Arion menjalankan motor sportnya keluar dari sekolah dengan kecepatan rata-rata, membelah jalanan ibu kota yang penuh dengan polusi. Namun saat memasuki sebuah rumah mewah, dia segera memelankan laju motornya, dan memarkirkan motor kesayangannya. Arion melangkah dengan santai dan membuka pintu mewah itu, dia disambut seorang wanita paruh baya berusia sekitar empat puluh tahunan. Arion langsung mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Kenapa wajahmu itu? pulang sekolah kok kusut amat. " Wanita itu tersenyum hangat sambil mengacak rambut Arion.
"Jangan gini dong tante, rambutku nanti tambah kucel. " Kata Arion dengan kesalnya.
Kinara, tante Arion hanya menggelengkan kepala melihat keponakan kesayangannya itu sambil tersenyum, dia lalu menutup pintu rumahnya dan berjalan mengekori Arion dari belakang. Arion menuju dapur dan mengambil sebotor air mineral dingin, lalu menuangkannya dalam gelas meminumnya dalam sekali tegukan.
Kinara yang melihat sikap Arion yang tidak biasa itupun segera menghampirinya. Karena Arion tidak biasa meminum minuman dingin. Kinara takut telah terjadi sesuatu pada keponakannya itu. Karena Arion hanya akan meminun minuman dingin hanya untuk mendinginkan isi kepalanya.
"Apa ada masalah? " tanya Kinara yang merasa penasaran.
"Hanya masalah kecil. " jawab Arion dengan santainya.
Masalah yang di anggap kecil oleh Arion sebenarnya adalah masalah yang sudah mendarah daging sejak tujuh tahun lalu. Masalah yang tidak akan berakhir sebelum Arion berusia dua puluh tahun.
Kinara duduk di salah kursi di meja makan itu, lalu matanya mengikuti pergerakan Arion kemanapun Arion melangkah.
"Kapan masalah kecilmu itu akan selesai Arion, jika kamu selalu menghindari masalah itu. "
Arion mengangkat bahunya acuh.
"Masalah tidak akan selesai, tan. sebelum aku membuat perhitungan dan membalaskan dendam atas kematian papa. "
Kinara menghembuskan nafas beratnya. Tidak ada satu orang pun yang akan mampu mengubah pandangan hidup seorang Arion. Kebencian yang sudah mendarah daging sejak tujuh tahun lalu tidak akan pernah bisa berubah menjadi perasaan cinta hanya dalam waktu sekejap. Karena rasa marah dan bencinya itulah yang membuat seorang Arion yang hangat berubah menjadi dingin dan berhati batu.
Memang Arion adalah Arion, sosok kuat yang ditakuti para murid di SMA-nya, selain karena dia adalah anak ketua yayasan, tetapi kenakalannya pun patut di takuti oleh semua siswa. Tapi siapa sangka dibalik semua sikap dingin dan nakalnya, dia menyimpan banyak luka di hatinya yang membuatnya rapuh diwaktu yang bersamaan.
"Arion, ini sudah lebih dari tujuh tahun lho, apa kamu tidak bisa menerima Mike sebagai ayah sambungmu? " kata Kinara yang tidak habis pikir dengan keponakannya itu.
Arion menatap adik bungsu ayahnya itu dengan pandangan kosong, lalu dia hendak meninggalkan tantenya itu seolah tak mendengar apapun yang dikatakan tantenya.
Kinara mendengus kasar melihat sikap Arion yang acuh padanya , dia ingin mendengar jawaban dari Arion.
"Apa salahnya Mike, dia sudah bertanggung jawab menjaga ibumu, dan dia juga sudah meninggalkan keluarganya sendiri demi keluargamu. Dia menyesal dengan apa yang terjadi pada papamu. Karena itu... "
"Cukup, tan. Aku tidak mau dengar lagi. Masalahnya cuma satu. " kata Arion sambil memunggungi tantenya.
