Venia tampak segar setelah selesai membersihkan dirinya di kamar mandi. Gadis itu memilih ke luar dari kamarnya. Dia pergi ke ruang tamu, sebelumnya meminta pelayan membawakan jus dan camilan untuknya.
Pelayan datang membawakan pesanan Venia. Dia meminta sang pelayan untuk menemani dirinya yang bosan.
"Bi, sudah berapa lama Sergio dan Saras menjalin hubungan? "tanya Venia sedikit berbisik.
"Dua tahun nyonya. Tuan Sergio sekarang suami Anda, Anda harusnya mempertahankan suami anda dari pelakor. " ujar sang pelayan. Venia menanggapinya dengan senyuman.Gadis itu mengatakan dirinya hanya perlu bersabar dan tak buru buru.
Sang pelayan hanya mampu was was melihat sikap santai dari majikannya ini. Dia langsung pamit undur diri dari hadapan Venia. Nyonya muda Sergio justru makan dengan santai, sesekali menyesap jusnya. Dia sengaja memberi ruang Saras untuk mengejar Sergio.
Dan pada waktunya tiba, dia akan menyingkirkan Saras nantinya. Sergio turun ke bawah dan menyusul istrinya ke ruang tengah. Pria itu duduk berhadapan dengan Venia.
"Bukankah wanita sepertimu akan menangis jika suaminya pergi bersama wanita lain? " ucap Sergio setengah menyindir.
"Tanpa kau tahu aku diam diam menangis di belakangmu mas. Wanita lain pasti akan menangis histeris jika mendapati kenyataan hati suaminya bukan miliknya. Selain itu suaminya justru memiliki tujuan lain di balik sikap baiknya. " ungkap Venia sambil tersenyum.
"Apa Venia sengaja menyindir
aku? " batin Sergio dalam hati.
Venia berpura pura lugu di depan suaminya. Sergio sendiri mengusap wajahnya kasar, menyandarkan tubuhnya di sofa. Pria itu tentu saja masih dengan egonya tak mempedulikan perasaan Venia saat ini.
"Seharusnya si istri juga paham dan sadar akan posisinya. Seorang pengantin pengganti jangan berharap terlalu tinggi dalam pernikahan dengan sang suami! " pungkas Sergio dengan wajah tanpa ekspresi.
Venia terdiam. Gadis itu menatap tajam kearah suaminya begitu juga sebaliknya. Kini suasana tampak terasa dingin di antara pasangan suami istri ini. Gadis itu menyesap jusnya dengan santai tanpa mempedulikan sang suami.
Dering ponsel milik Sergio mengalihkan perhatiannya. Pria itu langsung menjawab teleponnya dan berbicara dengan seseorang.
"Pura pura sakit hanya untuk mencari perhatian, sungguh menjijikkan. " ceplos Venia yang mendapat lirikan tajam suaminya.
Sergio langsung bangkit, dia pergi begitu saja. Venia tentu saja langsung menyusulnya setelah mengambil tasnya. Gadis itu sengaja ingin ikut ke apartemen Saras.
Keduanya kembali bertengkar sepanjang perjalanan. Sergio mengurungkan niatnya pergi ke apartemen Saras hari ini. Pria itu lantas mengirim pesan pada kekasihnya setelah itu memutar balik mobilnya.
Skip
Back to Mansion Sergio
Lagi lagi Venia mencari masalah dengan sang suami. Sergio tentu saja marah dan kesal akan kelakuan Venia.
"Kau hanya pembawa sial Vee, bisa tidak sekali saja berhenti membuat ulah? " bentak Sergio dengan emosi. Venis terhenyak, kata pembawa sial yang di ucapkan suaminya tentu saja menyakiti hatinya.
"Renungkan ucapanku tadi. " Sergio melengos pergi begitu saja meninggalkan Venia sendirian. Venis mencebik kesal, dia kembali ke ruang tamu. Dia tampak kesal dengan sikap suaminya yang keras kepala.
"Dasar pria bodoh, Saras itu cuma ingin mencari simpatimu tapi kamu tak percaya. " gumamnya tak habis pikir. Venia memilih memukul sofa yang dia duduki guna meluapkan kekesalannya. Terdengar suara helaan nafas ke luar dari bibirnya.
