Siang itu seorang pria termenung di ruangan tamu. Dia Shaka Brawijaya, teman dari Venia. Pria itu tampak patah hati setelah tahu jika Venia dan suaminya tengah honeymoon.
"Kak Shaka yuhuu. " suara cempreng seorang gadis membuat Shaka tersentak dari lamunan
nya. Seorang gadis menghampiri nya sambil membawakan makanan.
"Ini kak, aku bawain makanan yang di buatin Bunda. " cengir gadis berambut cokelat itu. Shaka langsung membukanya, ternyata pisang goreng dan ubi rebus. Pria itu lantas mencomotnya kemudian memakannya dengan lahap.
Setelah menghabiskan satu pisang goreng. Shaka meminta Ivy untuk duduk di sebelahnya. Gadis itu memperhatikan raut muram di wajah Shaka.
"Sudahlah kak jangan terus terusan memikirkan istri orang kak. Kakak mau di cap pebinor oleh tetangga dan orang orang. "
ceplos Ivy.
"Pokoknya kakak enggak boleh berbuat jahat dengan merebut istri orang. " dumel Ivy.
Ctak Shaka menyentil hidung pesek Khanza. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, Shaka yang melihatnya merasa gemas. Pria tampan itu menghela nafas berat, menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Aku enggak bilang akan merebutnya Mazaya Silvia. " geram Shaka. Ivy menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia ternyata hanya salah paham saja rupanya, Ivy merasa malu pada Shaka.
"Maaf kak! "
Shaka hanya menanggapinya dengan dengusan. Ivy menghela nafas berat, dia memilih memainkan ponselnya. Gadis itu menyimpan ponselnya dalam saku. Dia langsung bangkit, pamit pada Shaka lalu pergi begitu saja.
Shaka tentu saja langsung menyusulnya setelah menyambar kunci mobilnya. Pria tampan nan seksi itu mengajak Ivy berkeliling. Sepanjang perjalanan keduanya mengobrol hal random.
Kini mereka sampai di taman. Keduanya turun dari mobil, Shaka lebih dulu membeli es krim kemudian pergi ke taman. Mereka berdua duduk di sebuah bangku sambil menikmati es krim masing masing.
"Es krimnya manis ya kak, kayak aku. " ceplos Ivy.
"Cih percaya diri sekali. " dengus Shaka yang di tanggapi decakan oleh Ivy. Ivy bersenandung kecil, dia sengaja bernyanyi di depan Shaka. Shaka tergelak kencang, dia merasa lucu dengan tingkah konyol yang di lakukan Ivy.
Pria itu mengacak rambut Ivy, Ivy pun membiarkannya. Gadis itu sangat tahu jika Shaka hanya menganggapnya sebagai adik. Dia sendiri tak ingin berharap lebih, Ivy sangat tahu jika Shaka begitu mencintai Venia.
Ivy menghela nafas panjang. Dia berusaha mengontrol dirinya, jantungnya berdebar kencang setiap kali berada di dekat Shaka.
"Ini mimpi kamu Ivy, bukan dia. Hanya Venia yang ada di hati kak Shaka sampai kapanpun. " batin Ivy dalam hati.
"Aku hanya perlu menunggu atau melepaskan! "
Shaka menoleh kearahnya, pria itu mengerutkan kening tak paham dengan ucapan Ivy barusan. Ivy sendiri hanya diam, tak berbuat menjelaskan. Dering ponsel milik Shaka mengalihkan perhatiannya.
"Venia. " gumam Shaka. Pria itu langsung bangkit, dia sedikit menjauh dari taman. Ivy hanya bisa menatap nanar melihat bagaimana bahagianya Shaka saat ini. Tangan gadis itu terkepal kuat, hatinya begitu sakit melihat pria yang dia cintai menghubungi wanita yang jelas jelas istri orang.
Ivy langsung bangkit, dia pergi begitu saja dari taman. Tak lama Shaka kembali dan tak menemukan sosok Ivy di bangku taman.
"Ivy, Ivy kau di mana? " teriak Shaka panik. Pria itu langsung ke mobil, melajukan roda empatnya dengan kencang. Dia berusaha mencari keberadaan Ivy.
Skip
Di rumah
Ivy telah sampai di rumahnya. Dia langsung menyapa sang bunda, lalu pergi ke kamarnya. Dia taruh tasnya di atas meja setelah itu menjatuhkan diri di atas ranjang. Gadis itu memilih menangis dalam diam. Ivy sendiri tak ingin menyusahkan sang bunda mengenai masalahnya.
Lima belas menit berlalu, Ivy lekas bangkit dan segera pergi ke kamar mandi belakang dan tak lupa membawa pakaian ganti. Dia kembali dengan keadaan fresh, meraih ponselnya yang berdering.
"Kak Shaka. " gumam Ivy dengan lirih. Dia memilih menolaknya, Ivy berusaha menghilangkan rasa cintanya pada Shaka. Mereka bagaikan langit dan bumi, Ivy tak pantas mengejar cinta pria itu. Gadis itu menaruh kembali ponselnya di atas meja.
Ivy memilih ke luar dari kamar dan menemui sang bunda tercinta. Kedua wanita beda usia itu saling berbagi keluh kesah dari hati ke hati. Bunda Renita memahami betul jika sang anak tengah menyukai lawan jenisnya.
"Bun, besok Ivy mau cari kerja. " ucap Ivy pada bundanya.
"Kenapa kamu tiba-tiba ingin kerja sayang? " tanya Bunda Renita dengan lembut.
"Aku ingin mengurangi beban Bunda. " sahut Ivy. Bunda Renita menggeleng, dia tak suka akan ucapan putrinya barusan. Ivy langsung memeluk bundanya dengan erat.
Bunda Renita mencium kening sang anak dengan lembut. Dia memberikan nasehat pada putrinya untuk tegar dan kuat dalam menjalani hidup. Ivy tentu saja menerima nasehat yang di berikan sang bunda tercinta.
"Semangat Vy kau pasti bisa. Jangan cinta cintaan terus yang kamu fikirkan. Kau harus berusaha mencari pekerjaan dan membahagiakan bunda. " batinnya pada diri sendiri.
"Terimakasih bunda atas nasehatnya. Bunda kok sabar banget sih ngadepin aku yang badung ini. " gumam Ivy.
"Kamu tetaplah putri kesayangan bunda sayang, kau permata hati bunda. Hanya kamu yang bunda punya dan alasan bunda
bertahan. " ungkap Bunda Renita dengan senyuman hangatnya.
Ivy merasa terharu. Mata gadis itu tampak mengembun, terdengar suara isakan tangis keluar dari bibirnya. Bunda kembali memeluknya, Ivy mengungkapkan rasa rindunya pada mendiang sang ayah.
Ibu dan anak itu sama sama menangis. Keduanya meluapkan kerinduan pada mendiang ayah. Mereka saling menguatkan satu sama lain. Ivy mengusap air mata sang bunda, dia tak ingin melihat bundanya kembali menangis.
"Bunda kok nangis sih? " protes Ivy dengan cemberut.
"Kamu juga menangis nak. " ledek bunda sambil tertawa kecil. Wanita paruh baya itu segera menghapus air mata putrinya. Keduanya sama sama tertawa kecil dan kembali berpelukan.
Ivy begitu menikmati momen kebersamaannya dengan sang bunda tercinta. Dia bersandar di sofa, mereka kembali mengobrol lagi dengan santai. Gadis itu meminta untuk di ceritakan kisah bunda dan mendiang ayah. Tentu saja bunda Renita menuruti keinginan putrinya.
"Mendiang ayah dulunya pria yang dingin ya bund? " tanya Ivy memastikan.
"Iya sayang, bunda sempat takut sama ayah kamu dulunya. Namun lambat laun sikapnya luluh akan kelembutan yang bunda tunjukkan padanya. " gumam bunda Renita sambil tersenyum.
Ivy pun tersenyum lebar mendengarnya. Dia begitu kagum dengan sosok mendiang sang ayah. Dia berharap kelak memiliki suami yang memiliki sifat seperti mendiang sang ayah.
Di sisi lain Shaka merasa kesal. dia berulang kali berusaha menghubungi Ivy namun tak di angkat juga gadis itu. Sebenarnya apa yang membuat gadis itu pergi begitu saja hingga sulit di hubungi?
"Sebaiknya aku datangi rumahnya nanti malam. " gumam Shaka. Pria itu berusaha kembali menghubungi nomor Ivy dan lagi lagi menemui kegagalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Author_Ay
yuk ramaikan
2023-05-10
2