"Arion Abraham, usia tujuh belas tahun. Tercatat sebagai siswa dari SMA Harapan Bangsa. Kelas sebelas IPA. Semester satu. "
Pendataan tentang Arion berjalan kurang lebih tiga jam. Arion sendiri duduk berhadapan dengan pria berusia empat puluh tiga tahun, seorang petinggi kepolisian. Hodie hitamnya di pasang di kepala menutupi rambut dan sebagian wajahnya. Dia menunduk dan memperhatikan gerak-gerik pria di hadapannya dengan ekor matanya. Kaki kanannya bertumpu pada kaki satunya dan kedua tangannya berlipat di depan dada. Lampu remang-remang, membuat suasana jadi mencekam.
"Sekalian bacakan juga biodata lengkap saya. Kapan dan dimana saya lahir, golongan darah, makanan dan minuman favorit, hobby dan cita-cita juga. " kata Arion dengan entengnya.
Pria di depannya pun terkekeh mendengar ocehan Arion yang terkesan dingin itu. Dia menaruh berkasnya di atas meja, lalu duduk berhadapan dengan Arion dan menatapnya tajam.
"Bisa nggak ekspresi mu itu Jangan seperti pem*unuh berdarah dingin. " kata pria tadi.
"Bisa nggak, jangan naruh saya di tempat kayak gini. Pengap tau. Saya bukan ******* yang berbahaya. " balas Arion dengan wajah datarnya.
Ali tertawa terbahak-bahak melihat sikap Arion yang seperti itu. Karena dia selalu melihat tampang Arion yang dingin saat di luar rumah, namun selalu menghangat saat bersama istrinya.
"Arion bisa jelaskan kronologi kejadian yang terjadi padamu dan teman-temanmu tadi. "
"Tadi teman-teman kan sudah cerita. Saya rasa satu pernyataan dari salah satu teman saya yang di aniaya oleh anak SMK itu, sudah cukup. tak perlu mendengar cerita dari saya lagi. " Kata Arion sambil memalingkan wajahnya.
Ali memijit pelipisnya yang sudah terasa pusing. Yang dia tanyakan adalah, kenapa ada barang haram itu lokasi kejadian dan beberapa botol miras di semak-semak tempat mereka bertemu.
Arion malas menjelaskannya, karena itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya. Ia juga tak tahu menahu tentang barang haram tersebut. Dia dan teman-temannya hanya berusaha menyelamatkan si gembul Doni dari pemalakan anak-anak SMK musuh bebuyutan mereka.
"Kalau kamu tetap diam, kamu bisa di tahan oleh pihak kepolisian lho. Arion. " kata Ali sedikit mengancam.
"Kalau begitu, kenapa tidak di tahan dari tadi saja. kenapa harus melakukan tes urin kepada ku dan teman-teman segala. Dan menyuruh kami menunggu." geram Arion pada Akhirnya.
"Semua teman-teman mu sudah memberikan keterangan kepada kami, hanya tinggal kamu saja yang belum. Om percaya padamu? tapi bagaimana dengan rekan om yang lainnya. " Ali membuang nafas kasarnya sambil memijit pelipisnya.
"Kenapa? mereka tidak bisa percaya padaku. Apa karena aku hanya anak yang selalu bikin onar di sekolah? Aku punya alasan untuk itu Om. " Arion berkata dengan nafas memburu. Dia marah dengan semua keadaan yang menimpanya saat ini.
"Arion." Ali membentak Arion yang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.
Arion menyeringai melihat, wajah tegang om Ali di hadapannya.
"Kita buktikan dan tunggu hasil tes itu. Aku bukan pria brengsek yang suka memakai barang haram seperti itu. "
Ali pun akhirnya terdiam, mendengar semua perkataan Arion. Dia tidak ingin meladeni keponakan kesayangan istrinya itu. Karena semua akan semakin kacau.
Ali, menyandarkan tubuhnya di kursi, dia memperhatikan wajah datar dan arogan dari Arion. Pemuda ini rupanya sudah sangat berubah sejak kejadian tujuh tahun lalu. Walau tinggal di rumahnya, Tapi Ali jarang sekali bertegur sapa dengan Arion. Karena kesibukannya di kepolisian dan Arion yang suka keluyuran bersama teman-teman nya.