Sore harinya tepat pukul enam Venia mendapati suaminya yang ke luar tanpa mengatakan apapun padanya. Gadis itu tentu saja memilih acuh dan tak peduli sama sekali.
"Dia kira aku patung apa. " ketus Venia. Dia memilih menonton Drakor melalui laptop miliknya. Untuk mengenai urusan Sergio, dia tak ambil pusing.
Sergio sampai di rumah sakit. Dia pun langsung meminta maaf pada Saras. Saras tentu saja memaafkan sang kekasih, dia justru menyalahkan Venia dalam hal ini. Wanita itu meminta di temani Sergio, Sergio menuruti keinginan yang di minta Saras.
"Tidurlah bentar, kalau kepalamu masih pusing Saras! "
"Iya, tapi kamu jangan pulang pokoknya dan temani aku nanti. " seru Saras yang di angguki oleh Sergio. Wanita itu tentu saja sangat senang melihat Sergio menuruti keinginannya.
Suara hujan deras di sertai petir yang menggelegar dengan kencang membuat Venia khawatir. Gadis itu tampak mondar mandir di ruang tengah, menanti kepulangan sang suami. Terdengar suara umpatan kasar ke luar dari bibir Venia. Langit hampir mulai gelap namun sosok yang di khawatirkan tak kunjung kembali.
"Oh astaga Vee, kamu bodoh banget sih. Buat apa kamu tak peduli dengannya, dia sedang bersenang senang dengan kekasihnya. " gumam Venia. Dia kembali duduk, pelayan datang membawakan teh hijau untuknya.
Nyonya muda Sergio itu menyesap tehnya dengan santai. Tubuhnya terasa dingin padahal dirinya sudah mengenakan pakaian tebal. Di taruh nya cangkirnya di atas meja, lagi lagi terdengar suara helaan nafas berat.
"Kau harus ingat Vee, jangan pedulikan pria arogan itu. Lagipula kau tak boleh berharap pada pria seperti Sergio Cullen! "
Dia masih memiliki rasa kemanusiaan. Jadi wajar bukan bila seorang istri mencemaskan suaminya yang tak kunjung pulang?
Huh
Venia pun kini makan malam sendirian di ruang tamu. Dia menghiraukan bisik bisik pelayan yang membicarakan dirinya dan Sergio. Setelah makan dia langsung naik ke lantai dua, pergi ke kamarnya sebelah.
Dering ponselnya membuat Venis langsung cepat mengambilnya. Dia membaca pesan dari suaminya jika pria itu tak akan pulang. Setelah tahu keadaan pria itu Venia menaruh ponselnya di meja. Gadis itu langsung naik ke atas ranjang, menarik selimut menutupi tubuhnya.
"Sudahlah, nikmati saja kehidupanmu yang sekarang Vee. Jangan banyak mengeluh dan tetap fokuslah pada rencana kamu. " ucapnya pada diri sendiri.
"Sergio saja bisa berhubungan dengan Saras, harusnya kamu juga jangan mau kalah dengan si ratu drama itu. " lanjutnya dengan penuh semangat.
Venia menatap langit langit kamarnya. Dia tengah merancang masa depannya nanti setelah perjanjiannya dengan Sergio selesai. Merasa belum mengantuk, Venia mengambil salah satu buku novel miliknya. Gadis itu pun membukanya lembar demi lembar dengan serius. Dia begitu menyukai novel dengan genre romantis dan action.
Selain itu dia juga memiliki buku berisi solusi menghadapi pelakor dengan cara anggunly. Untuk saat ini dia belum mau membacanya, lagipula dia lebih suka cara kasar menghadapi pelakor. Venia menoleh ke samping, hujan masih sangat derasnya. Dia menaruh bukunya kemudian berbaring dan memejamkan kedua matanya.
Jdarr
Suara petir menyambar dengan keras membuat Venia kembali membuka mata. Gadis itu hanya mampu mengumpat pelan sambil menggenggam selimut. Dia menghela nafas berat, berusaha tenang dan kembali menutup dirinya dengan selimut.
"Semoga tidak mati lampu. " batin Venia penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Author_Ay
Jangan lupa klik jempol yak 😁😁
2023-05-12
1