Terungkap

🌷Tak ada yang lebih indah, dari sebuah kebenaran, tak ada yang lebih nyaman dari sebuah keadilan 🌷 -Saka-

Embun pagi yang basah, menyejukkan kalbu. Menjelang siang hari ini, sinar surya masih belum tampak. Sebentar lagi akan terang benderang, seiring matahari menampakkan diri. Cuaca berkabut tipis, meski tak ada mendung lagi, dingin menyentuh kulit, cuaca Toraja saat ini. Tadi malam hujan cukup deras, tampak ketika tanah masih basah dan lembab. Saka duduk di bangku halaman samping rumah Yuda, menikmati embun pagi yang cerah. Meratapi kisah hidup bersama mantan pujaan.

Tidak pernah terduga, kisahnya akan suram, ceritanya akan padam. Namun, hidup harus terus berjalan, membuktikan akan kebenaran, mencapai mimpi yang sudah terlukis. Mengokohkan iman untuk setiap amin yang dilantunkan, tahajud, dhuha, hajat dan sholat taubat terus dijalankan. Doa melangit, dzikir berkumandang, tasbih merapal dari tiap kata yang keluar. Semua hanya satu tujuan, memohon hidupnya menjadi lurus kembali, kebenaran menjadi hakiki, dan cita-cita menjadi ekspektasi. Saka menutup wajah dengan kedua telapak tangan, seolah memohon sesuatu untuk dikabulkan.

Menunggu Yuda sedang bersiap, mengaca di depan cermin. Saka tersenyum, sambil merapikan baju seragam Yuda yang sudah menempel ditubuhnya, sedikit besar karena memang tubuhnya agak kurusan. Maklum setelah kejadian sore di rumah, Saka terpaksa pinjam seragam milik Yuda. Mereka akhirnya saling tatap, tertawa melihat wajah Saka, dengan name tag Yuda Alfarizi Zulkarnain. "Hahahaha sepertinya cocok juga kamu jadi anak papa, andai itu nama terganti Saka Alfa Zulkarnain," celoteh Yuda mengejek sahabatnya.

"Dasar kamu Yud, bisa-bisa ayah beneran marah besar, terus aku dibuang kalau lihat namaku menjadi Saka Alfa Zulkarnain, bagaimanapun juga nama Yudistira tetap paling keren hahaha" sambil tersenyum mengajak Yuda segera berangkat sekolah.

Yuda mengambil dua gelas susu, lalu menyodorkan satu gelas pada Saka. "Minum dulu, biar lebih strong menghadapi kenyataan, baru kita berangkat naik mobil."

Setelah minum susu, Yuda segera menyiapkan mobil dari garasi menuju halaman rumah, mengajak Saka masuk. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalanan Makale menuju sekolah. Angin semilir memberi kesegaran serta kekuatan tersendiri untuk pagi ini. Apapun keadaannya, hidup akan terus berjalan, melangkah dari parkiran sekolah penuh semangat. Saatnya belajar menuntut ilmu, buat membuktikan pada dunia, bahwa Saka Alfa Yudistira tetaplah siswa berprestasi.

Sejak kasus itulah, Saka mulai dicibir semua guru, semua kebaikan atas prestasi sirna di telan bumi. Bagai selembar kertas putih yang ternoda setitik tinta. Namun, Saka mampu tersenyum kembali saat melihat dari arah berlawanan, Bu Andin tampak sedang menemui wali kelas Kayla. Entah apa yang beliau diskusikan, sepertinya amat serius, lalu tampak Bu Andin membaca selembar kertas folio yang sudah penuh dengan tulisan, mungkin beliau akan berubah menjadi detektif conan. Saka, Yuda dan Mahes segera balik arah, sengaja menghindar untuk tidak mengganggu para guru tersebut. Kali ini lewat lorong kelas sepuluh untuk menuju ruang kelas mereka. Saat melewati kelas X IPA1 tampak riuh para siswa memanggil Saka dengan Little Dad, "halo Little Dad apa kabar dengan mommy?"