"Kamu nggak mau melihat keadaan mamamu? " Tanya Ali hati-hati.
"Jadi, sekarang om mau mengusir saya? " Arion berucap sengit kepada omnya itu.
"Bukan begitu maksudnya Arion. Coba sekali-kali kamu tengok mama kamu. Dan lihat keadaannya." bujuk Ali.
"Nggak... " jawab Arion singkat.
"Dulu kamu sayang banget lho sama mama kamu, tapi sekarang kenapa begini. " tanya Ali penasaran sekaligua mencari informasi tentang perasaan Arion.
"Dulu mama, nggak begini. Dulu mama menyayangiku, papa dan Dinda. Tapi sekarang mama Lebih memilih Mike kembaran papa yang menyamar sebagai papa untuk mengobati kesedihan mama. Aku nggak mau itu. AKu hanya, punya satu papa, yaitu William bukan Mike yang berpura-pura jadi William. " Arion meluapkan semua emosinya pada omnya itu. Mungkin benar, sesama lelaki akan merasa lebih nyaman untuk berbagi.
Mendengar itu, Ali langsung menghampiri Arion dan memeluknya, untuk menenangkannya. Meskipun tidak menangis, tapi dia yakin Arion memendam semuanya dengan rasa sakit di hatinya.
"Om yakin, mamamu masih sangat menyayangi kalian, dia hanya belum bisa menerima kepergian papamu, sehingga menerima Mike untuk mendampinginya."
Arion terdiam mendengar penjelasan dari Om Ali. Dia sudah enggan membicarakan tentang mamanya itu. Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Mau kembali ke rumah pun rasanya enggan. Karena dia selalu menerima penolakan dari mamanya itu. Mamanya sudah tidak menerima kehadiran Arion.
Mamanya sudah berubah sejak menikah dengan Mike. Walau psikologi nya kurang, tetap saja penolakan mamanya itu sangat menyakitkan. Apakah otak mamanya itu sudah dicuci sama Mike agar membenci Arion. Dan dia bisa mengambil semua harta William Abraham.
"Bagaimana keadaan Dinda? Apa dia sudah membaik? " Ali mencoba mngalihkan pembicaraan.
Tapi tetap saja, jika yang dibahas adalah keluarganya, Arion tidak merasa senang.
"Lebih baik membahas hal lain Om. " katanya acuh.
"Kapan Aku bebas ini, rasanya sesak nggak bisa napas aku. " kini Arion yang mengalihkan pembicaraan.
Ali mengerti, kalau Arion tidak mau membahas tentang keluarganya yang sudah hancur berkeping-keping itu. Kasus yang menimpa keluarga Arion memang sangat mengejutkan. Tapi untungnya berita kematian William tidak sampai keluar dari media. Karena Ali langsung meng-handle semua kemungkinan yang terjadi.
"Arion, om tau apa yang sudah dilakukan papamu itu tidak benar. Tapi Om tidak yakin sepenuhnya kalau papamu tidak melakukan hal itu. " kata Ali menjelaskan apa yang dia ketahui.
" Maksud om?" Arion penasaran.
Ali mendekat ke arah Arion, dan berbisik. "Apa kasus ayahmu itu tidak terlihat janggal menurutmu? "
"Janggal? "
Dari awal kasus papanya, Arion memang sudah merasakan kejanggalan pada kasus papanya itu, tapi dia masih terlalu kecil untuk berfikir sampai kesana. Dia sempat curiga kepada pamamnya Mike, karena sebelum kejadian, papanya sempat bertemu dengan Mike.
"Sangat mustahil bagi papamu melakukan hal nekat seperti itu dihadapan anaknya. Walau semua bukti mengarah kepadanya, om tidak percaya. Karena ayahmu adalah sosok yang baik, dia tidak akan melakukan hal konyol seperti itu, padahal tidak ada masalah apapun baik di rumah ataupun di perusahaan. Menurut om, Ayahmu meninggal bukan karena bunuh diri, tapi kemungkinan besar itu rekayasa bunuh diri. " Terang Ali panjang lebar.
