...Persiapan Pergi Pesta Perjamuan Kerajaan Ernk....
4 Bulan kemudian, pada tanggal 18 Scorpio 500, Kalender Yunans.
Musim Gugur tiba dengan hawa diluar sana dingin, karena akan menjelang musim dingin pada bulan depan.
Tepatnya Aku berada di jendela terbuka kamar Ibuku, sambil menikmati pemandangan sore yang dingin. Aku menghabiskan banyak waktu dengan membaca buku tentang Dunia Euro lebih lengkap. Agar dapat mengetahui lebih banyak tentang misteri di dunia ini, tidak lupa aku mencatat sebagian tempat yang akan aku kunjungi nanti dikala tubuhku sudah besar.
Buku catatan ini aku tulis dengan tinta punya ibuku, walaupun aku meminjam sementara. Tapi aku diizinkan menggunakan, catatan ini berisi semua tentang perencanaan masa depanku, tempat peta yang tuju, harta karun dan lain sebagainya yang banyakku catat setiap saat.
Berbekal dari Ayahku juga, membantuku memperkenalkan secara rinci tentang Benua Eusian secara lengkap dan singkat dari utara sampai selatan. Hingga kota yang terkenal di Benua Eusian sampai ke Kerajaan Eusin. Ayahku berguna juga saat aku bertanya tentang Benua Eusian, tatkala aku diajarkannya seminggu tentang pembahasan ini.
Karena aku tahu Benua Eusian adalah salah satu Benua dengan misteri harta karun paling banyak, dan sebagai Benua penghubung ke Benua tersembunyi lainnya. Oleh sebab itu, aku rela berburu informasi tentang ini.
Ayahku juga ada menjelaskan tentang bahaya mengancam sampai musuh yang mengincar keuntungan dari orang lain, aku pun dapat juga tentang sisi gelapnya juga dari pengalaman Ayah. Selama bekerja menjadi Komandan Batalyon Pertahanan Kerajaan Ernk. Lucunya Ayahku hanya memberitahu sekilas tentang kisah cinta yang dialaminya.
Aku pun tertawa mendengarnya, walaupun belum semua dijelaskan oleh Ayah. Mungkin saja di lain waktu.
"Kevin, kenapa kau tertawa sendiri?" Zack merasa aneh padaku.
Lalu aku menjawabnya tepat di cincin ruang itu.
"Tidak kok, aku hanya teringat tentang kisah cinta Ayahku saja, ketika aku masuk kamarnya untuk bertanya tuh," jawabku sambil menulis dan tertawa mengingatnya.
"Oh, yang sebelumnya toh. Hahaha aku juga ingin ketawa," sambung Zack yang juga sama sepemikiran denganku.
"Kau tidak sangkakan, orang sedingin itu bisa luluh sama wanita cantik, manis dan jago berkelahi," jelasku kembali terhenti untuk menulis.
"Iya betul, auranya sangarlah tapi hatinya lembut hahaha," ledek Zack ketawa juga denganku.
Dan aku pun tertawa puas bersama Zack. Namun, Ibuku masuk ke dalam kamar menghampiriku untuk memperlihatkan sebuah undangan kerajaan.
"Apa hal nih, ketawa sendiri di kamar seperti orang gila," tegur Ibuku yang memegang kepalaku di belakang kursi bacaku.
Aku sadar ada ibu di belakang, lalu aku berhenti tertawa sama Zack.
"Eh Ibu, tadi tuh aku mengingat kejadian lucu Ayah di kamar mandi tadi tuh, hehe," kelitku yang canggung menoleh ke muka Ibuku di belakang.
Ibuku hanya menaikkan matanya ke atas menganggap ini beneran terjadi.
"Iyalah, tuh. Nih Kevin lihat undangan dari Kerajaan Ernk." Suruh Ibuku menyodorkan undangan itu kepadaku.