Rasanya emosi mendengar mereka semua menanyakan kabar Kayla. Seolah bara api berada di ubun-ubun, memanas membuat muka sedikit memerah. Menarik napas dalam mengeluarkan pelan, lalu menurunkan ego, mengingat pesan Bu Andin. Beliau salah satu guru yang masih peduli pada Saka, " ikuti permainan dan tetap tenang." Hanya dengan kata itulah emosi sedikit mereda, tanpa menjawab atau menoleh sedikitpun, kami jalan menuju kelas. Belajar hingga usai semuanya untuk hari ini.

***

Tepat pukul 15.00 wita, terlihat Bu Andin, Bu Arny dan Bu wiwit berkumpul di depan ruang guru, sepertinya mereka akan memulai misi hari ini, ingin menjadi detektif conan. Saka hanya bisa berharap dan berdoa semoga apa yang mereka lakukan untuk kebenaran akan dimudahkan. Bu Andin semangat, penuh harap dengan membawa setumpuk alat tes kehamilan, dan sejuta harapan. Sementara Bu Arny dan Bu wiwit tampaknya mereka akan mengikuti aturan main Bu Andin sebagai komandan home visit. Sengaja mereka bertiga tidak melibatkan guru BK, agar misi rahasia yang di emban tidak terungkap. Selain itu seperti pada sidang sebelumnya bahwa semua pejabat tinggi sekolah sudah termakan dengan surat derita dari Kayla.

Suara Adzan berkumandang, segera warga sekolah mengambil air wudu, termasuk tiga guru perempuan yang akan berjuang. Mengambil posisi saf paling depan, melaksanakan sholat sunnah sebelum jamaah ashar di mulai. Tiga puluh menit proses sholat jamaah sampai dzikir telah selesai, melepas kerudung sholat kembali bersiap menuju Kecamatan Rembon.

Sepanjang perjalanan macet panjang, sempat mengurungkan niat untuk perjuangan. Karena ada acara Rambu Solo di pinggir jalan, ada tedong silaga sebagai pelengkap, menyita semua mata untuk menatap semarak acara tersebut. Jalan mengular, tidak menyurutkan niat para pejuang perempuan. Sampai depan lorong rumah keluarga Kayla Bu Andin cukup kaget, bertemu dengan kurir sekolah yang membawa dua surat pemberhentian sekolah atas nama Kayla dan Saka. Bingung, berpikir sejenak lalu mengambil keputusan untuk membawa surat tersebut. Pak kurir takut jika kena sanksi dari pihak sekolah, namun kembali Bu Andin sigap akan bertanggungjawab atas semuanya, termasuk pembatalan surat tersebut. Setelah merasa yakin pak kurir menyerahkan ke dua amplop pada Bu Andin.

Bertanya pada masyarakat sekitar, alamat rumah Kayla yang katanya tidak jauh dari tempat parkir motor. Cukup jalan kaki lima menit, tepatnya rumah ke lima dari pinggir jalan. "Assalamu'alaikum... "

"Waalaikumsalam, silahkan masuk Bu," sambil tersenyum di ikuti rombongan sekolah, memasuki rumah keluarga Kayla.

Terjadi obrolan panjang setelah semuanya duduk di ruang tamu, pada intinya keluarga Kayla menginginkan Saka untuk bertemu orang tua Kayla. Mereka ingin Saka bertanggung jawab. Setelah beberapa lama, Bu Wiwit menanyakan keberadaan Kayla, dengan alasan mengkhawatirkan kesehatannya. Namun, kata pamannya anak tersebut di rumah kakaknya. Segera Bu Andin meminta ijin bertemu Kayla di rumah kakak dan meminta alamat lengkap. Setelah mendapatkan alamat tersebut, mereka segera pamitan untuk tujuan berikutnya.