Satu tangannya menggenggam erat gelas yang digunakan untuk minum. Dia menyalurkan semua rasa sakitnya pada gelas itu, hingga terdengar bunyi gelas pecah di tangan Arion. Karena Arion menggenggamnya dengan sekuat tenaga dan penuh amarah. Darah mengucur deras dari telapak tangan Arion, dan serpihan gelas itu ada yang menancap di telapak tangannya. Sakit tidak diaa rasakan lagi, saat mengingat rasa sakit hatinya. Kinara bahkan tidak berani mendekat saat melihat Arion dalam keadaan seperti itu.
"Dia adalah penyebab papaku meninggal, dan sekarang dia berpura-pura menjadi papaku. Memangnya siapa dia. Aku hanya akan membiarkan dia berpura-pura menjadi papaku dengan wajah yang sama persis dengan wajah papa, sampai usiaku dua puluh tahun, dan saat itu aku akan menendangnya keluar dari perusahaan dan yayasan. Dan akan aku katakan kepada seluruh dunia, bahwa William Abrahan sudah meninggal. Pada saat itu, tante tidak boleh ikut campur, meski dia adalah kakak tante. "
Arion menatap tangannya yang berlumuran darah. Rasanyaa lega sekali sudah mengatakan apa yang dia ingin katakan. Tidak ada beban lagi di pundaknya.
"Aku membencinya, karena dia memiliki wajah yang sama dengan wajah papa, akan tidak jadi masalah jika dia bukan penyebab meninggalnya papa. "
Arion kemudian beranjak dari sana menuju kamarnya. Dia sudah tidak lagi memperhatikan raut wajah tante yang sangat menyayanginya itu.
Ya, senakal apapun Arion, dia tetap menyayanginya, karena dia sudah menganggap Arion sebagai anaknya sendiri. Kinara yang sudah menikah puluhan tahun dengan suaminya, sampai saat ini masih belum dikaruniai seorang anak. Jadi dia sangat menyayangi Arion dan adiknya itu. Apalagi setelah kakak sulungnya meninggal, Arion memilih tinggal dengan tantenya, daripada dengan mamanya sendiri yang menikah lagi dengan saudara kembar papanya. Karena dia tidak ingin kehilangan sosok William yang sudah terkubur dalam tanah.
*
*
Luna masuk kedalam kamarnya, dan duduk di pinggiran ranjang sambil membalas pesan dari Alex. Dia selalu menunjukkan senyum lebarnya tiap kali berbalas pesan dengan Alex.
✉️ "Ya udah, istirahatlah. Aku akan melanjutkan latihan futsal nya. " pesan terakhir yang dikirimkan Alex kepadanya
Luna lalu membaringkan tubunya di atas ranjang. Dia masih tidak percaya kalau sudah menjadi kekasih seorang Alex. Lelaki yang sangat dipujanya itu. Apalagi perlakuan Alex yang sangat baik kepadanya membuatnya selalu melayang.
tok... tok... pintu balkon Luna ada yang mengetuk.
Luna langsung bangun dan menghampiri balkon, siapa yang sudah mengganggunya memikirkan Alex.
"Apa'an." tanya Luna jutek saat melihat kakak pertamanya itu berdiri dibalik balkon. Memang balkon mereka menjadi satu dan hanya di batasi tembok setinggi satu meter.
"Temani gue yuk, beli cemilan. "
"Ogah, lagi males gue, kak. "
Kaisar bedecak, lalu menarik tangan Luna keluar kamarnya. Lalu menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja ruang keluarga.
"Mumpung gue lagi di rumah, baik-baikin kek. Kita ini jarang ketemu, Luna. Kalau abang udah masuk kuliah lagi, kita bakal jarang ketemu. " Kaisar segera menancapkan gas melaju menerjang malam itu.
Setelah sampai di mini market yang tak jauh dari kompleks perumahan, Kaisar lalu mengajak Luna masuk untuk belanja apa yang mau dia beli. Tapi Luna menolak. Dia memilih menunggu di luar minimarket sambil memainkan ponselnya.