Dan aku mengambilnya, sekaligus membacanya dengan memakai kacamata Ibuku yang aku pinjam. Aku pun membaca satu per satu agar mengerti kalimat undangan ini.
╭┉┉┅┄┄•◦ೋ•◦❥•◦ೋ— — — 𝕶𝖊𝖗𝖆𝖏𝖆𝖆𝖓 𝕰𝖗𝖓𝖐
𝕾𝖚𝖗𝖆𝖙 𝖚𝖓𝖉𝖆𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝕬𝖗𝖘𝖊𝖓𝖎𝖔 𝕷𝖚𝖈𝖎𝖊𝖓 𝖉𝖆𝖓 𝕴𝖇𝖚 𝖇𝖊𝖗𝖘𝖊𝖗𝖙𝖆 𝖆𝖓𝖆𝖐𝖓𝖍𝖆.
𝖄𝖆𝖓𝖌 𝖙𝖊𝖗𝖍𝖔𝖗𝖒𝖆𝖙 𝕬𝖗𝖘𝖊𝖓𝖎𝖔 𝕷𝖚𝖈𝖎𝖊𝖓 𝖉𝖊𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖎𝖓𝖎 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝕸𝖚𝖑𝖎𝖆 𝕶𝖊𝖗𝖆𝖏𝖆𝖆𝖓 𝕰𝖗𝖓𝖐 𝖒𝖊𝖓𝖌𝖚𝖓𝖉𝖆𝖓𝖌 𝖐𝖆𝖑𝖎𝖆𝖓 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖒𝖊𝖓𝖌𝖍𝖆𝖉𝖎𝖗𝖎 𝕻𝖊𝖘𝖙𝖆𝖘 𝕻𝖊𝖗𝖏𝖆𝖒𝖚𝖆𝖓 𝖉𝖆𝖑𝖆𝖒 𝖕𝖊𝖗𝖎𝖓𝖌𝖆𝖙𝖆𝖓 𝕳𝖆𝖗𝖎 𝕻𝖊𝖗𝖎𝖓𝖌𝖆𝖙𝖆𝖓 𝕻𝖊𝖗𝖉𝖆𝖒𝖆𝖎𝖆𝖓 𝕭𝖊𝖓𝖚𝖆 𝕰𝖚𝖋𝖔𝖗𝖎𝖆. 𝕯𝖆𝖓 𝖘𝖊𝖘𝖆𝖒𝖆 𝖒𝖊𝖗𝖆𝖞𝖆𝖐𝖆𝖓𝖓𝖞𝖆. 𝕺𝖑𝖊𝖍 𝖐𝖆𝖗𝖊𝖓𝖆 𝖎𝖙𝖚 𝖆𝖈𝖆𝖗𝖆 𝖎𝖓𝖎 𝖆𝖐𝖆𝖓 𝖉𝖎 𝖑𝖆𝖐𝖘𝖆𝖓𝖆𝖐𝖆𝖓 𝖕𝖆𝖉𝖆
𝖍𝖆𝖗𝖎 : 𝖐𝖎𝖗𝖎𝖆𝖐𝖎̀
𝕿𝖆𝖓𝖌𝖌𝖆𝖑 : 18 𝕾𝖈𝖔𝖗𝖕𝖎𝖔 500;
𝖂𝖆𝖐𝖙𝖚 : 18.00–22.00 𝖂𝕭𝕰; 𝖉𝖆𝖓
𝕿𝖊𝖒𝖕𝖆𝖙 : 𝖉𝖆𝖑𝖆𝖒 𝖆𝖚𝖉𝖎𝖙𝖔𝖗𝖎𝖚𝖒, 𝕴𝖘𝖙𝖆𝖓𝖆 𝕶𝖊𝖗𝖆𝖏𝖆𝖆𝖓
𝕰𝖗𝖓𝖐 𝖇𝖊𝖗𝖑𝖆𝖓𝖌𝖘𝖚𝖓𝖌.