Rombongan tiga guru perempuan tersebut kembali memacu motor, mencari alamat yang sudah tertulis dalam secarik kertas. Penuh percaya diri menuju tempat tersebut, hanya dengan tanda Sekolah Dasar 04 di kiri jalan. Mereka bertiga yakin, jika menyangkut kebenaran, Allah akan ikut bekerja dengan memberi jalan mudah. Setelah sampai tujuan, segera mengetuk pintu yang artinya siap bertamu.

Tok Tok Tok...

"Permisi, permisi... "

"Silahkan masuk, Ada perlu apa bu?" tanya ibu usia setengah baya pada rombongan.

"Maaf Bu menganggu, kami ingin bertemu Kayla dari keluarga SMA Cipta Bangsa, " jawab Bu Andin singkat.

"Oh... Gurunya Kayla ya, mari silahkan masuk, anaknya masih istirahat di kamar,"

Semua duduk di sofa warna kuning, berbincang hangat sambil sesekali melirik Kayla. Hasil perbincangan malam ini masih sama, kakak dan nenek Kayla menginginkan Saka segera bertemu keluarga, mereka yakin sekali Kayla hamil sudah masuk lima bulan. Keadaan ini, semakin membuat Bu Andin penasaran, merayu, membujuk mengatakan kalau semua guru ada di pihak Kayla. Sesekali mengusap perut tipis Kayla, mengusap dada seakan begitu peduli. Meskipun sebenarnya Bu Andin sedang melakukan pemeriksaan detak jantung ibu hamil. Kemudian kembali merayu Kayla agar mau dilakukan tes urin, sambil memberikan penjelasan bahwa mereka bertiga begitu peduli dengan keadaan saat ini.

Setelah merasa yakin, akhirnya Kayla setuju melakukan tes urin yang di temani Bu Andin. Benar-benar tanpa basa-basi, segera mengikuti Kayla masuk kamar mandi dengan membawa mangkuk plastik beserta tes uji kehamilan. Selang sepuluh menit, Bu Andin berhasil melakukan tes urin dengan menggunakan tes uji kehamilan dari beberapa merk yang berbeda. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi salah paham maupun dalih kadaluwarsa.

Tanpa memeriksa hasilnya, Bu Andin memasukan alat tersebut dalam plastik dan memberikan kekuatan pada Kayla. Jika memang hasilnya positif, Bu Andin akan memperjuangkan anak Kayla sampai diakui oleh ayahnya. Lalu melangkah menuju ruang tamu, segera mohon pamit kepada seluruh keluarga. Tidak lupa mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya. Menghidupkan motor, memacu menuju sekolah.

Sudah pukul 21.00 wita, tiga guru perempuan tersebut masih diskusi bagaimana cara menyampaikan kepada kepala sekolah mengenai surat pemberhentian sekolah dan hasil tes kehamilan Kayla yang pada kenyataan nya NEGATIF. Ternyata dari ruang sebelah, masih ada beberapa guru termasuk Kepala Sekolah yang sedang makan malam. Bu Andin segera memanfaatkan kesempatan tersebut, menyerahkan empat hasil uji kehamilan yang hasilnya sama, beserta menyerahkan dua amplop yang tadi diminta dari seorang kurir sekolah, lengkap dengan penjelasannya.

Kepala Sekolah, kaget sampai mata terbelalak seolah melihat hal menyeramkan. Detik berlalu, segera mengambil gawai menghubungi orang tua Kayla, memberikan penjelasan atas keadaan yang sebenarnya bahwa Kayla tidak hamil. Dari seberang tampak keluarga Kayla marah, merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi, sampai akhirnya Bu Andin memberikan tulisan untuk USG pada Kepala Sekolah. Karena perdebatan di telepon cukup lama, Bapak Kepala Sekolah memberikan saran agar besok ketemu di sekolah.

Bersambung

Cara apalagi yang akan dilakukan Kayla untuk tetap bersama Saka?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!