Sidang

Tepat pukul 09.30 wita, bel berbunyi tanda istirahat, seluruh siswa berhamburan menuju tempat paling nyaman. Begitu juga Saka, Mahes dan Yuda melangkah menuju kantin sekolah. "Assalamu'alaikum, Bu Yani" Sapa mereka bertiga pada penjual di kantin.

"Waalaikumsalam, bakso tiga Mas?" tanya Bu Yani dengan ramah.

"Nasi tiga bu, hari ini kami lagi ingin makan nasi, biar kuat menghadapi kenyataan" Jawab Saka antusias, meskipun dengan muka panik. Tanpa sepengetahuan mereka, ada guru perempuan bernama Bu Andin, seorang guru Ekonomi yang memperhatikan kedatangan Saka dan teman-teman. Beliau memang terkenal guru yang cuek, selalu ketinggalan informasi tentang masalah siswa atau masalah apapun di sekolah.

"Memangnya mau menghadapi kenyataan apa mas ? " Tanya Bu Yani sok perhatian.

"Sidang kedua bu," Jawab Mahes sekenanya.

"Sidang apa Saka? Kalau boleh ibu tahu, bisa kamu jelaskan." Sahut bu Andin yang sudah duduk di samping meja Saka.

Sambil makan, Saka mencoba menaruh harapan pada Bu Andin untuk dapat membantu masalahnya. "Saya di tuduh menghamili anak orang bu," Jawab Saka singkat, sambil makan.

"Oh, kok bisa? Memangnya Saka Pacaran sama Kayla? Dia anaknya pendiam setiap di kelas, kenapa tiba-tiba hamil setelah seminggu ijin sakit? Apa kamu sudah menjebol gawang milik Kayla?" Sambil menatap Saka iba, senyum dengan beberapa pertanyaan ala detektif.

"Hemm, itulah Bu, kami sudah putus sejak bulan Maret, terus saya tidak pernah lihat bibir bawah Kayla, apalagi menerabas gawang Kayla sampai gol, bisakah tiba-tiba hamil?" Jawab Saka penasaran, sambil makan.

Tiba-tiba di depan pintu kantin sekolah, Bu Umi datang memanggil Saka, agar segera datang ke ruang Kepala Sekolah. "Saka ayo, sudah ditunggu semua, termasuk ayah kamu."

"Maaf bu Umi, biar dihabiskan dulu makannya, nanti saya yang akan jamin kalau Saka tidak datang ke ruang Kepala sekolah." Jawab Bu Andin dengan muka penasaran, karena merasa iba pada Saka yang baru saja makan dua sendok.

"Oke Bu, terimakasih ya" Jawab ibu guru BK sambil meninggalkan kantin sekolah.

Sementara Saka, masih makan sambil curhat pada Bu Andin yang di temani Mahes dan Yuda. Panjang kali lebar penjelasan Saka, hingga piring di depannya sudah kosong. Lalu pamit untuk memenuhi panggilan guru BK. "Bu saya ke ruang Kepala Sekolah dulu. Pulang sekolah saya ingin konsultasi dengan Bu Andin, bisakah?" Pamit Saka singkat dengan mencium punggung tangan Bu Andin.

"Iya, ibu doakan semua akan baik-baik saja. Nanti ibu akan cari kesempatan untuk membuktikan tentang sebuah kebenaran." Jawab Bu Andin.

"Hati-hati Little Dad, kami selalu ada di pihak kamu," Sahut Mahes dan Yuda bersamaan.

Semua siswa yang makan di kantin, menatap heran pada mereka bertiga. "Apa, Little Dad? " Semua kompak memberikan penekanan pada kata Little Dad. Dan akhirnya mengucapkan kalimat "selamat berjuang untuk kebenaran, seorang ayah akan mempertaruhkan apapun demi anaknya." Kompak mengantarkan Saka sampai pintu keluar kantin.

Bu Andin tersenyum miris, menatap punggung Saka penuh iba, mencoba mencari tahu masalah yang di hadapi anak didiknya tersebut pada Yuda dan Mahes. Setelah mendapat cukup informasi tentang hubungan Saka dengan Kayla, Bu Andin memberi pesan pada mereka berdua, "minta tolong sampaikan ke Saka, Bu Andin siap membantu segenap jiwa dan raga bahkan sampai titik darah penghabisan. Namun Bu Andin juga membutuhkan kejujuran Saka." Pamit meninggalkan kantin untuk segera ke ruang guru melanjutkan aktifitas mengajar.