𝕯𝖊𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖉𝖊𝖒𝖎𝖐𝖎𝖆𝖓, 𝖚𝖓𝖉𝖆𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖎𝖓𝖎 𝖇𝖎𝖘𝖆 𝖐𝖆𝖒𝖎 𝖘𝖆𝖒𝖕𝖆𝖎𝖐𝖆𝖓 𝖕𝖆𝖉𝖆 𝕬𝖗𝖘𝖊𝖓𝖎𝖔 𝕷𝖚𝖈𝖎𝖊𝖓 𝖉𝖆𝖓 𝖇𝖊𝖗𝖒𝖔𝖍𝖔𝖓 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖍𝖆𝖉𝖎𝖗 𝖉𝖆𝖑𝖆𝖒 𝖕𝖊𝖗𝖏𝖆𝖒𝖚𝖆𝖓 𝖕𝖊𝖘𝖙𝖆 𝖎𝖓𝖎. 𝖀𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖎𝖙𝖚 𝖐𝖆𝖒𝖎 𝖇𝖊𝖗𝖍𝖆𝖗𝖆𝖕 𝕿𝖊𝖗𝖎𝖒𝖆 𝖐𝖆𝖘𝖎𝖍 𝖘𝖊𝖇𝖆𝖓𝖞𝖆𝖐-𝖇𝖆𝖓𝖞𝖆𝖐𝖓𝖞𝖆.
𝕽𝖆𝖏𝖆 𝕰𝖗𝖓𝖐
ノ ̄ゝ
𝕰𝖗𝖎𝖈 𝕰𝖗𝖓𝖐
𝕶𝖊𝖗𝖆𝖏𝖆𝖆𝖓 𝕰𝖗𝖓𝖐— — •◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉╯
Setelah aku membaca semuanya, aku tersadarkan oleh waktu acara perjamuan ini diselenggarakan pada hari ini tepatnya malam ini. Sontak aku kaget lalu membilang Ibuku.
"Ya ampun, Ibu nih acara hari minggu berarti malam inilah!" ujarku terkejut dan memanggil Ibuku untuk membilang nih.
Ibuku hanya merespon dengan tenangnya.
"Iya, malam ini. Ibu mau bilang Kevin awalnya cuma mengganggu Kevin belajar jadi Ibu baru memberitahumu sekarang," jelas Ibuku memberitahu ini dengan memegang kepalaku.
Aku mendengarkan ini, kemudian mengemas buku dalam tas kecilku. Dan menaruh secara rapi di atas meja. Ibuku terheran sampai menanyakan diriku.
"Lah, kenapa kemas-kemas?" tanya Ibuku melihat aku berkemas meja.
"Kevin mau mandi Bu, kan kita akan pergi perjamuan pesta inilah," jawabku sambil berdiri menjauhi kursi.
Ibuku lalu senyum melihat diriku sudah mandiri dan bisa mengetahui situasi ini.
"Oh, baiklah. Kalau gitu, Ibu siapkan baju jalan Kevin yang ibu buat di tempat tidur yah. Ibu letakkan disini." Ucap Ibuku sambil memberikan pesannya kepadaku, saat Ibuku menoleh ke belakang.
Aku mendengar Ibuku berpesan ini, dengan memberikan tangan jempolku dan keluar dari Kamar Ibu. Karena aku tahu Ibuku akan mandi di Kamarnya, oleh karena itu aku keluar dari kamarnya. Untuk pergi ke pemandian Ayahku saja.
Click…
Seusai aku keluar, Ibuku masih melihat pintu yang tertutup olehku. Bahkan setelah itu Ibuku melihat ke arah meja belajarku dengan melamunnya.
"Eh, kenapa aku malah melamun melihat meja belajar Kevin?" gerutu Putri Astrid menggaruk kepalanya.
