Bab 5

Arga terduduk lesu di sofa ruang tamu rumahnya. Rencananya untuk menjemput Citra hari ini gagal total. Dia kalah cepat dengan Azwan yang telah lebih dulu sampai di tempat bimbel itu.

"Enggak ada harapan buat gue untuk bisa bersama dengan Citra," gumamnya dalam hati.

"Sepertinya gue harus bisa merelakan dia untuk bersama dengan orang lain," gumamnya lagi.

Arga menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia berusaha meredam rasa cemburu yang sebisa mungkin tak ia tunjukkan pada orang lain.

"Cit, gue memang nggak maksa elo untuk nerima cinta gue. Gue nggak maksa elo untuk membalas perasaan gue ke elo. Tapi gue tetap berharap suatu saat elo akan mau menerima cinta gue. Elo mau membalas perasaan gue ke elo," ucapnya.

Lagi-lagi Arga menghela napas panjang. Ada setitik nyeri yang bersarang di dalam hatinya saat ini. Tapi dia harus bisa menghalau perasaan itu sebisa mungkin. Dia tak ingin orang lain tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini. Dia tak ingin orang lain mengasihaninya.

Sementara itu, Azwan mengajak Citra ke sebuah taman yang tak jauh dari rumah Citra. Azwan mengajak Citra untuk mengunjungi tempat favoritnya itu sore ini.

"Maaf ya tadi aku bilang kalau kamu pacar aku," ungkap Citra.

Azwan menatap Citra dan tersenyum manis pada gadis itu.

"Enggak apa-apa Cit. Aku malah senang kamu bilang gitu tadi," sahut Azwan.

Citra menundukkan kepalanya mendengar sahutan Azwan.

"Cit," panggil Azwan. Pemuda itu memberanikan diri untuk menggenggam jemari lentik Citra.

Citra mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap wajah Azwan yang terlihat sempurna di matanya.

"Boleh aku jujur sama kamu?" ujarnya.

"Jujur soal apa?" tanya Citra. Suaranya terdengar lirih karena gugup.

Azwan menatap kedua mata Citra dengan lekat. Tangannya semakin erat menggenggam jemari lentik gadis manis itu.

"Aku... sebenarnya aku... aku... sayang sama kamu Cit," ungkap pemuda tampan itu.

"Udah lama aku memperhatikan kamu di sekolah. Aku selalu pengin kenalan dan dekat sama kamu. Tapi...."

Citra menautkan kedua alisnya. Dia penasaran dengan kelanjutan ucapan Azwan barusan.

"Tapi apa?" tanya Citra tak sabar.

"Tapi aku ragu. Aku juga malu untuk mendekati kamu," jawab Azwan.

Citra tertegun mendengar jawaban Azwan. Pikirannya mulai memikirkan yang bukan-bukan saat Azwan mengatakan itu.

"Aku malu karena... bukan karena kamu...."

"Jelek? Item? Dekil?" potong Citra cepat.

Azwan menatap wajah gadis di depannya seraya menggelengkan kepalanya.

"Bukan? Lantas karena apa?" tanya Citra tak sabar.

Azwan menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Citra.

"Aku nggak pernah menganggap kamu seperti itu. Di mata aku, kamu selalu menarik dan cantik," jawabnya.

"Kamu punya kecantikan yang nggak semua cewek punya. Kamu cantik dari dalam hati kamu Cit," ungkapnya lagi.

Wajah Citra merona merah mendengar pujian dari pemuda tampan di depannya itu. Dia tak menyangka jika pemuda itu akan memujinya sedemikian rupa. Tapi sedetik kemudian dia menepis perasaan melayang itu. Dia berusaha menghapus perasaan bangga itu saat teringat siapa pemuda yang duduk di depannya kini.

"Aku tulus sayang sama kamu Cit. Aku nggak pernah main-main sama perasaan aku Cit. Aku serius sama kamu." Azwan mengungkapkan segala rasa dalam hatinya sore ini.

