Misi

"Apa itu? M-Monster." Bukannya pergi George malah diam mematung. "Apa ini nyata? Wah ... sangat indah. Benar-benar menakjubkan." Tiba-tiba George tersadar. "T-Tidak … aku tidak percaya ini. Aku harus kembali, aku tidak ingin mati sia-sia di sini."

George kembali mencari pintu itu. Dia memukul-mukul batang pohon di depannya berharap pohon itu terbuka memperlihatkan sebuah lubang. Namun, bukannya membukakan pintu tingkahnya itu mengalihkan pandangan monster. Hingga datanglah seorang wanita menyelamatkannya.

"Hei … menjauhlah!" teriak wanita itu mengalihkan pandangan George.

Bukannya pergi dan menghindar George malah diam mematung menatap wanita itu. Tanpa sadar semburan api hampir membakar tubuhnya.

"Ah, sial."

George hanya diam melongo ketika wanita itu berlari ke arahnya dan … "Ah," jerit George ketika tubuhnya terjatuh.

"Dasar gila. Apa kau ingin mati!" hardik wanita itu setelah menendangnya.

"Apa?" tanya George polos.

"Lussi awas!" Hampir saja semburan api membakar tubuh mereka. Jika seorang pemuda tidak datang menyelamatkannya.

George semakin bingung siapa orang-orang itu yang membawa senjata lengkap dengan pedang dan panah. Monster itu telah pergi ketika pemuda itu melemparkan panahnya tepat mengenai bola mata besar itu. Sehingga monster itu pergi meninggalkan kerajaan.

Lussi segera bangun dari tubuh George, dialah satu-satunya pemburu wanita.

"Lussi siapa dia?"

"Aku tidak mengenal pria bodoh ini."

"Hei kawan bangunlah." George masih bengong ketika pemuda itu mengulurkan tangannya. Hingga teguran seorang pemuda mengejutkannya.

"Genggam tangannya," ucap pemuda itu dengan rambut panjang, lengkap dengan pedang yang dia pegang.

"Apa ini mimpi." George berharap semuanya mimpi. Namun, George sadar ketika mencubit pipinya.

"Apa dia sudah gila mencubit pipinya sendiri," tutur si pria pemburu.

"Cepatlah bangun apa kau ingin di makan monster." Teguran Lussi lebih tegas di banding para lelaki.

George segera bangun. Dia masih merasa takut apalagi ketika melihat wilayah kerajaan yang hancur dalam seketika.

"Siapa kalian? Dari mana kalian datang? Apa dari pohon ini? Aku mohon bantu aku keluar dari sini. Aku ingin pulang, kalian harus bantu aku pulang."

"Apa yang dia katakan?" Kedua pemuda itu merasa heran.

"Mungkin kalian masih bingung. Aku datang ke sini lewat sebuah pintu. Dan pintu itu ada di balik pohon ini. Tiba-tiba pintu itu menghilang, dan aku berada di tempat ini. Sekarang aku ingin kembali ke duniaku aku mohon katakan dari mana kalian datang? Bawa aku kembali ke duniaku."

Ketiga pemburu menatapnya aneh.

"Apa dia bilang dari dunia lain?"

"Mungkin dia ketakutan karena melihat monster."

"Sebaiknya kita bawa dia bersama kita. Aku takut dia melakukan hal bodoh," usul seorang pria pemburu.

"Apa yang kalian lakukan? Kita harus segera pergi," ajak Lussi.

"Lussi bagaimana dengannya?"

"Terserah aku tidak peduli." Wanita itu berlalu pergi menuruni bukit.

"Ayo ikut denganku." Seorang pria pemburu manarik tangan George.

"Kita mau kemana?" tanya George.

"Ikut saja." George pasrah ketika di tuntun kedua pemburu itu. Mereka menyusuri hutan melewati bukit untuk sampai di bawah sana. George masih tidak terima jika dirinya berada di dunia lain.

"Hei kawan siapa namamu? Aku Stephen," ujar seorang pria berambut pirang yang masih terlihat muda senyumannya begitu imut.

"Dan aku Derik," ucap seorang pria berambut panjang terlihat lebih dewasa. Kedua pemuda itu memperkenalkan diri.

"Tidak ada waktu untuk berkenalan aku ingin pulang," balas George yang melewati mereka.

"Tidak ada jalan pulang. Semua jalan ditutup oleh monster itu," ujar Stephen membuat George berpaling.

"Benarkah?" George semakin tidak percaya.

"Ya. Kamu bisa lihat betapa hancurnya kota ini. Sungguh mengerikan, monster itu membuat hancur kerajaan," jelas Derik.

"Lalu apa pekerjaan kalian? Kenapa dengan pedang dan panah ini? Apa kalian seorang pemburu?" tanya George.

"Tebakanmu sangat benar," jawab Stephen. "Dulu kami pemburu tapi karena monster itu hutan dan semua binatang pun punah. Tidak ada yang bisa kami buru. Sekarang senjata ini untuk jaga-jaga jika monster itu datang. Jangan coba-coba mendekatinya tanpa senjata."