Karena Putri Astrid selalu melihat meja belajar Kevin selalu penuh dengan buku, bersih dan rapi saat dia selesai belajar dan mengemasnya. Terkadang bagi Putri Astrid ini kebiasaan yang Kevin lakukan terus, beda dengan anak pertama yaitu Kelvin yang terus bolak-balik ke Istana Inti untuk mendapatkan bimbingan sampai pengajaran sama Nenek dan Kakeknya Arsenio.
Penasaran akan hal ini, Putri Astrid mengecek meja belajar Kevin. Walaupun ini pelanggar, tapi sebagai ibunya. Putri Astrid khawatir apa yang dilakukannya. Sehingga Putri Astrid memeriksa buku-buku yang dipinjamnya, hingga buku catatan kecil yang penuh tulisan tinta yang banyak.
Putri Astrid mengambil tas kecil Kevin dan membawanya ke tempat tidurnya, dan akhirnya Putri Astrid menunda dirinya untuk mandi sampai ia membaca tulisan Kevin apa yang dibuatnya di buku catatan ini.
"Entah kenapa aku selalu penasaran apa yang dilakukan sama Kevin setiap hari, padahal dulu aku tidak mengkhawatirkan dia mau apa-apa aku turuti apa yang dia mau," pikir Putri Astrid terbaring membuka buku catatan Kevin.
Putri Astrid pun membaca tulisan Kevin dari tinta yang tegak sambungnya sangat rapi, bagus seperti orang yang sudah terlatih. Putri Astrid membacanya dengan menggunakan kacamata merasa tersentuh sama tulisan Kevin. Hingga ia terlarut sama tulisan Kevin ini dan membacanya terus, tidak lupa Putri Astrid mengunci pintu agar tahu Kevin sudah selesai mandi.
"Aku tidak biarkan Kevin masuk dulu, sebelum aku menyelesaikan semua tulisan dia nih." Ujar Putri Astrid dengan menggunakan sihir daunnya untuk mengunci pintu kamarnya.
Setelah menguncinya Putri Astrid dengan santai membaca buku catatan Kevin yang selama ini ia buat.
"Kenapa tulisan Kevin sebagus ini. Padahal tidak ada yang mengajari ia menulis sampai sebagus ini," ucap Putri Astrid terheran dengan beberapa tulisan Kevin.
Sampai Putri Astrid melanjutkan bacanya lagi secara perlahan-lahan dan Putri Astrid terheran lagi sama gambaran peta Kevin.
"Wah, bagaimana bisa peta Dunia Euro ini mirip seperti di peta yang aku pinjamkan Kevin? Dari tata letak koordinatnya lengkap, arah mata angin, sampai segala perbatasan kota dan tandanya sangat sempurna," cengang Putri Astrid mengamati peta itu sampai menggeleng kepalanya.
Putri Astrid membaca buku catatan Kevin membuat ia penasaran terus membacanya sampai selesai.
...----------------...
Aku pun menyelesaikan mandi bersama Ayahku, aku tidak mengira aku beserta dengan Ayahku, lalu aku menanyainya.
"Ayah, nanti malam ini. Ayah pergi dengan kamikah?" tanyaku menoleh ke Ayahku.
Ayahku tengah membasuh mukanya kemudian menjawab pertanyaanku.
"Ekhhmm, Ayah tidak bisalah Kevin. Ayah sama kakakmu pergi terakhirlah," jawab Ayah dengan berpikir sebentar tadi.
"Kevin sama Ibu duluan pergi yah, ada Ibumu pegang token masuk kerajaannya. Jadi tidak perlu khawatir lagi," sambung Ayahku menjawab lagi sambil membasuh tubuhnya.
Pendengaran jawaban dari Ayahku cukup membuat aku lega, Namun. Aku terpikirkan tokoh utama novel ini adalah Kelvin, karena dia tidak pernah nampak di Istana Cahaya. Cuma sebentar saja ia berada disini perasaanku,
Aku baru ketemu Kelvin pun, sehabis aku mendapatkan buku yang ingin aku pinjam di Kamar Ayah. Ketika itu Kelvin berada di luar dengan tangannya ingin mengetuk pintu, lalu aku membuka pintunya tidak sadar aku melihat matanya terlihat seperti panda dan mukanya pucat.