Citra tampak terkejut sekaligus bingung hendak menjawab bagaimana ungkapan cinta Azwan. Satu sisi, dia merasa nyaman berada di dekat Azwan. Azwan selalu melindungi dirinya dan selalu bersedia menjadi tamengnya.

Tapi di sisi lain, dia juga tak bisa menepis bayang-bayang Dirga dari dalam hatinya. Bayang-bayang pemuda itu telah menancap kuat di dalam hatinya.

"Tapi aku nggak secantik cewek-cewek yang deketin kamu," ucap Citra.

"Aku nggak peduli Cit. Aku nggak peduli itu," sahut Azwan.

"Aku juga nggak sekeren Shintya ataupun Anne," ucap Citra lagi.

Azwan tersenyum miring mendengar ucapan Citra. Dia tahu Citra merasa minder dengan keadaannya. Dia merasa tak percaya diri saat harus berdampingan dengan orang lain.

"Aku nggak peduli Cit. Aku nggak peduli apapun yang mereka bilang. Yang jelas aku sayang sama kamu. Aku tulus sama kamu," ucap Azwan. Pemuda itu menggenggam erat jemari gadis manis itu. Matanya menatap lekat ke arah Citra.

"Aku sayang sama kamu Cit. Aku nggak peduli sama masa lalu kamu. Sama kondisi kamu sekarang. Aku nggak peduli. Karena buat aku, kamu adalah cewek istimewa. Kamu adalah hadiah dari Tuhan untuk aku," ucap Azwan.

Citra menatap kedua mata Azwan. Dia mencari sebuah kebohongan di sana. Dia mencari sebuah keraguan. Namun yang ia temukan adalah sebuah ketulusan dan kesungguhan. Citra tak menemukan kebohongan ataupun keraguan dalam sorot mata Azwan.

"Citra, aku tulus sayang sama kamu. Aku mau kamulah pelabuhan terakhir aku. Aku mau kamulah yang mendampingi aku saat ini dan selamanya," ungkap Azwan.

Citra semakin bingung hendak menjawab apa. Satu sisi, dia merasa nyaman dan bahagia bisa berada di dekat Azwan. Tapi di sisi lain, dia merasa takut akan bayang-bayang sesuatu yang belum terjadi.

"Citra," panggil Azwan.

"Maukah kamu menjadi kekasih hatiku?" tanya Azwan.

Citra semakin menutup mulutnya. Dia tak tahu harus menjawab apa. Dia bingung harus bagaimana merespon pertanyaan sederhana Azwan. Tapi dia tak bisa diam saja seperti ini. Dia harus menjawab dan memilih. Dan apapun pilihannya, dia sudah memikirkannya dengan baik.

*****

Pagi ini hujan turun dengan derasnya. Arga sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia juga sudah mengenakan sepatunya dan siap untuk berangkat ke sekolah.

"Hujannya awet banget deh. Kayak perasaan aku buat Citra," gumamnya. Matanya menatap ke langit yang mencurahkan rahmatnya dengan derasnya.

"Ga," panggil seorang wanita paruh baya.

"Eh Bunda." Arga menyahut sembari menoleh ke arah wanita itu.

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Kamu belum berangkat sekolah?" tanya wanita itu.

"Belum Bun. Hujannya awet banget dah. Kayak status jomblo ku yang awet banget." Arga menjawab sambil terkekeh.

"Kamu ini bisa aja deh," sahut sang Bunda.

"Kamu bawa mobil Ayah aja Ga. Mumpung Ayah lagi nggak ke mana-mana," sahut seorang lelaki yang tiba-tiba sudah berdiri di samping istrinya itu.

"Boleh Yah?" Mata Arga berbinar mendengar ucapan sang Ayah.

"Iya. Pakai aja. Jemput Citra. Kasihan kan kalau dia harus naik angkot hujan-hujan gini," ucap lelaki itu.

