Pagi ini suasana kembali dingin seperti di awal pernikahan. Sergio terbangun, pria itu menoleh ke samping yang ternyata kosong. Dia berdecak pelan, langsung bangkit dan melesat pergi ke kamar mandi.
Pria tampan itu segera berpakaian dengan rapi. Mengenakan dasi serta jam tangan. Sergio ke luar dari kamarnya lalu turun ke bawah. Dia langsung menarik kursi kemudian duduk berhadapan dengan sang istri. Venia tentu saja mengambilkan makanan untuk suaminya di sertai senyuman manis.
"Selamat pagi mas, sepertinya kau sangat nyenyak sekali tidurnya. " ucap Venia sambil menyapa sang suami.
"Tak perlu berbasa basi Venia, apa yang kau inginkan? " tanya Sergio dengan wajah datarnya.
"Tak ada. " jawabnya singkat. Gadis itu fokus pada makanannya. Sergio mendengus pelan dan memakan sarapannya.
Lima belas menit berlalu sarapan telah selesai. Sergio langsung bangkit, Venia tentu saja mengantarnya hingga ke depan. Gadis itu berbalik ke dalam dan mengambil tasnya. Dia segera masuk ke dalam mobil dan melesat jauh.
Sebelumnya Venia sempat membeli sebuket bunga lebih dulu.Gadis itu kini sampai di sebuah pemakaman. Dia turun dari mobil sambil membawa buket bunga. Venia pergi ke makam bertuliskan nama Melani.
"Selamat pagi nona Melani. " sapa Venia meletakkan bunganya di atas makam.
"Sekarang aku adalah istri dari kekasih tercintamu nona. Akan aku lihat sampai mana dia akan menjunjung tinggi ego dan keangkuhannya itu. " gumam Venia dengan seringai miringnya.
Setelah mengobrol di depan makam mendiang Melani, Venia langsung pergi dari sana.
Di perusahaan
Sergio tengah melakukan meeting. Raut wajahnya tampak semakin dingin saat bertemu dengan Shaka. Kini mereka telah menjalin kerja sama.
"Sudah lama saya tidak bertemu dengan Venia, apa dia baik baik saja tuan? " cetus Shaka setelah keduanya keluar dari ruangan meeting.
"Aku tak peduli dengannya. " kerja Sergio.
"Wah ternyata bertengkar. Berarti ada peluang untukku untuk merebut gadis yang aku Sergio
itu. " ceplos Shaka. Pria itu langsung pamit dari hadapan Sergio.
Sergio mendesah kasar, dia langsung kembali ke ruangannya. Dia pun melonggarkan dasi yang melilit lehernya. Pria itu kembali mengumpat kasar, terngiang dengan ucapan Shaka barusan.
Hatinya terbakar api cemburu mendapati ada pria lain yang menginginkan istrinya. Sekali saja dia bertindak bodoh dan kembali melakukan kesalahan, Venia pasti akan jatuh ketangan pria lain.
"Dia pasti akan besar kepala jika tahu aku memikirkannya. " gumam Sergio.
Jam makan siang, Venia datang ke kantor suaminya. Kini dia telah berada di sana, gadis itu membawakan makan siang untuk Sergio. Gadis itu tampak sumringah hal itu tentu saja membuat Sergio curiga padanya.
"Sepertinya kau sangat senang sekali? " sindir Sergio dengan nada sinisnya.
"Ya begitulah Tuan Sergio. " balas Venia dengan santai. Sergio berdecak pelan, pria itu memakan bekal yang di bawakan istrinya.
Venia sendiri justru asyik dengan ponsel. Keduanya tak seperti kebanyakan pasangan suami istri lain yang romantis. Sergio segera menghabiskan makanannya. Ingatannya berputar pada ucapan Shaka.
"Kau sudah tahu jika Shaka mencintaimu? " tanya Sergio to the poin.
"Ya, tadi aku bertemu di jalan dan dia mengungkapkan perasaannya padaku! "
Terdengar suara umpatan membuat Venia menoleh. Dia mengerutkan kening menatap suaminya dengan heran.
"Kau cemburu? " tanya Venia.
"Tidak. " elak Sergio.
"Baguslah kalau begitu. Lagipula aku sudah tahu tipe wanita kamu adalah mendiang Melani bukan? " ujar Venia dengan seringai miringnya. Sergio mengatupkan bibirnya rapat, raut wajah pria itu berubah datar.
