang Alma yang masih diselimuti rasa keingintahuan yang begitu besar pada box yang sejak tadi dilindungi oleh Erick.

"Srakk!" Kini kotak itu telah berpindah tangan ke Alma.

Ia tinggal melanjutkan satu bagian sisi kotak yang masih belum terbuka disana, tanganya dengan cepat meraih ujung kotak tersebut hingga terbuka lebar. Sesuai dugaan Erick jika mertuanya akan sangat terkejut setelah mendapati isi kotak tersebut.

Dengan keras Alma melempar kotak itu hingga melayang di atas kepalanya , tapi masih ada keaneahan yang sama sekali tak dapat dipikir dengan nalar Erick. Isi kotak tersebut menghilang, dan hanya tersisa serpihan kertas putih memanjang dengan tulisan "Mati kau!"

Tulisan merah kehitaman menimpa kertas putih bersih yang berisikan pesan mengerikan. Masih dengan wajah tegangnya, Erick terkejut bukan main hingga ia kembali terjatuh hingga tersungkur ke lantai terseok-seok.

"Se setan!" imbuhnya dengan panik. Sedangkan Alma sudah shock berat di samping Christian yang tengah memeluk Felicia.

Mendengar keributan semakin parah di kamar Feli, kini Nancy memutuskan untuk kembali masuk kedalam kamar tersebut dengan perasaan yang juga tak kalah takutnya.

Masih dengan memutar jemari tanganya berulang kali , ia melihat kondisi dikamar Felicia.

"Sayang, syukurlah jika kau baik-baik saja." terang Christian yang mencoba meraih tubuh Nancy dengan lengan kirinya.

Nancy tak percaya jika kiriman dari Gimbo berhasil memperkeruh keadaan seisi rumah dengan cepatnya. Tak perlu menunggu hitungan hari, ilmu hitam tersebut bekerja dengan hebatnya sesuai tepat sasaran.

"Akan aku bawa ibu untuk turun dan beristirahat dikamar." Ucap Nancy yang mencoba mengalihkan pikirannya yang hampir saja ikut gila dan larut dalam suasana tersebut.

Alma masih berjalan dengan tuntunan tangan Nancy dengan tatap mata yang kosong, wanita itu bahkan tak lagi bersikap kasar pada putrinya.

"Bu..." sahut Nancy yang menggerakkan tanganya berulang kali dihadapan wajah Alma, tapi sama sekali tak mendapatkan respon dari ibunya.

Setibanya di lantai bawah, Nancy menemukan Imah yang baru saja membereskan serpihan gelas kaca miliknya yang beberapa waktu lalu terjatuh berhamburan di lantai.

"Bi Imah, habis ini tolong temani mama ya!" pintanya .

Imah mengangguk sambil berlalu membawa nampan coklat untuk meletakkan terlebih dahulu serpihan gelas tersebut. Nampan itu Imah letakkan tepat disebelah penanak nasi, dan memiliki jarak yang masih jauh dengan tepi meja. Belum jauh ia melangkah , nampan itu kembali terjatuh hingga menjadi serpihan kecil.

"TRANG!" Nampan beserta isinya terurai ke lantai.

"Bi , bibi." panggil Nancy dengan cepat.

"Iya non, maaf bibi mau bersihkan lantai dapur sebentar." sahutnya dengan nada tersengal setelah berlari.

Nancy paham jika benda itu kembali terjatuh ketika Imah sudah melangkah maju beberapa langkah ke depan .

"Sudah biarkan, biar saya aja yang periksa." timpalnya yang kemudian beralih dari kamar Alma setelah meletakkan sang ibu di atas ranjang.

Didalam rumah itu, hanya tinggal dua orang saja yang masih mengendalikan hati dan pikirannya dengan baik. Christian dan Nancy, Ayah dan anak itu sama-sama memiliki hati yang begitu keras hingga tak mudah terbawa suasana.

*

*

*

"Apa aku harus menghubungi Irene untuk semua hal ini?" gumam Nancy yang hatinya begitu berkecamuk ingin menghubungi sahabatnya , ia bahkan sadar jika mungkin perkataannya kemarin begitu melukai hati Irene.

Tapi, tak ada yang tahu melainkan Irene tentang semua rencana gilanya tersebut. Kali ini ia benar-benar dalam posisi tersudut hingga tak dapat berbicara yang sebenarnya pada siapapun.

"Sayang..." panggil Christian yang turun membawa Feli beserta Erick dengan wajah yang sama dengan Alma. Bahkan kondisi Feli begitu menyedihkan, wajahnya teramat depresi.

"Iya ayah." sahut Nancy.

"Bawa adik mu ke kamar, Ayah akan duduk bersama dengan Erick." terangnya.

Setelah usai menyerahkan Feli pada Nancy, Christian kini duduk bersama dengan Erick. Ia mulai berbicara dengan begitu serius terhadap anak mantu yang baru saja menjadi anggota keluarganya tersebut.

Christian sedikit mengangkat dagunya dengan topangan kedua tanganya, ia juga terlihat berpikir keras. Hal apa yang sekiranya tepat ia sampaikan dalam situasi seperti ini pada Erick.

"Erick!" Christian memulainya penuh dengan ketegasan, kali ini ia berbicara tanpa menatap wajah Erick sedikitpun.

"Katakan padaku, apa sebelum kau menikah dengan Felicia putriku memiliki seorang musuh?"

"Tidak pa!" sambut Erick dengan tatapan lesu.

Christian kembali menghentikan tutur katanya sembari berpikir keras. Lantas hal apa yang pernah anak menantunya lakukan hingga Felicia harus terkena getahnya seperti ini.

"Begini, atau barangkali kau telah menyakiti seorang wanita?"

"Mungkin tepatnya seorang gadis yang mungkin barangkali dulu menyukai dirimu, dan kini ia engkau tinggalkan begitu saja dengan pernikahanmu kini !"

Perkataan Christian sontak mengejutkan Erick dengan pandangan terperangah, ia tak pernah berpikir sejauh itu. Bagaimana mungkin jika kakak Felicia akan mampu bertindak nekat untuk adik kandungnya sendiri.

...----------------...

Bersaambung 💛

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!