Luna pergi ke tempat Sam bersama dengan Leo, sebelumnya dia sempatkan membeli nasi padang untuk Sam dan Arion. Karena tadi Sam berpesan untuk membelikannya makanan.
"Kok cuma dua, itu buat gue sama Arion ya. " ucap Leo dengan pedenya.
"Nggak ini buat Sam sama Arion. " kata Luna ketus.
"Yah, buat gue sekalian napa Lun, jangan pelit-pelit amat jadi orang.Itung-itung buat ongkos nganterin lo. " kata Leo dengan memelas.
"Perhitungan banget lo jadi orang. " Luna cemberut sambil menghentakkan kakinya, berbalik ke rumah makan padang itu, dan membeli sebungkus nasi padang buat Leo.
Leo cuma nyengir kuda melihat tingkah Luna yang manis itu.
"Nih, buat lo." Luna menyodorkan sebungkus nasi padang itu kepada Leo.
"Yaelah, neng. bawain dulu napa. gue kan lagi nyetir. " kata Leo, sambil memegang setir motornya.
Luna lalu naik di boncengan Leo, dan mereka langsung meluncur menuju tempat Arion berada.
Leo memarkirkan motornya di depan bengkel milik Sam, dia terkagum-kagum sama seperti Luna saat pertama kali melihat bengkel Sam yang dipenuhi motor berkelas. Luna langsung masuk ke dalam, karena tidak ada orang di luar, Dia mengetuk beberapa kali pintu yang ada di sana tapi tidak mendapat jawaban.
"Lo ngapain di sini," sapa Arion dari arah pintu samping. Dia tidak tau kalau Luna datang dengan Leo.
Luna berbalik dan tertegun melihat wajah Arion yang penuh lebam dan luka. Leo yang mendengar Luna memanggil menyebut nama Arion ikut masuk ke dalam
"Eh, bro. Kenapa lo nggak sekolah tadi. " tanya Leo tanpa rasa bersalah.
Arion berbalik ke asal suara, dia melihat Leo juga berada di sana.
Leo juga terkejut saat melihat penampilan Arion saat ini.
"Are you oke. " tanya Leo cemas. Sedangkan Luna masih tercengang melihat keadaan Arion hingga Leo menyadarkannya.
"Lun.... Arion. " Leo menyadarkan Luna yang tengah melamun.
Luna tersadar lalu, menarik lengan Arion agar menatap ke arahnya.
"Arion, lo kenapa? Siapa yang ngelakuin ini sama lo. " Cemas Luna menyentuh wajah Arion dan melihatnya dengan seksama. Dia juga membuka lengan jaket Arion, terlihat luka dan lebam juga di kedua tangan nya.
Luna lalu mengajak Arion dan Leo untuk duduk di kursi santai yang ada di sana.
"Katakan sama gue, siapa yang ngelakuin ini sama lo. " Luna menyibakkan rambut yang menutupi nkening Arion, di lihatnya oerban yang menempel di sana. Dia masih memaksa Arion mengatakan siapa yang sudah memukulinya sampai seperti ini.
"Buka urusan lo. " ketus Arion.
"Lo... " Luna ingin memarahi Arion, tapi ditahan sama Leo. Leo menggelengkan kepalanya.
"Oke, apa lo sudah makan." Kini Luna berbicara dengan nada manisnya.
Arion menggeleng.
"Ya sudah sekarang lo makan, " Luna menyerahkan sebungkus nasi padang kepadanya tapi tidak dihiraukan Arion sama sekali. Membuat Luna gemas sendiri menghadapi Arion yang dingin Seperti ini.
"Nih, buat lo Leo. Buruan makan. katanya lo juga laper. " Luna memberikan sebungkus nasi padang juga kepada Leo.
"Makasih, Lun. " Leo langsung membuka nasi padang untuknya dan langsung memakannya dengan lahap.
"Tuh, liat Leo makan dengan lahap pasti rasanya enak. " Bujuk Luna masih menyodorkan nasi bungkus itu kepada Arion.
Arion masih diam tak bergeming.
"Eh, Luna udah sampai, sama siapa? " sapa Sam yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Sama temen, Sam. Tadi gue nggak bawa kendaraan, jadi gue minta Leo nganterin kesini. Eh, sampai di sini gue di sapa gunung Es. " ejek Luna kepada Arion. Tapi Ario tak peduli.
Sam melihat satu bungkus nasi yang belum di buka. "Ini buat gue. " tanyanya pada Luna.
"Iya itu buat lo. Maaf ya, gue cuma bawa itu doang. "
"Its Oke. Arion dari semalam juga belum makan. Kali aja lo suapi dia mau makan. " canda Sam, sambil berlalu masuk kedalam rumahnya.
Luna mendesah kasar. Dia membuka nasi bungkus untuk Arion itu, lalu menyendokkan nasi, sayur dan ikannya.
"Aaa.... " Luna mencoba menyuapi Arion yang bersikap dingin kepadanya sejak dia datang.
Tapi Arion hanya melirik sendok berisi nasi itu, tanpa membuka mulutnya.
Karena kesal, Luna mencubit tangan Arion yang memar itu.
"Aduh."
Saat Arion mangaduh, Luna langsung memasukkan nasi itu ke dalam mulut Arion. Sebuah trik yang membuat Arion tak berkutik. Leo yang melihat itu ingin tertawa tapi dia tahan.
