Bab 10

Azwan dan kawan-kawan tiba di rumah sakit tepat saat Tegar tiba di pelataran rumah sakit. Pemuda tampan nan gagah itu tersenyum saat melihat teman-teman sang adik yang datang menjenguk.

"Mau jenguk Citra ya?" tanya Tegar ramah.

"Iya Mas. Kami semua mau jenguk Citra," jawab Arga mewakili teman-temannya.

Tegar tersenyum ramah mendengar jawaban Arga. "Kalau begitu barengan aja ke kamarnya Citra. Mas juga mau ke kamarnya Citra," ajak Tegar.

"Makasih Mas," jawab Arga lagi. Kemudian mereka berempat mengikuti langkah Tegar masuk ke dalam rumah sakit daerah itu.

"Baru pulang sekolah ya?" tanya Tegar lagi.

"Iya Mas. Bubaran sekolah kami semua langsung ke mari." Kali ini Azwan yang menjawab pertanyaan Tegar.

Tegar manggut-manggut mendengar jawaban Azwan barusan. "Kalian semua teman sekelasnya Citra?" tanya Tegar.

"Shintya sama saya iya Mas. Tapi kalau Azwan sama Arga enggak sekelas," jawab Anne.

Lagi-lagi Tegar manggut-manggut mendengar jawaban teman-teman adiknya itu.

Tak terasa mereka sekarang telah berdiri di depan pintu masuk kamar perawatan Citra.

"Assalamu'alaikum." Tegar mengucapkan salam sembari membuka tirai yang menjadi sekat pembatas antar ranjang.

"Wa'alaikum salam," jawab seseorang yang duduk di samping ranjang Citra.

Mendengar suara seseorang mengucapkan salam, Citra mencoba membuka matanya. Dia ingin melihat siapa yang datang menjenguknya ke rumah sakit.

Senyum terkembang di wajah Citra saat melihat teman-temannya datang menjenguknya.

"Eh Arga," sapa Bu Aminah.

Arga tersenyum mendengar Bu Aminah memanggil namanya.

"Assalamualaikum Bu." Arga mengucapkan salam sembari mencium punggung tangan Bu Aminah.

Perempuan paruh baya itu tersenyum melihat kesopanan yang di tunjukkan oleh Arga.

"Di ajak masuk temannya Ga." Bu Aminah mengatakan itu sambil menatap Arga dengan senyuman.

"Iya Bu," jawab Arga.

Arga menoleh ke arah teman-temannya dan mengajak mereka untuk masuk ke dalam ruangan Citra.

"Hai Citra," sapa Anne begitu dia melihat sang sahabat.

Citra tersenyum melihat wajah Anne dan juga teman-temannya yang lain.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Azwan pada kekasihnya itu.

"Udah mendingan," lirih Citra.

"Eemm... kalau begitu Ibu tinggal keluar sebentar ya. Kalian lanjutkan saja ngobrolnya," ucap Bu Aminah.

"Mas Tegar juga keluar dulu ya. Kalian pasti pengin ngobrol sama Citra kan?" ujar pemuda tampan itu.

Anne dan yang lainnya kompak menganggukkan kepalanya.

"Jadi namanya Tegar," batin Shintya. Wajahnya merona merah saat melihat senyum manis pemuda itu.

"Bisa nih di jadiin cadangan," katanya dalam hati. Senyum misterius terpatri di wajah manisnya itu.

"Cepat sembuh ya Cit. Aku kangen sama kamu," ucap Anne. Tangannya mengelus lembut tangan Citra.

Citra tersenyum mendengar ucapan Anne. "Besok aku udah boleh pulang kok. Jadi lusa udah bisa masuk sekolah," sahut Citra.

"Jam berapa besok pulangnya? Aku jemput," ucap Azwan dan Arga berbarengan.

Anne dan Shintya saling lempar pandang. Sedangkan Citra hanya menatap kedua pemuda itu secara bergantian.

"Makasih. Besok Mas Tegar yang jemput. Kebetulan Mas Tegar lagi libur. Jadi bisa jemput aku ke sini," jawab Citra.

Azwan dan Arga hanya membulatkan bibir mereka. Arga tampak memaksakan senyumnya. Sedangkan Azwan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Enggak usah kecewa gitu Wan. Elo kan masih bisa jemput gue besok," bisik Shintya.

Azwan mengangkat kepalanya dan menatap Shintya dengan pandangan heran.

Shintya tersenyum penuh arti melihat tatapan mata Azwan yang selalu menggetarkan hatinya.

"Kalau Citra udah ada yang jemput. Elo kan bisa jemput gue. Kita bisa berangkat sekolah bareng besok." Shintya mengulangi perkataannya lagi.

Azwan menatap Shintya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tak habis pikir dengan sikap Shintya. Di depan Citra dia berani bersikap seperti ini. Apa dia tak memikirkan perasaan Citra? Katanya dia sahabatnya Citra? Tapi kenapa....

"Maaf jam besuk sudah berakhir. Kalian di mohon keluar dulu ya. Pasien harus minum obat dan istirahat," ucap seorang perawat pada keempat anak muda itu.

