Monster Abadi

Api merambat ke semua arah. Dalam seketika istana kerajaan hancur. Para rakyat berlarian menyelamatkan diri. Tidak lupa para peserta di istana berlari ke dalam istana. Ketika semua berlarian keluar George mulai melangkah maju menghampiri monster itu.

Dengan yakin dan tidak ada rasa takut, George mencabut pedang itu dari songkoknya. Pedang emas itu bercahaya sinarnya begitu menyilaukan. George sangat yakin bisa mengalahkan monster itu.

Yakk!

George mulai menyerang, dalam satu hentakan dia melompat ke atas tubuh monster. Pedangnya mulai menggores tubuh monster itu. Namun, monster itu tidak mau kalah yang terus menyerang George dengan apinya.

George terus menghindar, tetapi satu semburan api mengenai tubuhnya hingga terjatuh. George pun terjerembab.

"George!" teriak Lussi dan Stephen. "Apa kamu terluka?" tanya Lussi khawatir.

"Jangan khawatir aku baik-baik saja," jawab George. "Bantu mereka jangan sampai monster itu lolos. Aku akan segera berdiri," ujar George membuat Lussi langsung bangkit meninggalkan George.

Stephen masih setia berada di sisinya.

"Ingatlah kesaktian pedang itu," Stephen mengingatkan. George segera berdiri, dia ingat bahwa pedang itu bisa menyerang dari jauh. George pun mencobanya.

George mulai mengangkat pedang itu dan hendak mengarahkannya pada monster. Namun, tiba-tiba bukunya bergerak dan terjatuh lalu terbuka memancarkan sebuah cahaya. George langsung mengambil buku itu.

Cahayanya hilang bersamaan dengan sebuah gambar yang terlukis pada buku. Awalnya hanya terlihat sebuah sketsa lingkaran, bulat dan bercahaya. Tinta hitam muncul membentuk sebuah garis, dan terciptalah sebuah gambar seperti monster namun ada sebuah bola di dalam perut monster.

George terdiam dia mencoba berpikir apa maksud gambar itu. George kembali membuka lembaran buku sebelumnya yang menjelaskan sepasang batu mulia.

George terus memutar balikkan lembaran demi lembaran buku itu hingga akhirnya George mengerti. Batu mulia itu ada di dalam perut sang monster.

"Aku harus mengambil batu itu," ucap George lalu berdiri.

Pertarungan masih berlangsung, para prajurit masih berusaha menyerang monster. Tetapi monster itu terlalu kuat. Beribu anak panah dan goresan pisau tidak membuatnya tersungkur malah semakin membabi buta.

George mengangkat pedang emasnya, mengarahkan pada monster, tiba-tiba monster itu menjerit ketika George menggerakkan pedang itu seperti menghunuskan nya. George terus mengendalikan pedang emasnya yang semakin membuat sang monster menjerit. Bahkan cairan kental merah keluar dari badannya.

Semua orang tercengang, mereka bingung apa yang sudah terjadi pada monster. Tanpa sengaja Derik melihat George di belakangnya yang terus bergerak mengendalikan pedang sendiri.

Sekarang Derik mengerti apa istimewanya pedang itu. Membuat Derik semakin iri.

"Derik awas!" teriak Lussi ketika tubuh monster itu terjatuh dan akan menindih tubuhnya. Segera Derik berlari untuk menghindar.

Arghh ...

Monster itu mengaung merasa kesakitan, hingga dia mengamuk melemparkan ekornya ke sekeliling istana. Semburan api ia terus keluarkan dari dalam mulutnya membuat semua orang takut.

George menghentikan pedangnya, dia berpikir bagaimana caranya masuk ke dalam mulut sang monster untuk mengambil bola itu. Tidak mungkin George melewati mulut yang penuh dengan api.

"George!" teriak Stephen yang berlari ke arahnya. "Apa yang kamu pikirkan? Kamu sudah melakukannya dengan baik. Monster itu kesakitan," ujar Stephen.

"Aku harus masuk ke dalam mulut monster," ujar George membuat Stephen melongo.

"Untuk apa kamu masuk ke dalam mulut monster?" tanya Stephen. Namun, ketika George akan menjawab tiba-tiba sebuah ekor monster menyerang mereka hingga tubuh George terlempar jauh.

Monster itu semakin merajalela, mengamuk dan terus menyerang. "George jangan diam saja lakukan sesuatu!" teriak Stephen yang merasa kesakitan.

George masih diam memikirkan bagaimana caranya memasuki tubuh monster.

"George!" teriak Lussi membuat George langsung menghindar ketika monster itu bangkit berdiri.

"Aneh," ucap George ketika melihat luka monster itu menghilang. Sang monster bangkit kembali seperti baru tanpa ada luka apa pun di tangannya.

Tidak hanya George ketiga teman pemburunya pun merasa heran. "Apa mungkin batu mulia itu yang membuatnya abadi," kata George membuat ketiga temannya itu menoleh.

"Batu mulia?" tanya Derik.

"Apa semacam kekuatan George? Itu sebabnya monster itu sulit mati dan abadi," kata Lussi yang mengira.

"Benar, dan batu mulia itu ada dalam tubuhnya. Kita harus mengambil batu itu bagaimanapun caranya," ujar Stephen membuat mereka semua tercengang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!