Seorang wanita cantik datang bersama dengan dua orang satpam. Wanita itu berjalan cepat sambil berteriak kencang memanggil nama Bagas dan menyuruhnya untuk berhenti.
"Hentikan Pak Bagas," seru wanita itu. Dia adalah Bu Indah, pemilik tempat bimbel ini.
Bagas tak menghiraukan seruan wanita itu. Dia terus saja menyerang Faisal yang dinilainya terlah mengganggu momennya bersama dengan Citra.
"Hentikan Pak Bagas!" teriaknya agak kencang. Tapi Bagas tak menghiraukan teriakan wanita itu. Hingga kedua satpam yang datang bersama wanita itu memegang tangannya.
Bagas meronta dan memberontak meminta untuk dilepaskan. Tapi kedua satpam itu tak menghiraukan permintaan Bagas. Mereka menyeret Bagas untuk menjauh dari tempat itu.
"Kamu nggak apa-apa kan Citra?" tanya Bu Indah. Sorot matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.
Citra hanya menggelengkan kepalanya. Tubuhnya bergetar hebat karena rasa takut yang menderanya.
"Minum dulu Sayang." Bu Indah menyodorkan sebotol air mineral pada Citra yang masih terlihat ketakutan.
"Pak Faisal nggak apa-apa kan?" Kini Bu Indah bertanya pada Faisal.
"Alhamdulilah enggak apa-apa Bu." Faisal menjawab sambil tersenyum.
"Citra," panggil Faisal.
"Kamu pulang bareng saya aja ya." Faisal menawarkan diri untuk mengantarkan Citra pulang.
Citra tak menjawab tawaran Faisal. Dia hanya terdiam dengan tubuh yang masih bergetar ketakutan.
"Citra pulang bareng sama Pak Faisal saja ya Nak. Biar aman sampai rumah," ucap Bu Indah.
Wanita cantik itu berusaha membujuk Citra agar mau pulang bersama dengan Faisal.
Akhirnya Citra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia akhirnya mau pulang bersama dengan Faisal.
*****
Malam harinya, Arga datang berkunjung ke rumah Citra. Setelah mendengar cerita dari kakak iparnya tentang Citra, Arga segera menghubungi Citra untuk menanyakan keadaannya.
"Aku nggak apa-apa Ga," kata Citra. Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang tamu rumah Citra.
Arga menarik napas lega mendengar ucapan Citra. Dia merasa sedikit lega walaupun tak sepenuhnya bisa tenang.
"Beneran kamu nggak apa-apa Citra?" tanya Arga menyakinkan.
Citra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Walaupun dalam hati dia masih menyimpan sedikit ketakutan dan kekhawatiran.
"Syukurlah kalau kamu nggak apa-apa. Aku khawatir banget sama kamu." Arga berkata sembari menatap Citra lekat-lekat.
"Aku nggak apa-apa Ga. Enggak usah khawatirkan aku," jawab Citra.
Arga menarik napas lega sekali lagi. Dia bisa bernapas lega sekarang. Dia tak merasa khawatir lagi karena Citra baik-baik saja.
"Diminum dulu Ga," ucap Wiwit saat dirinya menghidangkan minuman dingin untuk Arga.
"Makasih Mbak," jawab Arga.
"Makasih ya Ga. Tadi Mas Faisal udah mau repot-repot nganterin Citra pulang," ucap Wiwit.
"Iya Mbak. Sama-sama," jawab Arga.
"Ya sudah. Kalian lanjut aja ngobrolnya. Mbak tinggal ke dalam dulu," ucap Wiwit lagi.
Arga menganggukkan kepalanya dengan sopan. Semua orang di rumah ini telah mengenal Arga dan keluarganya dengan baik. Begitu pula sebaliknya, keluarga Arga juga sudah sangat mengenal keluarga Citra dengan sangat baik.
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari luar.
"Wa'alaikum salam," jawab Arga dan Citra hampir bersamaan.
"Eh ada Arga." Seorang lelaki paruh baya tampak baru saja masuk ke dalam rumah itu.
Arga menganggukkan kepalanya sembari tersenyum pada lelaki itu.
