Pemulihan

Seminggu sudah, ayah tidak masuk kantor, hanya mengecek pekerjaan dari rumah sakit. Demi anak tersayang, yang sudah lengket sejak orok dalam kandungan sang Bunda. Hari ini, nampak kebahagiaan seorang ayah begitu menggebu, kembali masuk kerja penuh bahagia. Sorot matanya yang tajam, menampakkan betapa besar tanggungjawab sebagai pimpinan perusahaan. Suasana kamar VIP Cempaka 22 mulai riuh penuh tawa, canda serta senyuman, karena Saka sudah dalam keadaan sehat. Sikap tengil seorang Saka mulai membuat tawa seorang perawat beserta keluarga yang menemani.

"Sus, apa bedanya suster dengan bulu kucing?" Mulai Saka menunjukkan sikap tengilnya.

"Apa ya mas? Suster tidak tahu." Sambil senyum melepas selang infus yang masih nempel di tangan kiri Saka.

"Payah suster, belum apa-apa sudah menyerah, ini perbedaannya... Kalau suster bisa menggelitik hati bang Sakti, sedang bulu kucing cuma dapat menggelitik hidung abang." Senyum seringai tertawa terbahak-bahak. Suster Aurel juga ikut tertawa sambil melirik Sakti sedang sibuk membaca buku dengan ekspresi datar.

"Saka, baru sehat saja sudah bikin ulah, nanti abang kutuk jadi Ultraman." Sambil jalan mendekat kearah Saka.

"Ampun abang, Saka tidak suka jadi Ultraman, tidak bebas berkelana menikmati pesona cewek cantik." Lalu tertawa bersama Saka sambil adu jotos hingga Sakti ikut baring di atas kasur. Perasaan hangat kembali membuat Sakti tersenyum, ingat masa kecil yang sering berantem dengan Saka sampai berguling-guling membuat kasur berantakan.

"Bang Sakti, lama tidak membacakan dongeng ya... "

"Sudah lebih tinggi dari abang, masih minta dibacakan dongeng? Najis deh Saka, aneh-aneh saja," Sambil tertawa bahagia.

"Ayo, siap-siap dik, jam satu ayah mau jemput kamu sama Bunda dan Mita."

"Bang Sakti, ada shift jaga? Kenapa kita tidak pulang sekarang saja, naik motor Saka, yang di bawa Bang Sakti? Saka rindu naik motor."

"Ups! Bisa kena marah tujuh turunan nanti abang, No no Saka." jawab Sakti singkat, lalu melanjutkan mengemasi baju yang baru saja di lepas Saka. Setelah semua rapi, Sakti mengambil piring yang berisi bubur di atas meja, menyerahkan pada adiknya.

Saka menerima piring berisi bubur, mengaduk-aduk lalu memasukkan satu sendok dalam mulut. Mengunyah dengan muka manyun tak berselera, sambil menggerutu "sudah sehat, masih makan bubur lagi, lagi dan lagi. Hambar, tidak bisakah makan bakso, bebek goreng atau apa gitu, hilang selera makan." Sambil terus mengaduk bubur tanpa menyuapkan kembali ke mulut.

"Makan dulu dik, nanti kalau sudah benar-benar sehat, abang janji buat traktir bebek goreng atau bakso juga boleh," sambil mengambil sendok dari tangan Saka, lalu menyuapkan bubur pada adiknya. Saka membuka mulut, mengunyah bubur lama baru menelan. Setelah beberapa suap, sendok ke lima Saka menggelengkan kepala, "sudah kenyang abang, ini malah jadi mual," sambil lari menutup mulut dengan tangan kanan, masuk kamar mandi hoek hoek hoek.

Saksi mengikuti Saka, masuk kamar mandi, memijit tengkuk pelan, sampai selesai Saka memuntahkan isi perutnya. Lalu mengajak Saka baring di ranjang sambil mengoles minyak kayu putih. "Nah itulah dik, saat ini kamu masih masa pemulihan, makan bubur saja lambung belum bisa menerima dengan baik. Malah mau makan yang aneh-aneh, istirahat dulu sambil menunggu ayah." Tertawa menggoda adiknya yang masih cemberut, muka ditekuk.

Tepat jam satu siang, jemputan datang dengan suara cempreng Mita. "Ayo bang Saka, segera pulang kita buat acara makan bersama." Lalu mengambil barang-barang yang sudah di packing Sakti. Berjalan beriringan melewati koridor rumah sakit dengan wajah penuh bahagia, mengulas senyum pada setiap perawat. Mereka semua berhenti di lobby rumah sakit, menunggu ayah mengambil mobil dari parkiran, "Ayo semua masuk, bang Saka mau duduk di depan apa belakang?" Pertanyaan Bunda agar memecah keheningan Saka.

"Dibelakang saja bun, kakak masih pusing?" Kembali diam, duduk tenang dengan memejamkan mata.

Lima belas menit berlalu, setelah mobil membelah jalanan kota, kini berhenti tepat di halaman rumah. Ayah membuka pintu, keluar dari mobil lalu memutar untuk membuka pintu belakang, "Ayo Saka turun, katanya sudah rindu rumah? atau ayah gendong sini?" Sementara Mita sudah turun duluan, Saka masih diam sambil memegang perut. Lalu turun dari mobil dengan malas, lari menuju kamar mandi dekat dapur.

Semua anggota keluarga Yudistira sudah menunggu di ruang keluarga dengan minum lemon tea dan makan brownies keju kesukaan Saka. Bunda beranjak dari sofa menuju dapur, penasaran dengan Saka yang di kamar mandi cukup lama. Terdengar suara hoek hoek hoek dari balik pintu kamar mandi, Bunda segera masuk mendorong pintu. "Loh... Bang Saka kenapa? Katanya sudah sehat?" Sambil memeluk Saka, membelai lembut anak kesayangan. Memapah jalan ke ruang keluarga, lalu mengoleskan minyak kayu putih ke seluruh lapisan perut Saka.

Sementara Sakti sengaja menggoda adiknya, "Hai Bro, mau jadi Ultraman lagi? masih muntah-muntah terus mirip orang ngidam." Senyum semanis gula, lalu tertawa.

"Hus, abang Sakti, ada orang sakit masih saja di ledek," Jawab bunda sambil mengusap perut Saka.

"Nah itu Bun, sarapan bubur minta bebek goreng, lambungnya saja belum bisa terima." Tadi pagi setelah sarapan bubur, adik langsung muntah-muntah sampai isi perut keluar semua tidak tersisa, minum teh hangat saja kembali mual, besok pagi langsung mau sekolah. Bagaimana tidak bikin abang emosi. Setelah mendengar penjelasan Sakti, ayah justru malah mendekat duduk di sebelah Saka yang terbaring di sofa.

"Bang Saka, ingin makan bebek goreng? atau mau makan apa? biar ayah carikan delivery, " Ayah bertanya sambil membelai rambut.

"Boleh bun?" Saka menjawab antusias, seolah dia benar-benar ingin makan bebek goreng. Kemudian langsung di balas Bunda dengan anggukan kecil.

"Ok, ayah sudah pesan untuk satu keluarga, setelah makan bebek goreng semoga segera sehat. Oh ya besok pagi kalau ke sekolah, untuk sementara bareng ayah atau di antar jemput abang Sakti."

Menit berlalu, pesanan bebek goreng sudah sampai, seluruh keluarga melaksanakan ritual makan siang. Semua makan dengan lahap menikmati bebek goreng yang gurih, empuk dengan sambal hijau, kecuali Saka yang hanya menyuap dua kali. Kemudian menggaruk nasi beserta bebek goreng lezat, namun tidak bisa di nikmati karena seolah perut memberi penolakan. Diam melirik Bunda, ayah, abang Sakti dan Mita secara bergantian, ingin lari ke kamar mandi, takut mengganggu yang makan dengan nikmat. Menahan perut yang bergejolak, menyesap air putih hangat lalu menarik nafas dalam mengeluarkan secara berlahan. "Maaf, Saka ke kamar dulu."

"Lho makanannya tidak di habiskan bang?" tanya ayah penasaran.

"Bener kata bang Sakti, perut Saka belum bisa terima semua jenis makanan yah," Sambil berlari menuju kamar. Bunda akhirnya mengikuti naik ke lantai dua, masuk kamar Saka, lalu menatap seluruh ruang mencari sang anak. Detik berlalu, Bunda mendengar suara samar dari kamar mandi, mengerutkan kening lalu mendorong pintu kamar mandi. Memijit pelan tengkuk Saka, mengusap keringat dingin di dahi lalu memberikan segelas air putih hangat.

Mengajak Saka duduk di pinggir tempat tidur, memberikan beberapa obat yang harus di minum. "Bun, untuk sementara Saka makan apa ya biar tidak mual? Sudah satu minggu tertinggal pelajaran, besok mau sekolah."

"Nanti Bunda buatkan resep anti mual, biar ayah pulang kerja singgah ke apotek. Dan bang Saka janji, di sekolah tidak boleh makan sembarangan, Bunda akan bawakan bekal kue dari rumah. Sekarang bang Saka istirahat dulu," Pergi meninggalkan Saka yang sudah berselimut mimpi.

***

Tepat jam tujuh, Saka sudah sampai di sekolah, nangkring di parkiran menunggu Mahes dan Yuda. Selang kemudian mereka datang bersamaan, tersenyum sepertinya hari ini akan lebih lengkap hidupnya. "Hai Bro, apa kabar? sudah sehat? Wish sekarang agak kurusan." Celoteh Yuda dan Mahes bergantian. Sementara Saka, tidak menjawab pertanyaan tersebut, hanya diam, tersenyum manis.

"Lho motor kamu mana Bro?" kembali Mahes bertanya, sebelum melangkahkan kaki menuju kelas.