"Aku harap kamu tak mencintai aku. Jika memakai perasaan hanya akan melukai satu sama lain. " tegasnya. Dia membuang bekas wadah makanan ke tong sampah. Sergio hanya menanggapi dengan sinis, wajahnya menunjukkan keangkuhan.
Venia memilih membahas hal lain dengan suaminya, terutama mengenai surat perjanjian mereka. Dia menambahkan poin di dalam perjanjian mereka itu. Sergio melipat tangannya di dada, memperhatikan istrinya dalam diam. Dia begitu penasaran dengan rencana yang di buat oleh istrinya.
Venia bersandar di sofa sambil memijit kepalanya yang terasa pusing. Sergio langsung bangkit, menggendong istrinya lalu membawanya ke kamar rahasia.
"Kepalamu pusing 'kan sebaiknya kamu tidurlah di sini. " ujar Sergio dengan wajah datar nya. Gadis itu langsung berbaring miring membelakangi suaminya.
"Lanjutkan saja pekerjaanmu. " gumam Venia tanpa menoleh. Terdengar suara deheman mepergi Venia kerasa suaminya pergi. Sergio justru ikut berbaring, memeluk pinggangnya dari belakang.
Gadis cantik itu tentu saja terkejut. Dia pun memilih memejamkan mata lalu tertidur. Sergio menyibak rambut istrinya, menyusupkan wajahnya di perpotongan leher Venia, mengendusnya lalu menciumnya dengan lembut.
Sergio sengaja meninggalkan tanda di leher istrinya. Dia ingin melihat, apa pria itu masih mau menerima Venia nantinya setelah melihat tanda ini. Setelah selesai dia kembali merapikan rambut Venia.
Satu jam berlalu Venia terbangun. Gadis itu langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi. Setelah cuci muka, dia ke luar dari kamar dan menghampiri suaminya.
"Kau sudah bangun rupanya Vee, bagaimana apa kepalamu masih pusing? " tanya Sergio pada sang istri.
"Tidak, aku langsung pulang
saja. " jawabnya singkat.
"Tunggu, bentar lagi pekerjaanku selesai. " sahut Sergio dengan cepat. Venia menghela nafas berat lalu mengangguk pelan. Setelah beberapa saat keduanya ke luar dari ruangan, masuk dalam lift.
Mereka ke luar dari lift dan berjalan berdampingan. Banyak karyawan yang membicarakan keduanya. Venia terkejut melihat sosok Shaka masih berada di parkiran.
"Kenapa kamu masih di sini kak Shaka? " tanya Venia.
"Aku menunggumu, ayo pulang bareng. " ajak Shaka. Venia hendak menjawabnya namun Sergio menyelanya lebih dulu. Pria itu sengaja menyibak rambut sang istri lalu mengajaknya masuk ke mobil.
Mata Shaka membulat sempurna menemukan tanda kemerahan di leher Venia. Hati pria itu mencelos, Sergio tersenyum miring lalu masuk ke mobil dan melesat dengan kencang. Venia meras tak enak dengan shaka yang pergi begitu saja.
"Seharusnya kamu tidak bersikap seperti tadi mas! "
"Bersikap seperti apa maksudmu Vee, semua orang tahu jika kamu adalah istriku. " sahut Sergio. Pria tentu saja tak ingin nama baiknya tercemar mendapati istrinya pulang dengan pria lain. Venia memilih diam, dia malas jika harus berdebat dengan suaminya saat ini.
Sergio tersenyum penuh kemenangan. Dia sangat yakin jika Shaka pasti akan menyerah setelah ini. Pria itu tak akan membiarkan pria lain merebut Venia dari sisinya. Tanpa dia sadari sikapnya saat ini seperti suami yang tengah posesif pada sang istri sesungguhnya. Keegoisan dan keangkuhan yang dimiliki Sergio membuatnya tak sadar jika pria itu sebenarnya takut kehilangan Venia.
"Mulai sekarang jauhi Shaka, Vee. Dia adalah rekan kerjaku, aku tak ingin ada skandal yang membuat nama baik ku tercemar. " tegas Sergio dengan wajah datarnya.
"Ya, lagipula kak Shaka hanya sebatas temanku berbeda dengan kamu yang memiliki kekasih. " sindir Venia yang membuat Sergio tersentil mendengarnya. Setelah itu tak ada obrolan lagi hingga mereka sampai di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
★彡 Ϙυҽҽɳ_ѕєηʝα 彡★
semangat
2023-06-03
0
Author_Ay
Ramaikan yuk gaes
2023-05-11
1