Kedatangan Monster

Setelah pertarungan itu George mendapatkan pedang emas. Dan dipilih sebagai pemimpin sayembara. Semua orang bertepuk tangan saat penobatan itu tetapi tidak dengan Derik yang merasa iri.

"George?" Panggil Lussi. "Selamat telah terpilih jadi pemimpin." Kata Lussi seraya mengulurkan tangan. George menjabat tangan itu sambil tersenyum. "Terima kasih," ucap George.

"Sekarang kamu adalah pemimpinku," ucap Lussi setelah melepaskan jabatan tangannya. "Aku tidak pernah menyangka, saat pertama bertemu aku pikir kamu penakut ternyata kamu lebih berani dari pada aku,* sambung Lussi yang memuji.

"Jangan memujiku seperti itu. Aku bisa seperti ini karena kamu," ucap George merendahkan diri. Lussi hanya tersenyum menanggapi ucapan George.

***

Di dalam kamar George terus memandang pedang emasnya, George penasaran seperti apa saktinya pedang itu. Hingga George berlatih mengendalikan pedang di atas balkon.

Balkon yang besar cukup luas untuk dirinya berlatih.

Satu tarikan nafas pertama George hembuskan, tangan kanannya mulai bergerak melempar pedang itu ke sisi kanan. George belum tahu jika pedang itu memiliki energi yang sangat kuat.

Hingga saat George mencoba kembali pedang itu menarik tubuhnya, bahkan mengarah ke sembarang arah.

SREKk!

SREEKK!

SREEKK!

PRANG!

Hampir semua benda yang ada di sana hancur oleh pedang itu yang mengarah sesuka hati.

"Kendalikan dirimu George," ucap Stephen yang tiba-tiba datang.

"Aku tidak mengerti kenapa pedang ini sangat kuat bahkan tubuhku hampir terbawa olehnya," ujar George memberitahukan Stephen.

"Itu karena niatmu yang hanya ingin membuktikan kesaktian pedang itu. Coba kamu pikirkan niatmu ketika mengambil pedang itu sehingga mudah mendapatkannya."

George tertegun lalu berpikir, dia ingat saat pertama mengambil pedang itu, hatinya bersih tidak ada dendam atau keangkuhan. Yang ada hanya satu menyelamatkan putri. Sehingga George dengan mudahnya mendapatkan pedang itu.

"Aku tahu ketulusan," ucap George pada Stephen.

"Benar. Pedang ini bisa menilai mana hati yang kotor dan bersih. Saat niatmu baik dan tulus pedang ini akan membantumu tetapi jika niatmu buruk dan jahat pedang ini akan menjadi musuh yang berbalik menyerang mu," ucap Stephen.

"Jadi lakukanlah dengan hati," kata Stephen lagi.

George mulai menggerakkan lagi pedangnya yang kini lebih mudah dan ringan. Pedang emas itu mengikuti kemana tangannya bergerak dan kekuatan pada pedang itu bisa menusuk siapa pun dari jauh.

George mencobanya pada sebuah pohon, pohon itu tiba-tiba tumbang ketika pedang itu mengarah padanya. Stephen terus membantu George mengendalikan pedang.

***

"George Raja memintamu untuk membuat senjata untuk melawan monster. Dan Raja meminta kamu yang membimbing para peserta untuk membuatnya," ujar Stephen.

"Senjata apa yang harus aku buat?"

"Entahlah."

"Aku akan memikirkannya sebentar," ucap George lalu pergi ke arah kamarnya. Dia mengambil buku untuk mencari petunjuk, berharap ada petunjuk tentang senjata yang harus dia buat. Namun, buku itu tidak menunjukkan apa pun.

"Ayo George pikirkan senjata apa yang pantas untuk menyerang monster." George terus berpikir sambil melukis sebuah gambar, yang akhirnya gambar panahlah yang dia buat.

"Panah. Aku harus membuat panah." George segera pergi menemui para peserta.

Dia memberitahukan pada mereka akan membuat senjata. Mereka semua pun mulai bekerja bekerja sama membuat panah. Karena hanya panahlah alat yang mudah menusuk monster walau dari jarak yang jauh. Hanya butuh kejelian mata.

Istana sangat sibuk berkat George. Para sayembara mulai menyelesaikan panahnya.

"Setelah panah itu siap kalian semua akan berlatih," ujar George. "Masing-masing dari kalian akan memilikinya," jelas George membuat mereka semua senang. Karena akan mendapatkan panah itu.

Mereka terus fokus membuat panah hingga tidak sadar ketika sebuah api menyembur istana. Bersamaan dengan itu guncangan dahsyat terjadi. Mereka pikir terjadi gempa ternyata itu getaran sang monster yang menyerang.

Semua orang berhamburan yang berlarian mencari tempat pelindung. Tidak sedikit dari mereka yang terluka karena mereka tidak siap untuk melawan dan tidak memegang senjata.

"Ada apa ini?" tanya Derik.

"Monster menyerang," ujar Lussi yang langsung mengambil senjatanya. Sedangkan George masih membantu orang yang terluka.

"Ah!" teriak Lussi yang terlempar. Tubuhnya mendarat di hadapan George. Melihat itu George langsung menolong Lussi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya George.

"Jangan pedulikan aku, aku tidak apa-apa. Cepatlah keluar dan bantu Raja monster itu semakin kuat.

George mengeluarkan pedangnya lalu berjalan ke arah luar yang akan melawan monster.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!