"Di rumah, boleh sekolah kalau diantar ayah atau abang." jawab singkat dengan malas, lalu segera melanjutkan langkah menuju kelas. Sampai di dalam kelas sudah di sambut teman-teman dengan antusias penuh pertanyaan. Hanya senyum manis yang Saka berikan, masih sedikit malas untuk bicara, takut rasa mual kambuh dengan tiba-tiba. Pelajaran jam pertama Matematika telah berjalan lancar, bahkan Saka masih bisa mengikuti dengan baik. Saat jam istirahat datang, semua siswa keluar kelas, kecuali Saka yang masih malas, diam duduk di bangku dengan damai.

"Ayo Bro, ke kantin," Ajak Yuda dan Mahes bersamaan.

"Aku, belum boleh makan sembarangan, harus makan yang Bunda siapkan."

"Wah... Tidak seru dong, padahal bu Yani sudah rindu sama kamu." Hehehe mereka bertiga tertawa kompak.

"Ayo deh, tapi aku tidak makan ya...cuma minum saja." Langsung berjalan keluar kelas menuju kantin sekolah yang sudah ramai dengan hiruk pikuk, lalu lalang semua murid.

"Assalamu'alaikum, but yani."

"Waalaikumsalam, bakso tiga ya mas? "

"Eh, dua saja bu, teh hangat tiga ya..."

"Lho, mas Saka tidak makan bakso? Selamat bergabung di sekolah kembali, semoga sehat selalu ya mas." Suara Bu Yani begitu ramah.

"Iya bu, saya masih masa pemulihan belum boleh makan..."

Ketika suara Saka terhenti begitu saja, gadis manis bernama Kayla sudah berada di sampingnya. Mereka semua duduk, menikmati makanan yang sudah di hidangkan. "Kakak tidak makan?" Tanya Kayla dengan senyum manis.

"Tidak Kay, minum saja, soalnya perut ini belum bisa terima semua makanan. Dia sedikit manja seperti kamu pilih-pilih." Jawab sambil tertawa, meskipun wajahnya masih sedikit pucat. Begitu juga yang lain ikut tertawa riang, seolah dunia kembali hidup dengan kehadiran Saka.

"Kata Pak Hendra, kamu yang ikut Olimpiade matematika, dan aku kimia, mulai hari ini jam tiga ada bimbingan Bro," Mahes memberi informasi tentang olimpiade kepada Saka.

"Aduh Bro, belum bisa pulang sampai sore, harus istirahat sampai benar-benar fit. Misal belajar di rumah bagaimana?"

"Nanti kamu ketemu pak Hendra saja, terus tanyakan pada beliau. Kamu masih terlihat pucat Bro, harus istirahat cukup biar cepat sehat. Setelah ini kita berdua langsung ke ruang guru saja biar lebih jelas."

Selesai makan, mereka semua kembali ke kelas masing-masing, Yuda mengantar Arin lebih dulu, Saka dan Mahes pergi ke ruang guru, dan Kayla beserta Andira kembali menuju kelas. Setelah ijin pada pak Hendra, mereka berdua kembali masuk kelas. "Oh ya Bro, kamu sakit apa selain tifoid sampai makan harus diatur segala? Maaf." Sambil mengangkat kedua jari tengah membentuk huruf v, penasaran apa yang terjadi sama sahabatnya.

"Kan dari dulu kamu tahu sendiri, aku sensitif hujan. Pas hari itu perasaanku tidak enak, sepertinya hati belum memilih, aku galau emosi jadi hujan-hujan, hasilnya tifoid kambuh, seharian tidak makan asam lambung naik sampai detik ini aku belum bisa makan nasi dan makanan yang berat, selalu mual, muntah, sakit perut sampai pingsang. Maka dari itu Ayah dan Bunda sedikit protektif, sekolah harus antar jemput, minum obat tepat waktu, terlambat bisa fatal akibatnya Bro." Penjelasan Saka panjang kali lebar, membuat Mahes mengangguk.

Pelajaran selanjutnya kimia, mata pelajaran penuh tantangan yang sangat di sukai Saka. Jam sebelas tepat, Saka ijin keluar yang di temani Yuda menuju kantin sekolah. Pesan air hangat minum obat sebentar dan kembali ke dalam kelas. "Saka, itu minum obat harus tepat waktu gitu?"

"Iya, sebenarnya khusus yang satu ini warna biru anti mual, itu cara kerjanya lima jam sekali, jadi tadi minum jam enam pagi siang harus jam sebelas kalau lewat aku bisa pingsan karena muntah-muntah tak berhenti. Kalau yang lain boleh kapan saja penting sehari tiga kali, cuma sekalian saja, Ayo ke kelas nanti di cari bu Indah."

Masuk kelas, duduk tenang sambil menikmati penjelasan guru, tiba-tiba gawai bunyi ting ting... "Kak Saka, nanti bisa pulang bareng?"

"Maaf dik, kakak di jemput Ayah. Soalnya belum benar-benar sehat masih pemulihan." Send Kayla.

"Oh iya kak, maaf sudah mengganggu"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Opbrbaru

Opbrbaru

Nih ayah Saka mau delivery makanan, padahal kalau di Toraja ya andalannya group FB Toraja Dagang hahaha memangnya ada macam gofood, grabfood dan sejenisnya 😀

2023-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!