"Eh Arga. Udah lama Nak?" sapa seorang perempuan yang baru saja masuk menyusul suaminya.
"Baru aja kok Bu, Pak," jawab Arga sopan.
Bu Aminah dan Pak Hamzah tersenyum ke mendengar jawaban Arga.
"Ya sudah. Kalian lanjutkan ngobrolnya. Bapak sama Ibu mau ke dalam dulu," ucap Pak Hamzah.
Arga tersenyum dan mengangguk hormat. Sedangkan Citra hanya diam memperhatikan gerak gerik Arga.
"Azwan tahu kalau kamu hampir aja jadi korban pelecehan?" tanya Arga setelah kedua orang tua Citra tak ada di sana.
Kali ini giliran Citra yang menghela napas panjang. Gadis itu tampak terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan sederhana itu.
"Aku nggak ngasih tahu dia Ga. Aku nggak mau ganggu waktunya bersama dengan keluarganya." Citra berkata sambil memainkan jemarinya.
"Kenapa Cit? Dia juga berhak tahu dong apa yang terjadi sama kamu," ucap Arga.
Citra lagi-lagi menghela napas panjang. Dia tak lantas menyahuti ucapan Arga barusan.
"Aku nggak apa-apa Ga. Jadi aku pikir Azwan nggak perlu tahu. Toh Pak Bagas nggak sampai melakukan hal yang aneh-aneh sama aku," sahut Citra.
Arga menatap dalam-dalam mata Citra. Pemuda itu bisa merasakan apa yang sedang Citra rasakan saat ini. Dia bisa merasakan ketakutan luar biasa yang Citra rasakan.
"Untung aja Mas Faisal datang tepat waktu Ga. Jadi Pak Bagas nggak sampai melakukan hal yang aneh-aneh," ucap Citra akhirnya.
Arga menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Matanya masih terus menatap wajah gadis di depannya dengan lekat.
"Besok kalau mau pulang les, kamu telpon aku ya. Biar aku bisa jemput kamu," ucap Arga.
Citra tersenyum mendengar ucapan Arga barusan. Dia bisa merasakan ketulusan dalam nada bicara pemuda yang diam-diam mencintainya itu.
"Iya. Besok kalau Azwan nggak bisa jemput aku. Aku telpon kamu deh." Citra menjawab ucapan Arga dengan senyum yang terkembang di wajahnya.
"Ya udah. Aku pulang dulu ya. Udah malam. Aku belum ngerjain PR kimia juga." Arga berpamitan seraya berdiri dari duduknya.
Citra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Makasih ya udah mau main ke sini," sahut Citra.
Arga tersenyum mendengar ucapan Citra. "Iya Citra. Aku pulang dulu ya. Sampai ketemu besok di sekolah," ucap Arga.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tua dan kedua kakak Citra, pemuda itu lantas keluar dari rumah itu. Dia kemudian melakukan motornya menuju rumahnya.
Tak berapa lama pemuda itu telah sampai di sebuah rumah minimalis namun terlihat elegan dan mewah.
"Eh elo Ga," sapa sang pemilik rumah.
Arga tersenyum mendengar sapaan ramah sang tuan rumah.
"Masuk yuk," ajaknya.
"Enggak usah Wan. Di luar aja. Lebih adem," tolak Arga dengan halus.
"Tumben mampir ke sini ada apa?" tanya Azwan.
Arga menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Azwan. Matanya menatap lurus ke depan. Mulutnya masih tertutup rapat.
"Elo seharian ini ke mana aja?" Arga bertanya tanpa menoleh ke arah Azwan. Matanya masih menatap lurus ke depan.
Azwan mengerutkan keningnya. Dia tak mengerti dengan perkataan Arga barusan.
"Maksud Lo?" Azwan balik bertanya pada sang sahabat.
Arga tersenyum miring mendengar pertanyaan Azwan. "Citra hampir aja jadi korban pelecehan," ungkap Arga. Dia mengatakan itu dengan wajah serius.
Azwan tampak terkejut mendengar ucapan Arga barusan.
"Citra hampir jadi korban pelecehan?" ulang Azwan.
Arga menganggukkan kepalanya. Dia kembali menatap lurus ke depan.
