Hari ini sepertinya kurang bersahabat, seolah alam tahu perasaan Yuda yang masih hambar, sisa satu hari lagi untuk membuktikan dirinya laki-laki tulen. Mendung hitam pekat, bergulung diatas langit. Saka, Mahes dan Yuda nongkrong di ruftoop sekolah menatap gemuruhnya awan yang sebentar lagi membawa hujan. Mereka bertiga bercanda ala anak muda, Mahes dan Saka masih meyakinkan Yuda untuk mengejar Ayuna. Namun, Yuda masih penuh keraguan, belum klik, hati belum bisa memilih. Bukan karena Ayuna kurang cantik, entah memang hati Yuda seperti sudah punya rasa, hingga belum bisa melihat sisi baik gadis IPA2 itu.
"Ayo, ke kantin," ajak Mahes dengan menepuk bahu dua sahabatnya.
"Ayo, aku juga lapar." jawab Saka.
"Silahkan Bro, kalian memang lapar. Lapar mata buat melihat Kayla dan Andira. Aku belum lapar, masih ingin menikmati awan kelam." jawab Yuda dingin.
"Waow, sejak kapan Yuda sang pemain basket famouz jadi anak introvert?" Sahut Saka dengan muka sedikit menggoda sambil kedip mata.
"Beneran, aku masih ingin disini, sana makan dulu biar kenyang."
"Ok Bro, kami makan dulu ya, baik-baik di sini jangan nangis ya..." jawab Mahes mengejek sambil tertawa meninggalkan ruftoop.
Lima menit berlalu, Yuda masih menatap langit, merasakan sesuatu yang terjadi pada hatinya. Hujan datang begitu saja. Hujan selalu menawarkan perasaan yang entah mengapa selalu sulit untuk dijelaskan. Perasaan kesal karena membuat ruftoop sedikit basah, aktifitas menatap langit yang harus terhenti, atau jalanan yang becek mungkin membuat kejengkelan semakin berlipat ganda. Tetapi hari ini, kejengkelan dan kebahagian selalu membias menawarkan kebahagiaan yang Yuda rasakan.
Apabila tidak terjadi hujan di hari ini, mungkin Yuda tidak akan sebahagia sekarang, karena tiba-tiba seorang gadis mungil sendirian ada di ruftoop menatap langit yang menurunkan air begitu deras. Yuda seketika menatap gadis itu dengan perasaan bahagia, sepertinya tenang dan hatinya sudah memilih. "Benar hati ini tidak bisa di bohongi, jika sudah menemukan kenyamanan maka hati sudah memilih." monolog Yuda dalam hati. Masih ragu ingin menyapa, hanya memandang dari sudut saat gadis itu terus menatap langit, entah dia bicara apa atau sekedar mengucapkan sesuatu. Yuda masih tidak mendengar, namun menikmati siluet seorang gadis berdiri menatap hujan.
"Hemm, kenapa disini saat hujan?" Yuda mulai memberanikan diri untuk sekedar menyapa.
"Umm, saya suka melihat hujan kak. Hujan memberikan kedamaian, mengajar lupa atas segala rasa sakit hati."
"Hujan sangat indah ya... siapa nama kamu dik?"
"Arin kak, kalau kakak siapa namanya? boleh kenalan kan?" jawab Arin malu-malu dengan wajah menunduk.
"Saya Yuda, tentu boleh, bahkan boleh sekali." jawab Yuda sambil tertawa.
Hari ini tiba-tiba menjadi hari paling bahagia untuk Yuda, harusnya dia menikmati semangkuk bakso di kantin, malah terpaksa harus diqm mematung karena hujan. Sampai ada sosok perempuan berjilbab ikut memandang hujan hari ini. Tak disangka keceriaan Arin dan keramahtamahannya saat berbicara seolah menyihir pandangan Yuda. Ia menjadi tahu bagaimana seluk beluk tentang Arin, cita-citanya, dan obrolan-obrolan ringan lainnya sambil menikmati indahnya hujan. Bola mata Arin yang hitam pekat seolah berbias menjadi warna emas ketika ia mengisahkan cerita hidupnya. Sebelumnya, ia hanya memandang langit yang menurunkan hujan.