Luna yang sedang berselancar di dunia maya, merasa terkejut karena tiba-tiba ada sebuah tangan dengan berbalut perban menyodorkan es krim cone kepadanya. Seorang pria berperawakan tinggi tegap, dengan hodie yang menutup kepalanya. Dan tangan satunya tengah memegang seputung rokok yang menyala.
"Nih, buat lo. dari pada lo diem garing ga ada cemilan. " kata Arion sambil memberikan sebuah es krim kepada Luna.
"Lo, bisa singkirin tu rokok nggak. Kalau lo mau mati, mati aja sendiri jangan ajak-ajak gue. " ketus Luna tapi tangannya juga mengambil es krim yang diberikan Arion.
Melihat itu Arion tersenyum tipis.
"Kalau gue mati sendiri, bakal jadi jomblo dunia akhirat dong, cantik. " kata Arion sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Luna.
Luna mendengus kesal mendengar candaan Arion yang terdengar garing di telinganya. Tangan satunya menutup hidungnya agar tidak mencium bau rokok dan tangan satunya memasukkan es krim kedalam mulutnya. Dia seolah tak peduli apakah Arion akan tersinggung dengan sikapnya atau tidak.
Arion yang melihat tingkah menggemaskan Luna pun, segera menghirup rokoknya dan menghembuskannya ke atas, agar jauh dari jangkauan hidung Luna. Lalu dia membuang puntung rokok itu dan menginjaknya dengan sepatu. Arion menatap gemas kearah Luna, lalu dia mengambil sesuatu di dalam kantong belanjaannya, sebuah coklat. Arion memang suka membeli coklat untuk mengatasi moodnya yang kadang tidak stabil.
"Nih, buat lo. " Arion memberikan sebungkus coklat kepada Luna.
"Kali ini lo, nggak boleh jutek kalau ketemu gue. Gue udah ngasih lo coklat, kasih gue sedikit senyuman lo dong, Lun. " Pinta Arion kepada cewek yang selalu membuat hatinya menghangat.
"Bodo amat," Luna langsung merebut coklat dari tangan Arion. tanpa memberikan senyuman yang di minta Arion. Dia lalu membukanya tanpa permisi.
Sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel Arion.
📩 " apa kamu tidak mau melihat keadaan adikmu? "
Sebuah pesan yang langsung membuat wajah Arion mengeras. Luna yang sedang menikmati coklat pemberian Arion pun langsung menoleh kearahnya, karena Arion tiba-tiba diam seribu bahasa.
Tatapan Mata Arion berubah menjadi kosong, saat membaca pesan itu. Lalu Laki-laki itu menghadapkan wajahnya ke atas langit melihat pantulan cahaya bintang yang bertebaran di atas sana, dan mengusap wajahnya kasar. Seolah ada beban berat yang sedang menghimpitnya.
"Are you okey, Arion. " Luna menepuk pundak Arion, yang terlihat tiba-tiba berbeda malam ini.
Arion yang tersadar pun langsung menoleh ke arah Luna, yang masih makan es krim dan coklat pemberian nya. Dia tersenyum saat melihat ada es krim yang belepotan di ujung bibirnya. Arion tersenyum dan langsung menyeka es krim itu dengan ibu jarinya. Dan menjilat tangan bekas Eskrim dari bibir Luna.
"I'am Okey, Thanks. "
Arion langsung menuju motor sportnya, dan segera menjalankannya, menjauh dari sana.
Luna yang mendapat perlakuan tak biasa dari Arion pun hanya bisa tertegun memandang kepergiannya. Hingga sebuah tepukan di bahunya menyadarkan Luna.
"Ayo, dek. Kita balik. " ajak Kaisar yang sudah menyelesaikan belanjanya.
Luna pun mengikuti Kaisar yang masuk ke dalam mobilnya. Dengan perasaan yang, entahlah...
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwk pasti Alex seorg playboy, Gak mungkin dia cinta sama Luna, pasti Luna di jadiin serapnya aja,,
2023-09-01
2
Qaisaa Nazarudin
Kematian papa?? Terus yg nampar dia td itu siapa??🤫🤫
2023-09-01
1
kim myujin 💜
semangat author 🥰🥰
2023-05-31
1