Otak dangkal Arion langsung menerima keterangan dari Om Ali.
"Jadi menurut, om.... "
Ali mengangguk setuju dengan pemikiran Arion.
"Kita harus mencari bukti untuk membersihkan nama baik papamu dan mencari pelaku sebenarnya dan dalang di balik semua kekacauan di keluargamu. " Ali menjelaskan.
"Tapi semua bukti mengarah ke papa, bagaimana bisa.... "
"Bukti bisa direkayasa, kalau kita
punya banyak uang, dan membungkam semua penyidik. " Ali menjelaskan lagi.
Arion kini mengerti arah pembicaraan Om nya.
Waktu itu Ali memang tidak bisa membantu banyak karena dia tidak di tugaskan di tempat kasus itu berlangsung. Tapi sekarang, dia akan membuka kembali kasus yang menimpa kakak iparnya itu.
"Om percaya kepada kak Willi, dia tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu. Ini semua pasti rekayasa seseorang. Dan ada yang menginginkan posisinya. Tapi sayang, Kak Willi sudah mengamankan harta dan posisinya untuk jatuh kepada ahli waris sahnya yaitu kamu sebelum semua terjadi, setelah usiamu dua puluh tahun kamulah pemegang tahta perusahaan Abraham. Belajarlah yang rajin, dan jangan kecewakan almarhum papamu. " kata Ali menepuk bahu keponakannya itu.
*
*
Luna kedatangan Alex yang berkunjung ke rumahnya. Dia merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya Luna bisa mengenalkan Alex sebagai kekasihnya kepada orang tuanya.
"Jadi Alex sudah resmi pacaran sama anak Om dong. " Kata Gavin (papa Luna) menggoda pacar anaknya itu.
"Iya gitu deh om. " Alex mengangguk dengan semburat merah di pipinya.
"Ini kalian mau kemana? " tanya Gavin lagi.
"Luna ngajak nonton, om. "
Luna pun pamitan kepada papanya dan menarik tangan Alex agar segera pergi. Papa Gavin hanya menggeleng kan kepalanya melihat tingkah anak perempuan satu-satunya itu.
Luna dan Alex sudah berada di mall, mereka akan membeli tiket film yang disukai Luna. Namun sebuah panggilan masuk membuat wajah Alex berubah. Luna yang menyadari perubahan Alex pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Ada apa? " tanya Luna
"Papa menyuruhku pulang, kami harus segera ke luar kota. " kata Alex yang merasa tak enak.
"Kalau begitu pergilah. " kata Luna memaksakan senyumnya.
"Aku akan mengantarmu pulang dulu. " Alex merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
"Tidak perlu, aku masih ingin menonton film ini. " ucap Luna bohong.
Akhirnya Alex pergi meninggalkan Luna di mall sendirian. Luna yang sudah tidak berminat lagi nonton, dia lalu keluar mall dan menuju taman. Luna berkali-kali menghubungi Lucas ataupun papanya agar menjemputnya tapi tidak ada satu orang pun yang mengangkat panggilannya. Hingga sebuah suara yang sangat dia benci menyapa pendengarannya.
"Gue anterin pulang. " ujarnya dengan suara dingin.
Luna menoleh ke asal suara. Di lihatnya Arion yang menaiki motor sportnya, dengan masih menggunakan baju seragam sekolah. Dalam hati dia bertanya, "Dari mana aja, sampai nggak ganti baju. "
"Ogah, mending gue jalan kaki dari pada lo anter."
Arion mendesah kasar, Luna memang sulit untuk ditaklukkan. Arion hanya memperhatikan Luna dari jauh.
Luna benar-benar jalan kaki menuju rumahnya, tanpa dia sadari ada seseorang yang mengikutinya dan melindunginya dari jauh.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Sri. Rejeki
keren lanjutkan Aku suka kisah ini.. Semangat nulisnya.. 😊
2023-05-26
1