Lima hari berlalu Sergio dan istrinya telah kembali ke negara E. Mereka dalam perjalanan menuju ke mansion. Selama ini keduanya masih saling mendiamkan satu sama lain. Jarak di antara keduanya semakin jauh, benteng di antara mereka begitu kokoh membuat keduanya tak tersentuh.
Venia langsung menarik kopernya, membawanya masuk ke dalam dan menuju ke kamar sebelah. Dia enggan satu kamar dengan pria temperamental seperti Sergio.
"Halo Daddy Daffa. " sapa Venia pada sang mertua.
"Iya nak ada apa? "
"Aku ingin menanyakan perihal Melani. " ucapnya tanpa basa basi. Terdengar suara helaan nafas berat di ujung sana.
"Melani Claudia, dia wanita yang dulunya di cintai Sergio. Gadis itu meninggal dalam kecelakaan tragis. " Tuan Daffa sedikit menjelaskan inti mengenai sosok mendiang Melani.
Venia pun mengobrol dengan mertuanya sebentar lalu menutupnya. Apa yang dia pikirkan ternyata sangat benar. Dia menaruh ponselnya di sembarang tempat.
Gadis itu bangkit, pergi ke balkon dan menenangkan diri di sana. Dia merasa sangat pusing dengan kenyataan yang baru dia dengar ini.
"Aku harus apa sekarang! "
Venia menghela nafas panjang. Mendengar suara ketukan pintu membuat gadis itu beranjak dari ranjang.
"Ini nona gaun yang akan anda pakai nanti malam. " ujar pelayan.
"Memangnya ada apa? "
"Nanti malam pesta perayaan pernikahan Tuan dan nyonya Cullen. " ujar pelayan yang langsung pamit pergi. Venia pun kembali menutup pintu kamarnya, dia menaruh paperbag di atas ranjang.
Venia tentu saja tidak tahu menahu mengenai pesta anniversary kedua mertuanya. Suaminya sendiri juga tak memberi tahu nya, pasti mertuanya itu pasti akan kembali nyinyir.
Dia memilih membersihkan diri setelah itu mengganti pakaiannya. Venia ke luar dari kamar dan turun ke bawah. Gadis itu tak melihat sosok sang suami. Diapun langsung menanyakan perihal Sergio pada pelayan.
"Di mana Sergio? " tanya Venia pada sang pelayan.
"Tuan Sergio kini ada di ruangan kerjanya nyonya. " ujar pelayan. Venia mengangguk, dia pun pergi ke dapur. Setelah membuat kopi, dia langsung mengantarkan nya ke ruangan kerja sang suami.
Saat hendak mengetuk dia mendengar ucapan suaminya yang membuat Venia sakit hati. Dia berusaha tak memperlihatkannya, mengetuk pintu kemudian mendorong nya masuk ke dalam.
"Aku buatkan kopi untukmu tanpa sianida. " ucap Venia sambil tersenyum. Dia langsung menaruhnya di atas meja setelah itu ke luar begitu saja. Sergio tentu saja masih terkejut dengan kehadiran istrinya.
"Sepertinya dia tak mendengar ucapanku barusan. " gumam Sergio dengan acuh. Pria itu hanya ingin seorang anak dari hubungan resmi. Dia bersikap baik hanya demi mendapatkan keturunan. Tanpa Sergio sadari ucapannya itu akan menjadi boomerang bagi rumah tangganya dengan Venia.
Sementara di kamar, Venia menangis histeris di sana. Gadis itu ternyata hanya di manfaatkan oleh Sergio. Pria itu memiliki tujuannya sendiri, mendapatkan anak darinya tanpa cinta. Dia tak menyangka jika pria yang menjadi suaminya itu bersikap kejam.
"Ya aku tak akan membiarkan kamu mendapatkan apa yang kamu mau Tuan Sergio. " geram Venia dengan seringai miringnya. Gadis itu menghapus air matanya dengan kasar. Dia pun telah merencanakan sebuah rencana untuk membalas Sergio.
Dengan informasi mengenai Melani, dia bisa mengunakan itu sebagai senjata. Venia sangat yakin jika pria itu pasti akan sangat marah besar nantinya.
Tepat pukul tujuh malam Venia ke luar dari kamar dan turun ke bawah. Gadis itu menemui sang suami, Sergio tertegun melihat penampilan seksi istrinya.