Tak terasa hujan sudah mulai reda dan mereka sudah seharusnya masuk dalam kelas untuk belajar. Mereka pun berpisah menuju kelas masing-masing, namun semesta tak pernah membuat mereka berpisah sejak saat itu. "Nanti pulang bareng ya?" Tawaran Yuda.
"Umm, kenapa kak?"
"Saya, ingin mengenal kamu Arin. Sepertinya hari ini pernah terjadi beberapa waktu silam." Jawab Yuda masih dengan muka bingung.
Arin mengangguk, lalu masuk ke kelasnya dengan membawa Kata-kata terakhir Yuda untuk pulang bareng. Kata-kata sudah tersendat dan tertahan untuk di keluarkan, makanya Arin hanya mampu mengangguk. Tidak ada lagi rangkaian huruf yang terbayang di kepala dan tak ada lagi barisan abjad yang akan siap di eja. Karena kehadirannya, sudah meluluhlantakan alfabet dalam hidup. Begitulah Arin mengenal Yuda.
Bagaimana mungkin sosok pria itu sangat mirip dengan kakaku? Berkali-kali Arin masih menatap pintu kelasnya, menyaksikan punggung Yuda yang mulai menghilang.
Pertemuan pertama Yuda dengan Arin mungkin hanya biasa saja, tidak di sadari bahwa itu adalah hari pertama mereka bertemu. Atau malah seperti sudah terjadi, Yuda mengetuk kepalanya untuk sekedar mengingat. Sampai di depan kelas XII IPA1 masih juga belum muncul, malah kaget saat kepalanya di tonjok Saka dari samping.
"Aduh sakit Bro,"
"Ngapain kamu jalan sambil melamun? ada yang bisa kami bantu Bro?" Jawab Saka penuh perhatian.
"Eh eh eh, aku tahu sesuatu Bro! Hari ini tadi kejadian saat hujan turun di ruftoop benar-benar nyata. Aku mengalami dejavu," celoteh Yuda antusias.
"Waow, cerita sama kami dong Yud." Jawab Saka dan Mahes secara kompak sambil duduk menghadap Yuda.
Yuda akhirnya cerita panjang kali lebar pertemuannya dengan gadis bernama Arin. Bahkan ajakan pulang bareng Yuda juga disambut hangat oleh Arin. Inilah kenyataan bahwa hati sudah memilih tempatnya. Senyum-senyum sendiri, seolah hari ini merupakan hari terbaik seumur hidup Yuda.
Mahes juga menceritakan hal yang sama ketika baru pertama melihat Andira keluar dari mobil ayahnya. Hati Mahes seolah terpaku tidak bisa pindah lagi, mungkin terpatri juga hingga menempel kuat. Pandangan pertama yang sudah membuat jatuh cinta, atau dalam bahasa Yuda hati memilih. Namun beda dengan perasaan Saka, sampai detik ini masih terus ragu, sepertinya hati belum memilih. Meskipun kata teman satu sekolah bahwa Saka beruntung dapat pacar gadis paling cantik. Berhari-hari sejak pertama bertemu dengan Kayla, Saka masih belum yakin sampai hari mereka sudah jadian.
Diskusi seru bertema cinta berlanjut hingga jam pelajaran Fisika selesai. Karena jam kosong dan tugas sudah selesai mereka masih melanjutkan obrolan seputar laki-laki. Teman yang lain juga ikut nimbrung, Rahman, Gilan, Bagus dan lainnya ikut menyusun strategi mereka bertiga untuk mewujudkan makan-makan satu kelas. Kali ini sebagai sponsor tiga orang teman laki-laki yang sedang jatuh cinta.
Akhirnya kesepakatan terjadi, bahwa Saka, Mahez dan Yuda akan mentraktik teman satu kelas di kantin sekolah. Tepatnya hari senin pekan depan jam istirahat pertama. Semua bersorak-sorak, meluapkan bahagia makan gratis ala anak sekolah. Kelas menjadi riuh, seakan ikut merayakan kebahagiaan bersama tiga orang artis sekolah. Di sisi lain, Saka justru merasa hatinya perih seperti merasakan sesuatu akan terjadi pada dirinya. Apakah Saka bahagia dengan hadirnya Kayla?
Bersambung
Maaf ya kemarin absen karena ada jadwal rapat kepala madrasah, pesanan catering, nulis soal.
Jika penasaran ikuti kisahnya Saka, Yuda dan Mahes pada bab berikutnya...🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments