George mulai menjalani hari-harinya seperti biasa. Dia kembali menulis dan hidup tenang. Bahkan dia meremehkan sistem berbicara itu.
"Ha ... Ha ... ha ... ." George tertawa.
"Dasar sistem yang konyol. Dia mengatakan jika aku tidak bisa kembali ke dunia nyata sebelum menyelesaikan misi. Nyatanya aku ada di sini sekarang. Suara itu hanya menakuti ku saja," ucap George lalu duduk di mejanya. "Akhirnya aku bisa bebas dari sayembara itu," lanjutnya.
"Aku penasaran seperti apa putri Alice. Dan Raja dia terlalu baik. Lalu ketiga pemburu itu, Stephen hanya nama dia yang ku ingat," ucapnya dengan senyuman. Lalu menunduk menatap telapak tangannya.
"Aku tidak menyangka tanganku bisa mengendalikan pedang. Dan aku masih bisa merasakannya." George berdiri mengambil sebuah penggaris lalu digerakkan seolah-olah itu pedang yang dia kendalikan.
George terus bermain hingga tidak sadar ketika sang adik memperhatikannya.
"Kakak!" bentak Gracia membuat George langsung menoleh. "Apa kamu tidak ada kerjaan bermain di malam hari. Lihatlah jarum jam! Kamu mengganggu tidur ku saja," ucap Gracia lalu pergi.
George menatap heran.
"Apa aku tidak terlihat keren? Padahal aku dilatih sang Raja. Adikku ini benar-benar." George mulai kesal melempar penggarisnya lalu berbaring di atas ranjang. Dia sangat kesal dengan perkataan Gracia.
George mulai merasa bosan dan rindu dunia itu.
"Ah, George! Lupakan jangan kamu ingat-ingat lagi mereka." Kata George seraya menggeleng.
***
POV George
George tiba-tiba ada di sebuah ruangan gelap. Matanya mengerjap tetapi tidak bisa melihat apa pun selain kegelapan.
"Di mana aku?" George terus berjalan dengan pelan. Yang hanya berpegangan pada sisi tembok. "Apa tidak ada orang di sini? Kenapa aku tiba-tiba ada di sini."
Tiba-tiba sebuah cahaya menghentikan langkahnya. "Apa itu jalan keluar?" George langsung mengikuti arah cahaya itu.
Hingga dia berhenti di depan sebuah kamar. George penasaran dari mana asal cahaya itu, dia pun membuka sebuah pintu kamar memperlihatkan sebuah pedang emas yang bercahaya.
"Apa cahaya itu berasal dari pedang itu? Tapi kenapa pedang itu dibiarkan begitu saja."
George semakin mendekat dan mencoba mengambil pedang itu tiba-tiba seseorang menyerangnya dengan pedang.
"Huh ... Huh ...." George terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Peluh keringat membasahi pipinya.
Bukan untuk yang pertama kali George mengalami mimpi buruk, setelah kembalinya dari dungeon tidurnya tidak pernah tenang. Dunia itu terus menghantuinya hingga suara-suara aneh yang terdengar.
George turun dari ranjangnya berjalan keluar kamar menuju dapur. George meneguk segelas air minum sambil menatap ke arah jendela yang memperlihatkan sebuah pohon beringin di atas bukit.
George terus menatap bayangan pohon itu yang tersorot cahaya bulan. "Apa pintu itu masih ada? Mungkinkah mereka datang ke duniaku? Apa aku akan kembali? Mimpi itu seperti nyata seseorang ingin membunuhku." George kembali meneguk air minumnya dia tidak ingin berlarut-larut pada mimpinya.
George kembali ke dalam kamar berniat untuk kembali tidur. Namun, sebuah suara menghentikannya.
Arrrgh ... Arrrgh ...
Tolong ... Tolong ...
George merasa frustasi dengan suara-suara itu. Dia tidak bisa tidur nyenyak karena teriakan mereka. George yang kesal membuka pintu lemarinya, menggeser semua benda yang menghalangi pintu dungeon. Dengan emosi George membukanya lalu dia turun ke ruang bawah tanah ingin menutup pintu yang menuju dunia paralel.
Namun, tiba-tiba seorang pemuda muncul dari balik pintu itu. Mata George membulat sempurna ketika pemuda itu menghantam tubuhnya hingga mereka pun terseret jauh sampai ke dalam kamar dan membentur tembok. Seketika George dan pemuda itu pingsan.
Di dunia paralel, sedang kacau. Monster tiba-tiba datang menyerang dan membakar sebagian kerajaan. Para peserta sayembara yang belum siap dan terlatih mau tidak mau mereka harus melawan monster.
Para rakyat berteriak, berlarian kesana- kemari mencari perlindungan. Derik, Lussi dan Stephen ikut menyerang tetapi belum sempat memanah, ekor panjang sang monster tiba-tiba datang menyapu bersih mereka hingga terpental jauh.
Entah siapa pemuda itu dan apa yang terjadi padanya hingga berada di rumah George saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments