Memandang Senja

Sore setelah kegiatan penyidikan serta nongkrong bareng Pak Polisi, saat senja mulai muncul, saat sedikit tanda kebahagiaan di depan mata, begitulah namanya kebenaran. Seharian jiwa ini mampu menghadapi semuanya, dan tampaknya masalah pemerkosaan hanya buah bibir belaka. Hasil analisa, kasus ini tidak bisa dilanjutkan, karena Kayla menolak di visum. Saka keluar dari kantor polisi, melangkah untuk sebuah kebebasan.

Duduk di pinggir kolam dengan wajah bahagia, perasaan damai, hari esok akan kembali cerah. Mendung segera berlalu, ujian akan segera dimulai, pendaftaran SNMPTN telah di buka dan masalah akan segera usai. Memandang patung Lakipadada yang tampak gagah, dengan membawa sebilah parang Toraja. Saat ini, lembayung senja sedang menyelimuti bumi. Matahari mulai melenyapkan eksistensinya. Seakan mengerti ini adalah waktu untuk membiarkan Saka melupakan masalah sejenak, lalu menikmati senja.

Saka terpana olehnya, pemandangan sore hari nan indah, senja yang berwarna jingga serta langit yang berwarna merah keunguan. Ingin segera pulang, namun menunggu jemputan Bang Sakti. Dia masih belum selesai piket UGD, maklum dokter internship yang bertugas pada putaran di bagian UGD, selesai sekitar pukul 17.00 wita. Artinya Saka masih harus menunggu enam puluh menit lagi, sambil cuci mata menikmati kecantikan gadis-gadis toraja joging di sore ini.

Saka menatapi rumpunan bambu di samping Gereja Sion, tampak indah dengan burung merpati beterbangan di sekitarnya. Mata elang Saka memandangi daun-daun hijau yang saling bersentuhan karena angin. Sesekali melirik para gadis yang lari kecil di pinggiran kolam. Saka berharap ada harapan baru untuk memulai langkah, setelah kejadian hari ini. Semua kekhilafan, masalah akan di kubur dalam-dalam bersama sebuah kenangan.

Tiba-tiba lamunan Saka dihentikan suara seseorang yang mengusap punggungnya, "Saka, jangan melamun saatnya membuat rencana baru, bagaimana tadi proses penyidikannya?" Tanya Sakti antusias.

"Alhamdulillah lancar Bang, tapi sepertinya malah diajak curhat sama Pak Polisi," Jawab Saka sambil tersenyum.

"Alhamdulillah, Abang ikut senang, semoga semuanya akan berjalan lancar. Oh ya kenapa Saka tidak bawa motor? Bukankah tadi ke sekolah naik motor?"

"Iya Bang, motornya masih di parkiran sekolah, karena tadi Saka di jemput sama Pak Polisi. Mau naik angkot lupa tidak bawa uang." Jawab Saka sambil nyengir cengengesan.

"Ups! Tadi Abang lupa mau mengantarkan dompet Saka, yang masih di atas meja," Tutur Sakti sambil menatap Saka yang cengengesan.

"Santai Bang Sakti, tadi makan siang di traktir Pak Polisi, sambil ngobrol tidak jelas."

"Wow, sekarang Bang Sakti traktir makan batagor mau?"

"Ayo Bang, Saka juga sudah lapar, nungguin Bang Sakti terlalu lama." Jawab Saka antusias.

Sakti dan Saka berjalan mendekat pada abang penjual batagor yang mangkal di pinggir kolam. Kemudian menikmati batagor khas Bandung dengan saus kacang yang pedas manis, terasa begitu nikmat. Sesekali mereka berdua bercanda, melepas rindu karena sebulan lalu Saka numpang di rumah Yuda. Meskipun waktu itu Sakti juga sering datang memberikan motivasi, memberi saran dan membawakan makanan buat adiknya. Mereka saling tatap dalam keheningan, diam merasakan kehangatan kasih sayang saudara sedarah.

"Bang, kenapa diam-diam? mirip orang pacaran saja," Tanya Saka memecah keheningan.

