Masuk Ke Dalam Mulut Monster

George meminta bantuan pada teman-temannya untuk menyerang monster. Kali ini George akan masuk ke dalam perut monster.

"Kalian semua siap membantuku?" tanya George pada teman-temannya.

"Lupakan masalah kalian padaku. Jika kalian membenciku aku tidak peduli, yang harus kita pedulikan adalah rakyat dungeon, mereka butuh ketenangan. Dan kita harus memusnahkan monster." George berkata seraya menatap Derik, sepertinya George tahu Derik sangat membencinya.

Terbukti dari keinginan Derik yang bersaing untuk mendapatkan pedang.

Derik memalingkan wajahnya dari pandangan George. Mereka pun siap melawan monster.

"Derik? Lussi? Kalian panah sang monster. Buat dia menjerit hingga mulutnya terbuka lebar." Perintah George Lussi dan Derik pun mengangguk.

"Stephen kamu bantu aku untuk melompat lebih tinggi agar bisa mencapai mulut monster," ujar George tetapi di sanggah Lussi.

"Tunggu dulu George, dari pada kamu melompat aku pikir lebih baik kita serang monster itu sama-sama. Hingga monster itu tersungkur. Ketika dia terjatuh barulah kita lancarkan aksi kita, aku dan Derik memanahnya bila perlu mengenai lehernya agar mulutnya terbuka lebar," jelas Lussi memberi arahan.

"Lalu kamu tinggal berlari dan masuk ke dalam mulutnya. Dan tugasmu Stephen membiarkan mulut monster itu tetap terbuka," ujar Lussi yang diangguki Stephen.

"Baiklah, kalian semua siap?"

"Siap!" teriak mereka semua. Kini mereka mulai mengangkat senjata masing-masing. Seperti rencana awal membuat monster itu tumbang.

Derik mulai mengangkat pedang, dia menjadi pusat perhatian monster. Pedang itu terus dia layangkan hingga mengenai ekornya.

"Rasakan ini monster."

Arrhh ... teriak monster ketika pedang itu menancap pada ekornya. Dia mengamuk yang terus mengibaskan ekor panjangnya.

Derik terus meloncat, melompat setinggi mungkin untuk menghindar. Kini bagian Lussi yang mengarahkan panah. Panah itu dia arahkan pada monster busur itu mulai melengkung menarik panah yang melesat ke arah perutnya.

"Kena," ucap Lussi setelah menembakkan panahnya.

Kini George dan Stephen mulai beraksi. Pedang emas mulai dikendalikan. George menggerakkan pedang itu ke setiap arah, hingga tubuhnya memutar dan berguling seolah sedang bertarung.

Tiba-tiba saja monster itu tumbang. Tubuh besarnya terjatuh menghantam tembok pembatas istana. Mereka sedikit tercengang ketika tembok istana roboh, bahkan sang Raja melihat itu.

Namun, Raja tidak marah dia malah berteriak pada mereka untuk tetap fokus pada monster yang mulai terbangun. Segera Stephen dan Lussi membidikkan panahnya tepat pada kaki si monster sehingga monster itu kembali terjatuh.

"George! Sekarang." Stephen berkata seraya berlari ke arah monster dan siap membidikkan panahnya tepat mengenai kerongkongan besar itu.

Lussi dan Derik juga ikut memanah yang mengarahkan ke sisi kanan dan kiri leher yang monster. Membuat monster itu mengaung hingga mulutnya terbuka lebar.

George segera berlari dan melompat ke arah mulut sang monster. George merasakan seperti berada fi dalam sebuah gua, pijakan yang lembut seperti roti. Tiba-tiba ... "Ah!" teriak George ketika tubuhnya meluncur ke bawah, mungkin George sedang berada dalam kerongkongan sang monster yang begitu besar dan panjang.

"Aa ... aa ... huft." Teriakan George berhenti ketika mendarat di dasaran yang lembab, basah dan bau.

Hoek ... Hoek ...

Sontak George merasa mual dan ingin muntah. "Apa ini, apa aku berada di dalam usus? Uh ... bau sekali," ucap George. "Dan apa ini? Apa yang menempel di tubuhku," katanya yang menghentakkan kedua tangannya.

"Ini seperti lendir," ucap George yang kembali ingin muntah.

Di luar sana Stephen, Lussi dan Derik diam termangu ketika George melompat ke dalam mulut monster. Dalam waktu bersamaan mulut monster itu menutup rapat, sepertinya monster itu pingsan.

"Apa George akan baik-baik saja?" tanya Lussi.

"Aku harap tidak," ucap Derik membuat Stephen dan Lussi meliriknya. "Dia sangat ceroboh," sambung Derik ketika mendapat tatapan tajam dari Lussi.

"Tidak sepantasnya kamu mengatakan hal itu Derik," ucap Lussi yang menatap tajam.

"Ada apa dengan kalian? Aku hanya bercanda, kita berharap saja George akan keluar dari sana. Karena setelah monster itu sadar kita tidak tahu apa yang akan terjadi," ucap Derik sangat jelas mengharapkan George mati.

"Kalian harus ingat tujuan George masuk ke dalam perut monster. George akan keluar dengan kekuatan baru," ujar Stephen membalas perkataan Derik.

Derik terlihat kesal lalu pergi meninggalkan mereka.

"Ada apa dengannya? Dia bukan Derik yang ku kenal." Lussi berkata seraya menatap kepergian Derik.

"Sudahlah, biarkan saja dia. Kita jangan sampai lengah, monster ini pasti bangun kapan pun," ucap Stephen. Lussi pun mengangguk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!