"Kau mau memamerkan tubuhmu pada pria lain, apa segitu murahan 'kah dirimu Venia? " sarkas Sergio dengan sinis.
"Oh terserah bagaimana penilaian dirimu tuan Sergio, aku tak
peduli. " balas Venia dengan angkuh. Dia segera masuk ke dalam mobil, Sergio menggeram rendah dan segera menyalakan mobilnya.
Skip
Di Mansion keluarga Cullen
Venia dan Sergio lekas masuk ke dalam. Gadis cantik itu menyapa para sepupunya dan terutama pada sang mertua.
"Happy Anniversary pernikahan untuk Daddy dan mommy, maaf aku tak membawakan kado. Lagipula mommy pasti tak suka dengan kado yang di berikan menantu bar bar seperti saya. " ujar Venia seraya tersenyum
lebar.
"Terimakasih nak, kamu tak usah pikirkan kado. " ujar Tuan Daffa dengan senyuman hangat. Nyonya Amira tersenyum sinis melihat tingkah menantunya itu. Dia justru mengenalkan Saras pada para tamu yang hadir di sana.
"Cih kita lihat sampai mana mommy Amira akan bersikap sombong? " Venia menyibak rambutnya, dia turut menyapa para kolega sang mertua dan suaminya dengan anggun.
Beberapa dari mereka memuji kecantikan yang di miliki Venia. Tentu saja Venia merasa tersanjung akan pujian itu. Sergio menatap tajam kearah istrinya, dia memberi peringatan agar menjaga sikap namun di abaikan Venia.
"Nyonya Amira, seharusnya anda bersyukur memiliki menantu sebaik Venia. " ujar salah satu istri pengusaha. Nyonya Amira tersenyum kecut mendengarnya. Venia tersenyum miring, dia menatap kearah sang mertua dengan senyumannya.
Venia menghampiri keluarganya yang turut hadir di pesta sang mertua. Mommy Kinara menyapa dan memeluk sebentar sang anak. Gadis itu kini berbicara dengan orang tuanya. Venia sepertinya berusaha berdamai dengan mommy dan daddy nya. Dia perlu mendapatkan banyak dukungan untuk menghancurkan kehidupan Sergio.
"Sekalian aku akan membuat dia gila. " batinnya dalam hati. Memang terkesan kejam namun Venia tak peduli resikonya nanti kedepannya. Lalu dia kembali bergabung dengan sang suami, dia memeluk lengan Sergio dengan manja. Sergio mencoba melepaskan tangan sang istri, dia merasa risih.
"Sekali lagi kamu menolak, aku akan membeberkan bila seorang Sergio adalah pria yang suka menampar istrinya. " bisik Venia dengan sinis.
"Kau. " geram Sergio dengan tatapan melototnya. Pria itu ingin sekali menampar istrinya yang kurang ajar ini. Pria itu hanya bisa menahan kekesalannya dalam hati.
Venia tersenyum puas, dia mengajak suaminya menyapa para kolega Daddy Daffa yang lainnya. Gadis itu tampak santai menikmati pestanya tanpa peduli dengan perasaan Sergio saat ini. Setelah puas Sergio menepis tangannya dan pergi ke tempat makanan tersedia. Kali ini Venia membiarkannya, dia saat ini tengah mencari cara lain untuk membuat pria itu tunduk.
Diapun menghela nafas panjang. Ternyata bersikap kuat di depan lawan cukup menguras energinya. Dia tak boleh lemah, cengeng hingga membiarkan mertua dan lainnya menindas dirinya. Diam diam Venia mengepalkan tangannya, dia akan membalas orang orang yang ingin menyakiti dirinya.
"Malam ini cukup menyenangkan sekaligus menyebalkan! "
Merasa haus Venia menghampiri sang suami. Dia mengambil segelas wine, meneguknya sambil mengawasi suaminya. Pria itu kini tengah berbicara dengan Saras, tampaknya wanita itu belum menyerah juga.
"Sepertinya pria itu tak bisa membedakan mana berlian dan mana sampah. " gerutu Venia.Dia kembali meneguk wine di tangannya, bibirnya tersenyum miring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~
ayoolllaahh vee.. gercep dikit.. bikin sergio bucin sama dirimu lalu hempaskan 😏
2023-05-10
2