Arion mendelik mendapat perlakuan seperti itu dari Luna, tapi hatinya menghangat seketika karena perhatian dari Luna.
"Ayo makan lagi, kalau nggak gue cubit lagi lo. " kata Luna sambil mendelik kepada Arion.
"Jangan cuma kak dan tangan yang lo cubit Lun, Tapi ini... " Arion menunjuk dadanya. "Disini juga sakit banget tau nggak. "
"Apa'an sih Arion, Ayo buruan di makan ini. Aaaa" Lagi Luna berhasil memasukkan nasi ke mulut Arion, begitu seterusnya hingga makanan itu tinggal separo.
Ponsel dalam saku Arion bergetar. Dia melihat siapa orang yang menghubunginya, ternyata dari dokter Frans, dokter yang merawat Dinda selama ini. Arion menjauh dari Luna dan Leo untuk berbicara dengan dokter Frans.
"Hallo ada apa dokter menghubunghi saya. " tanya Arion lansung pada dokter.
"Arion, adikmu hiteris memanggil namamu. Kemarilah mungkin kamu bis menenangkan nya. "
Arion langsung menutup ponselnya, lalu segera mengambil kunci motornya. Dia bergegas menyalakan motornya dan segera pergi menemui adiknya.
"Kemana dia," tanya Sam yang baru keluar .
"nggak tau , habis terima telpon langsung pergi. " jawab Luna sambil memandangi kepergian Arion.
"Gue akan ngejar dia. " katanya sambil mengambil kunci motornya.
" Gue ikut, " Luna
" Gue juga. " Leo yang dari tadi tercengang akhirnya ikut mengejar Arion.
Arion yang sudah sampai dirumah sakit segera berlari menuju ruangan Dinda, Tak peduli dia menabrak beberapa orang yang di lewati nya. Dia hanya ingin segera sampai di tempat perawatan Dinda.
Di depan kamar Dinda tampak beberapa orang sedang berkerubung ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Arion langsung menerobos gerombolan orang itu, dan segera masuk. Dilihatnya Dinda Yang histeris dengan rambut acak-acakan seperti kebingungan sedang mencari seseorang. Dan orang yang dipanggil Dinda adalah namanya.
"Apa yang terjadi dokter. " tanya Arion saat bertemu dengan dikter Frans.
"Kami tidak tau, tadi perawat dinda sedang keluar mengambil sesuatu, tapi saat kembali perawat itu melihat ada seorang laki-laki seusiamu keluar dari ruangan Dinda. Dan saat perawat itu masuk, Dinda langsung histeris seperti ini." jelas dokter Frans.
Arion hanya menebak satu nama di benaknya.
"Sial." umpatnya.
"Kak Arion... kakak dimana... tolongin papa kak... " kata-kata itu terus diucapkan Dinda berkali-kali.
Arion mendekat dan ingin memeluk adiknya itu.
"Dek... ini kakak, kakak sudah datang. kamu tenang ya. " kata Arion sambil terus mendekati adiknya.
Tapi Dinda yang tidak sadar, berteriak histeris dan melemparkan semua benda yang ada di dekatnya ke arah Arion.
"Kamu bukan kakak, kamu pembunuh papa... kak Arion... kakak dimana? Tolongin papa kak...? "
Deg...
Kalimat Dinda barusan membuka fakta sebenarnya kenapa papanya meninggal. Arion terus mendekati adiknya itu, dan sebuah gelas melayang di kepala Arion yang berbalut perban. Hingga mengeluarkan rembesan darah dari sana. Tapi Arion mengindahkan rasa sakit yang dia rasakan dia tetap berjalan mendekati adik kesayangannya itu.
Dinda yang melihat lelehan darah yang keluar dari kening Arion seketika terdiam. Ingatannya kembali berputar di kejadian tujuh tahun lalu, dimana dia yang sedang bermain petak umpet di ruangan kerja papanya melihat sang papa, di todong pistol dari samping. Dan saat ini dia melihat sosok kakaknya Arion mendekat padanya. Sontak dia berhambur memeluk kakaknya itu.
"Kakak.... Kakak.... papa kak... papa dibunuh orang itu. " kata Dinda lagi yang berada di pelukan kakaknya.
Arion merasa senang akhirnya adiknya bisa mengenalinya lagi, tapi sekaligus merasa marah saat mendengar kalau papanya memang sengaja di bunuh dan bunuh diri hanyalah pengalihan kasus saja.
Arion memeluk adiknya dan ikut menangis. Semua orang dibubarkan oleh para petugas medis, namun tiga orang yang sangat Arion kenal tetap berdiri di sana.
Arion yang sudah menenangkan adiknya dan memberikannya kepada petugas medis agar segera ditangani. Dia berbalik dan hendak keluar malah melihat ketiga orang itu. Dengan Luna yang sudah ikut meneteskan air matanya.
"Sial... " umpatnya lagi.
Kenapa Luna harus melihatnya dalam keadaan terlemahnya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
jaman jahiliyah
q pernah terpuruk spt itu
kelam sjk papa q ga ada.
sakit meraung histeris ya
seirng waktu menikah kerja hijrah ada anak bisa mengendalikannya
me time q, kl bersama teman sesama yg puny visi n misi sama akhirat pastinya
ntar sekalipun plg, kembali air mata akan meleleh
pastinya selalu ingat bahagia akan ada
janji Allah adalah benar, ujian kita u.mampu melewati semua, sesuai s n k yg Allah petunjukan
2024-02-02
1