"Umm, abang bahagia dik, kita bisa selalu bersama, rasanya rindu berat setelah satu bulan kamu ngekos di rumah Yuda, rindu di ejek kamu Saka, "

"Itulah Bang, hidup itu sebenarnya mudah bukan? Jika rindu, datangi. Jika suka, bilang. Jika sayang, tunjukan. Jika salah, betulkan. Jika cemburu, tekankan dan jika cinta, perjuangkan. Namun, manusia yang seringkali mempersulit segala sesuatu. Ego telah mencegah seseorang mengucap I Need You, seperti Kayla. Kenapa dia tidak bilang saja kalau cinta sama aku, daripada bikin ribet." Celoteh Saka pada Sakti.

"Iya dik, karena ulahnya, telah memisahkan saudara, keluarga dan mengadu domba para guru di sekolah. Semoga setelah ini, kamu

akan menemukan pelangi Saka."

Sakti merangkul Saka, mengajak segera pulang. Membuka pintu mobil bagian depan, lalu membuka pintu kemudi dan segera menginjak gas menuju rumah.

***

Sakti dan Saka langsung ke rumah sepulang dari kolam. Mereka tidak ada rasa untuk singgah di cafe atau tempat nongkrong lainnya, rasa rindu segera bertemu Ayah dan Bunda untuk memadu kasih serta bermanja-manja. Mata Saka tampak berbinar, ketika mendapati pintu rumah terbuka lebar, juga terdengar suara beberapa orang di dalam sana dan salah satunya Ayah, sosok lelaki yang selama satu bulan dirindukan Saka.

Saat sudah berdiri di depan ambang pintu, Saka berpapasan dengan Bunda yang akan keluar, untuk menyiram bunga. Bunda begitu bahagia melihat Saka berjalan beriringan dengan Sakti sambil tersenyum manis.

"Assalamu'alaikum, kami pulang" Sapa Saka pada Bunda yang hendak keluar dari pintu.

"Waalaikumsalam sayang," Jawab bunda.

Di sana, di ruang tamu, ayah duduk diam dengan membaca majalah, wajah bahagia. Apalagi melihat kedua anak laki-laki kebanggan begitu hangat saling menyayangi.

"Saka, bagaimana tadi di kantor polisi?" Tanya ayah penasaran.

"Alhamdulillah, lancar yah, semua berjalan baik-baik saja. Kata Pak Polisi, kasus itu tidak bisa berlanjut kalau Kayla masih menolak untuk di visum, jadi tadi ngobrol biasa sama Pak Polisi, tidak ada yg serius." Jawab Saka menjelaskan proses penyidikan tadi siang.

"Allah tidak pernah tidur Saka, Allah selalu bekerja dengan caranya. Kebenaran sudah terungkap, keadilan akan segera berjalan," Tanggapan ayah atas kasus yang terjadi pada Saka.

Mereka berdua mencium tangan Ayah lalu duduk di sofa samping. Bahkan Saka langsung menghambur dalam pelukan ayah, kemudian bersandar di bahu kekar milik ayahnya. Seolah melepas rindu yang sempat tertunda selama satu bulan. Ayah meminta maaf pada Saka, dan memberikan penjelasan bahwa tindakan ayah hanya untuk mengajarkan tentang tanggung jawab, tentang komitmen sebagai seorang lelaki. Lalu memberikan nasehat agar fokus belajar menyambut ujian dan mencapai cita-cita.

Sepuluh menit berlalu, setelah bermanja-manja, mereka berdua segera beranjak untuk mandi serta siap-siap melaksanakan sholat jamaah magrib. Kesempatan Hari ini, ayah menunjuk Sakti sebagai imam. Setelah usai berjamaah, lanjut makan bersama, baru semua anak-anak belajar untuk menyambut ujian. Sedangkan Sakti pamit untuk pergi ke rumah temannya menyelesaikan laporan internship.

Bagi Saka, tidak ada yg lebih indah selain ada rasa cinta dan sayang dari sosok Bunda dan Ayah, itulah kebahagian dan anugrah terbesar yg diberikan dari Tuhan. Kebahagian itu ada ketika kita hidup bersama, saat merasa hidup sendiri sebulan lalu seperti hambar, ada sesuatu yang kurang. Saka membuka buku fisika, mengerjakan tugas dengan semangat empat lima, dia fokus pada tujuan untuk mencapai cita-cita serta membanggakan orang tua.

Semoga kasus ini akan segera berhenti...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!