Arga dan yang lainnya kompak menganggukkan kepala mereka.

"Cepat sehat ya Citra." Anne berkata pada Citra sebelum keluar dari sana.

"Cepat sehat ya Sayang." Azwan berkata sembari menggenggam erat tangan Citra.

Citra tersenyum mendengar ucapan Azwan dan Anne barusan. Dia merasa begitu diperhatikan oleh kedua orang itu.

"Cepat sehat ya. Aku selalu ada untuk kamu," ucap Arga. Matanya menatap lekat ke arah Citra, gadis yang diam-diam dia cintai itu.

Citra tersenyum mendengar ucapan Arga. Sedetik kemudian Citra menganggukkan kepalanya perlahan.

Saat tiba giliran Shintya, gadis itu hanya menyalami Citra tanpa mengucapkan apapun juga. Hanya senyum yang dipaksakan yang terpatri di wajahnya.

*****

Malam beranjak naik. Sang dewi malam tampak tersenyum cantik di langit. Sang dewi tak sendirian, tapi ditemani oleh bintang-bintang yang bertaburan di sekitarnya.

Seorang pemuda gagah tampak berdiri sambil memandang langit malam yang gelap. Matanya menatap lurus ke langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang.

"Diminum dulu Sat," tawar seorang perempuan yang datang dari dalam rumah.

Pemuda itu menoleh dan tersenyum ke arah gadis manis itu.

"Eh iya. Makasih Vit," jawab pemuda itu.

Gadis itu meletakkan segelas minuman di atas meja. Dia mengambil tempat duduk di salah satu kursi kosong itu.

Gadis bernama Acura itu tampak memandangi punggung pemuda itu.

"Seandainya aja kamu tahu perasaan aku yang sebenarnya Sat. Aku akan sangat bahagia. Aku akan menjadi wanita paling bahagia karena bisa menjadi kekasihmu," ucapnya dalam hati.

Avita menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sejumput rasa sedih dan kecewa bergelayut manja dalam hatinya.

Hening menyelimuti keduanya. Pemuda itu masih berdiri dengan kedua tangannya tersembunyi di dalam kantong celananya. Kebiasaannya sejak dulu yang tak pernah berubah.

"Dingin banget ya malam ini?" ujar Avita memancing pembicaraan.

Pemuda itu hanya mengangguk samar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Avita.

"Dingin-dingin gini enaknya minum yang hangat-hangat," pancingan lagi.

Pemuda itu tak merespon ucapan Avita. Dia hanya menatap gelap malam dengan tatapan tajam.

Avita menghela napas panjang. Gadis cantik itu tampak kecewa karena Satria tak merespon ucapannya.

"Kenapa sih kamu sedingin ini sama aku?" tanya Avita.

Pemuda bernama Satria itu hanya menghela napas panjang. Matanya masih menatap gelap malam tanpa memperdulikan kehadiran seorang gadis cantik di dekatnya.

"Sat," panggil Avita.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini terus?" tanya Avita. Gadis itu lantas berdiri dan berjalan mendekat ke arah Satria.

"Aku nggak tahu Vit. Mungkin selamanya aku kayak gini," jawab Satria. Matanya masih menatap lurus ke depan.

"Sat," panggil Avita. Tangannya menepuk pelan bahu pemuda tampan itu.

"Coba deh kamu ngomong jujur ke dia. Siapa tahu dia mau mendengarkan pernyataan cinta kamu. Syukur-syukur kalau dia mau menerima cinta kamu." Avita mencoba memberi saran pada pemuda itu.

Satria menggelengkan kepalanya. "Aku nggak bisa Vit. Aku nggak mau merusak kebahagiaan dia. Aku juga nggak yakin dia mau mendengarkan aku," jawab Satria.

"Belum juga di coba, udah pesimis duluan," sahut Avita.

Satria menghela napas panjang. Kepalanya tertunduk sebelum merespon ucapan Avita.

"Bukannya aku nggak mau coba. Tapi aku nggak mau ngerusak suasana hatinya. Saat ini dia terlihat bahagia bersama kekasihnya. Aku nggak mau merusak kebahagiaannya saat ini," jawab Satria.

"Kamu juga berhak bahagia Satria. Kamu juga berhak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang kamu cintai," ucap Avita.

"Dia juga harus tahu kalau kamu sayang sama dia. Dia juga harus tahu kalau kamu tulus sama dia. Jangan terus menerus menyembunyikan perasaan yang kamu rasakan untuknya."

Satria terdiam mendengar ucapan Avita. Pemuda itu tampak merenungi setiap kata yang keluar dari mulut sahabat baiknya itu.

"Terkadang kita harus siap patah hati untuk tahu siapa yang tulus menyayangi kita," ucapnya akhirnya.

Satria semakin terdiam mendengar ucapan sang sahabat. Namun sepertinya dia tak mengetahui maksud tersembunyi dari ucapan Avita itu. Dia tak tahu jika sebenarnya Avita memberikan kode tentang perasaan yang ia rasakan.

Terpopuler

Comments

Gogot Puji

Gogot Puji

Avita pasti sakit hati banget ya. cintanya bertepuk sebelah tangan

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!