"Dia hampir aja dilecehkan oleh salah seorang tentor-nya. Untung aja Mas Faisal tahu. Jadi kejadian itu bisa dicegah." Arga menjelaskan itu sesuai dengan yang ia dengar dari kakak iparnya.
Azwan semakin terkejut mendengar penjelasan Arga. Dia tak tahu jika sang kekasih hampir saja menjadi korban pelecehan.
"Setelah gue dengar kabar itu. Gue langsung ke rumah Citra. Gue pengin mastikan kalau dia baik-baik aja," ucap Arga.
Azwan terdiam mendengar ucapan Arga. Hatinya sedikit panas saat mendengar ucapan Arga barusan. Dia merasa cemburu saat mendengar begitu perhatiannya Arga pada Citra.
"Gue bilang begini bukan pengin buat lo cemburu. Gue ngelakuin ini semua pure karena rasa sayang gue sama Citra." Arga berkata demikian sambil menatap mata sang sahabat.
Azwan membalas tatapan mata Arga dengan perasaan tak menentu. Dia berterimakasih pada Arga karena pemuda itu sangat peduli pada Citra. Tapi dia juga merasa cemburu karena Arga selalu menjadi yang pertama tahu tentang masalah Citra.
"Gue harap elo lebih perhatian lagi sama Citra. Jangan biarkan dia merasa diabaikan oleh orang yang dia sayang," ucap Arga akhirnya sebelum pergi meninggalkan rumah Azwan.
Azwan masih berdiri mematung di depan rumahnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Dia merasa bersalah pada Citra karena membiarkan kekasihnya itu mengalami kejadian yang sangat menyedihkan.
Tanpa pikir panjang. Azwan masuk ke dalam rumah dan menyambar kunci motornya. Dia juga meraih jaketnya yang tergeletak di atas kasur.
"Mau ke mana Wan?" tanya Pak Bayu.
Azwan menghentikan langkahnya dan menatap ke arah sang ayah.
"Mau keluar bentar Pa," jawab Azwan.
Pak Bayu berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati anak lelakinya.
"Sudah malam. Kamu mau ke mana sih?" tanya Pak Bayu.
Azwan berdecak kesal mendengar pertanyaan sang ayah.
"Sebentar doang Pa. Enggak sampai tengah malam Azwan bakalan udah di rumah. Azwan janji," ucap Azwan.
"Iya tapi kamu mau ke mana?" tanya Pak Bayu.
Azwan semakin kesal karena sang ayah masih terus menahan langkah kakinya.
"Ke rumah teman Pa." Akhirnya Azwan mau menjawab juga pertanyaan sang ayah.
"Udah ah. Azwan jalan dulu. Takut kemalaman," ucapnya.
Setelah mengucapkan salam, pemuda tampan itu segera berjalan menuju garasi. Dan tak berapa lama terdengar deru mesin motor yang melaju dengan kencang.
Azwan memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Dia tak peduli dengan kondisi jalanan yang masih tampak ramai itu.
Azwan memacu motornya dengan kecepatan yang semakin tinggi. Dia ingin segera sampai di rumah sang kekasih dan meminta maaf pada kekasihnya itu.
Azwan segera turun dari motornya begitu dia sampai di depan rumah sang kekasih.
"Assalamu'alaikum." Azwan mengucapkan salam. Tak ada sahutan dari dalam.
Azwan tak menyerah. Dia mencoba sekali lagi. Namun tetap saja tak ada sahutan dari dalam. Mungkin penghuni rumah itu sudah tidur semua. Begitu pikir Azwan.
Sekali lagi Azwan mencoba mengucapkan salam. Namun tetap saja tak ada sahutan. Akhirnya dia memutuskan pergi beranjak dari depan rumah itu. Namun langkahnya terhenti kala telinganya mendengar suara anak kunci diputar seseorang dari dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rosee
semangat thoor ditunggu kelanjutannya 🤩
2023-05-04
1
Gogot Puji
Arga perhatian banget ya sama Citra.
Yang paling aku suka dari cerita ini tuh bahasanya ringan. pembaca jadi mudah paham. Terus lagi penulisannya juga rapi. Jadi nggak ngos-ngosan bacanya
2023-05-04
1