Ruang Kepala Sekolah hari ini semakin mencekam, Saka di hakimi semua orang, termasuk ayahnya. Anak itu tidak gentar, karena dia yakin akan kebenaran, semua yang terjadi di ruangan tersebut telah terekam dari HP Saka. Memang Saka, seorang siswa yang cerdas, sehingga semua tindakan sudah dipikirkan secara dalam. Guru BK bersama guru perempuan yang lain melakukan tes kehamilan pada Kayla dengan hasil positif.

Saka semakin dibuat bingung, apalagi ayahnya menahan amarah yang dalam. Seolah ingin segera menumpahkan pada anaknya. Tidak bisa memberikan penjelasan apapun, semua yang diungkapkan Saka tidak dipercaya. Seolah seperti panggung sandiwara, semua guru mengikuti naskah seorang produser. Mau ngomong apapun menjadi percuma, hanya satu kesempatan yang Saka miliki, cerita pada Bu Andin yang menaruh sisa kepercayaan dan cerita kepada Bu Arny sebagai wali kelasnya.

Usai pertemuan di ruang Kepala Sekolah, masih belum menemukan titik terang. Meskipun hasil semua guru mengatakan positif berdasar hasil tes, di sisi lain Saka tidak pernah mau mengakui kalau dirinya pernah menyentuh bibir bawah milik Kayla. Akhirnya Kepala Sekolah meminta Saka untuk bertemu empat mata, setelah melaksanakan ibadah sholat dhuhur.

Jamaah sholat dhuhur telah berakhir, bergegas Bu Andin menemui Kepala Sekolah menanyakan tentang masalah Saka, meminta untuk melakukan USG pada pihak perempuan, namun hasilnya masih nihil. Beliau sudah Terlanjur percaya atas laporan Kayla. Kembali Bu Andin berusaha menemui wakil kepala sekolah bagian humas, dan hasilnya masih sama, "maaf Bu, kami sudah mengecek perut Kayla, sudah ada yang gerak-gerak di dalam. Artinya usia kandungan sudah lebih lima bulan, berarti hamil sejak mereka masih pacaran." Penjelasan panjang kali lebar kali tinggi dari ibu Wakil Humas.

Sementara Bu Andin hanya bisa geleng-geleng, bingung mencari teman untuk mengungkap kebenaran yang sesungguhnya. Ingin sekali rasanya berkunjung ke rumah Kayla, untuk membuktikan yang sebenarnya. Masih mengumpulkan niat, menemui wali kelas Kayla X IPA1 yaitu Bu Wiwit. Mencoba bernegosiasi untuk melakukan tesaaa kehamilan ulang, dengan alasan tadi selesai tes, ibu waka kurikulum mengetahui kalau hasil tes negatif atau garis satu. Tapi semua guru perempuan mengira alatnya kadaluwarsa. Kabar itulah yang membuat Bu Andin semakin kuat niatnya untuk membuktikan kebenaran. Bahkan sampai menggunakan sabda Rasulullah SAW yang mengatakan "lebih baik membebaskan seribu orang yang bersalah, daripada menghukum satu orang yang tidak bersalah."

Kemudian, Bu Andin lanjut menemui Saka di ruang perpustakaan. Mengajak Saka bicara empat mata, saat itulah remaja tengil yang garang, biasanya dengan suara lantang ketika berdebat atau lomba orasi, kini diam menunduk. Menatap mata Bu Andin penuh harap, lalu bercerita tentang saat pacaran dengan Kayla, hingga menitikkan air mata. Dia merasa tidak pernah membobol gawang Kayla, tidak pernah melakukan hal aneh, sampai harus kehilangan kepercayaan orang tuanya, dan terancam di keluarkan dari sekolah. Bu Andin mengusap punggung Saka, memberikan kekuatan dan akan membantu sampai kasusnya berakhir.

"Saka, kamu tenang saja, ibu akan berusaha menjadi detektif conan, biar kebenaran akan segera nyata. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong, jangan lupa doakan Bu Andin agar dimudahkan untuk menemui Kayla."

"Iya Bu, Saka akan selalu sabar dan berdoa untuk masalah ini."

Benar-benar sudah di luar batas kemampuan Saka. Tidak pernah di sangka, nasibnya akan begini. Mengejar Kayla hanya sebuah bumerang, bukan pilihan hati. Terus harus bagaimana menghadapi Kayla beserta keluarganya?

Bersmabung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!