"Apa kamu tidak membawa senjata?" tanya Derik yang menatap George.

"Aku bukan pemburu. Aku seorang penulis senjataku hanyalah pulpen dan buku bukan pedang atau panah seperti kalian. Aku harus segera kembali ke duniaku."

"Dia mengatakan hal aneh lagi," ucap Derik dan Stephen.

"Kalian berhenti bicara," ujar Lussi menghentikan langkahnya. Lussi agak sinis.

"Ada apa? Apa kamu mendengar sesuatu?" tanya Stephen.

"Kita istirahat sebentar aku lelah," jawab Lussi yang duduk di bawah pohon.

"Oh, baiklah. Aku pikir ada monster," ujar Stephen.

Mereka langsung duduk di bawah pohon, tapi tidak dengan George yang terus memindai sekeliling. Bahkan George mendekati setiap pohon berharap pintu itu ditemukan.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang. Bagaimana jika adik dan orang tuaku mencari. Bagaimana jika mereka menemukan pintu itu. Aku harap tidak ada yang masuk ke pintu itu selain aku." George menatap teman-teman pemburunya.

"Mereka begitu tenang. Apa mereka berasal dari duniaku atau dunia ini?" tanyanya dalam hati.

"Sampai kapan kau akan terus melamun dan berdiri di sini?" teguran Lussi mengejutkan George. "Bergabunglah bersama kami," ajak Lussi.

"Tunggu," ucap George menghentikan langkah Lussi. "Apa kau berasal dari dunia ini?" Sedetik Lussi menoleh dan menatap George. Lalu berkata, "Aku tahu kamu berharap ini semua mimpi, kan? Aku pun sama. Namun, monster itu nyata dan dunia ini nyata. Terimalah jika kita sedang mengalami masa sulit, berharaplah semoga monster itu cepat binasa dan kita bisa hidup normal," ucap Lussi lalu melangkah pergi.

Lussi berpikir jika George takut dan trauma karena adanya monster. George tidak bisa melakukan apa pun. Tidak ada yang percaya dengannya, dia harus mencari jalan sendiri dan mungkin untuk saat ini George harus bertahan demi menemukan jalan keluar.

"Aku akan menemukan pintu itu. Dan aku akan kembali ke duniaku."

"Hei kawan. Kemarilah!" Stephen memberikan sebotol air minum untuknya. "Siapa namamu? Kamu belum memperkenalkannya," lanjutnya.

"George," ucap George.

"Nama yang cukup keren. Apa kamu lapar? Sepertinya kita harus mencari makanan," ujar Stephen yang melirik kedua teman pemburunya.

"Kita lanjutkan perjalanan. Di bawah sana mungkin banyak makanan," usul Derik yang di setujui mereka semua.

Lussi memimpin langkah mereka. Hingga mereka tiba di wilayah kerajaan. Keadaan kembali normal walau sebagian telah hancur karena monster. Mereka mengunjungi sebuah pasar yang mungkin banyak makanan yang bisa di beli.

Tiba-tiba sekelompok prajurit memasuki pasar. Mereka berhenti di tengah-tengah rakyat yang sedang berkerumun. Seorang prajurit turun dari kuda membuka selembar kertas lalu membacakan pengumuman dari kerajaan.

"Dibuka untuk umum baik para rakyat atau pangeran, dan seorang raja atau pun seorang pengembara. Raja meminta kalian semua untuk ikut sayembara menyelamatkan tuan putri dari monster."

Mereka semua terkejut. Karena baru mengetahui jika tuan putri Alice di culik monster.

"Jika kalian berhasil menyelamatkan putri Raja akan memberikan 1000 koin mas sebagai hadiah dan mahkota kerajaan. Jika ada yang berminat datanglah ke istana." Selesai sudah pengumuman itu, berapa prajurit turun menyebarkan beberapa brosur. Setelah itu kembali ke istana.

"1000 koin mas."

"Luar biasa. Kita harus mengikuti sayembara ini." Stephen dan Derik sangat antusias.

"Lussi apa kau mau ikut? Kita bisa mendaftar."

"Kita tidak memiliki senjata."

"Kita akan meminta pada Raja."

"George kau ikut?"

"Tidak." Tolak George.

"George kau harus ikut," bujuk Stephen

"Tidak-tidak. Aku tidak ingin berperang." George kembali menolak lalu pergi.

"George!" Panggil Derik dan Stephen.

"Ada apa dengannya," ujar Derik. Lalu mengejar George.

George berlari pergi. Dia semakin tidak betah. Apalagi ketika harus mengikuti sayembara. George terus mendaki bukit hingga sampai di depan sebuah pohon besar itu.

Dia terus mencari pintu. Namun, bukan pintu yang dia dapatkan. Melainkan sebuah sistem yang bicara, suara yang menggema entah keluar dari mana. Suara itu mengatakan jika George tidak dapat kembali sebelum menyelesaikan misi."

"Misi?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!