Arga tersenyum mendengar ucapan dan Ayah. Dia segera bangkit dari duduknya dan meraih tas ranselnya.

"Arga berangkat sekolah dulu Yah, Bun." Arga berpamitan pada kedua orang tuanya.

Pak Salman dan Bu Salman tersenyum mendengar ucapan sang anak.

"Mau sekolah apa mau PDKT sama Citra elo Ga?" cibir Nanda.

Arga mencebikkan bibirnya. "Dua-duanya lah Mas. Sekolah sekalian cari jodoh," sahut Arga asal.

Pak Salman dan Bu Salman tertawa mendengar celotehan kedua anak mereka.

"Enggak apa-apa Ga. Dulu Mbak Vania juga gitu kok. Malah setelah lulus langsung dilamar sama Mas Faisal," sahut Vania, kakak perempuan Arga.

Arga hanya tersenyum mendengar ucapan sang kakak. "Udah ah. Arga berangkat dulu. Nanti keburu dijemput orang Citra-nya." Arga berkata sembari berjalan menuju pintu keluar.

Setelah mengucapkan salam, Arga segera melakukan mobilnya menuju rumah Citra. Hatinya berbunga-bunga saat kedua orang tuanya dan juga kakak-kakaknya tak melarangnya untuk mendekati Citra. Bahkan mereka memberikan lampu hijau padanya.

Arga terus melakukan kendaraannya dengan perasaan bahagia. Hatinya diselimuti rasa bahagia seolah-olah dia sudah mendapatkan cinta Citra.

Tak berapa lama Arga telah sampai di depan rumah Citra. Dia merapikan seragamnya sebelum keluar dari dalam mobil. Setelah yakin, dia segera keluar dari dalam mobil. Senyum manis terkembang di wajah tampannya.

"Eh kamu udah lama nunggunya?" tanya Citra pada seorang pemuda yang tengah berdiri di depan rumahnya.

Mendengar suara Citra, pemuda itu tersenyum manis pada gadis itu. "Enggak kok. Baru aja datang," jawabnya.

Citra tersenyum mendengar jawaban pemuda tampan itu. "Berangkat sekarang yuk," ajak Citra.

"Ayo." Azwan menjawab sembari menggandeng tangan Citra dengan mesra.

Wajah Citra bersemu merah saat Azwan menggandeng mesra tangannya.

"Silahkan masuk tuan putri." Azwan berkata sembari membukakan pintu mobil miliknya.

Citra tersenyum malu-malu melihat perlakuan manis Azwan kepadanya.

Azwan menutup pintu mobilnya. Kemudian dia segera masuk ke dalam mobil melalui pintu yang lain.

"Udah siap?" tanya pemuda tampan itu.

Citra menganggukkan kepalanya sembari tersenyum manis pada kekasih hatinya itu.

"Kita berangkat sekarang ya," kata Azwan. Setelah mengucapkan basmalah, Azwan melakukan mobilnya menuju sekolah.

Sementara itu, Arga yang bersembunyi di balik tembok hanya bisa menatap dengan sedih kepergian Citra dan Azwan. Dia tak bisa berbuat apa-apa selain belajar untuk mengikhlaskan cintanya pergi.

Arga menghela napas panjang. Kemudian dia kembali melangkah menuju mobilnya dan segera berangkat menuju sekolah.

"Gue bahagia kalau lihat elo bahagia Cit. Karena gue sadar cinta itu nggak harus saling memiliki."

Cinta itu adalah saat kita bahagia melihat orang yang kita cintai juga bahagia. Walaupun dia tak bersama dengan orang lain."

Terpopuler

Comments

Rosee

Rosee

semangat thoor sukses selalu buat novelnya 🤩💪🤗
kapan-kapan mampir yuk ke novel aku makasih

2023-05-02

1

Gogot Puji

Gogot Puji

kirain yang yang datang Arga. eh nggak tahunya mas Azwan.

2023-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!