Tapi, aku tidak menegurnya dan langsung saja pergi. Belum jauh dari Kamar Ayah, aku merasa Kelvin memperhatikan aku pergi, aku harus cuek saja terlebih dahulu demi tujuan yang ingin aku raih.
"Iyalah Yah, kalau gitu Kevin pamit duluan," ucapku sembari mengambil handuk dan keluar dari tempat pemandian Ayahku.
"Iya, Kevin," jawab Ayahku juga sambil melambaikan tangannya.
Setelah aku keluar dari tempat pemandian Ayahku, aku melihat Kelvin lagi terdiam di depan Kamar Ayahnya untuk kedua kalinya aku melihat.
Ya ampun, kenapa aku harus ketemunya ketiga kali ini. Ampun deh, aku tidak harus menegur dia lagikan nih.
Pikirku melihat Kelvin nih, kemudian aku terus saja melanjutkan jalanku menuju ke Kamar Ibunya. Namun, ketika melewatinya aku di perhatikan lagi dengan tatapan dinginnya Kelvin.
Walaupun aku tidak menoleh ke wajahnya, tapi hawanya tetap menyerangku terus. Sehingga aku hindari hawa ini dengan sihir anginku, agar tidak mengintimidasiku terus. Apalah menyalahku dengan Kelvin, ketemu juga jarang apalagi menganggu sampai akhirnya aku menghiraukan dan berhasil melewatinya.
Entah kenapa, aku tidak mau berkomunikasi sama tokoh utama dalam novel ini. Apa ia berstatus protagonis sedangkan aku antagonis, malahan sekarang yang aku pikirkan adalah menjaga jarak lebih utama daripada harus terlibat urusan ahli waris. Jadi bisa lebih santai ketimbang harus mengikuti bimbingan begitu banyak, aku mengetahui semuanya dari novel yang aku baca sebelumnya.
Sebab, tuntutan Keluarga Lucien itu sangatlah kuat pada anak terpilih sebagai ahli waris. Oleh karenanya itu seorang yang telah terpilih tidak bisa lepas dari ikatannya seperti a*jing telah dirantai oleh majikan.
Aku pun jadi kepikiran tentang hal itu, kemudian menggelengkan kepala agar tidak memperdulikan hal ini lagi, karena sudah urusan takdir masing-masing, dan harus punya prinsip berbeda untuk menjalan hidup.
Tatkala aku berpikir lama sambil berjalan santai, sampailah aku ke Kamar Ibuku. Karena aku ingin cepat berkemas aku langsung membuka pintu Kamar Ibu, namun pintu itu dikunci.
"Ibu, ini Kevin bukalah! Kevin mau memakai baju nih." Panggil pada Ibuku sambil mengetuk pintu kamarnya.
Saat di dalam…
Tok… tok… tok…
"Ibu, ini Kevin bukalah! Kevin mau memakai baju nih."
Putri Astrid mendengar suara di depan pintu kamar ialah Kevin, dengan tenangnya ia menaruh buku catatan Kevin kembali ke tas kecilnya.
"Sebentar Kevin, ibu lagi berkemas kamar!" ucap Putri Astrid yang tengah menaruh buku catatan Kevin.
"Iya, Bu!"
Tanpa bertele-tele, Putri Astrid dengan tenangnya tanpa panik menaruh buku catatan Kevin itu sesuai sama kondisi sebelumnya dan akhirnya berlari untuk membukakan pintu.
Klik…
Putri Astrid pun melihat Kevin yang sudah menunggu di depan pintunya, lalu menyuruh masuk. ketika sudah masuk, Kevin memperhatikan ibunya yang masih belum bersiap dan belum mandi. Tetapi, pakaian untuk Kevin sudah siap di tempat tidurnya.
"Tumben Ibu belum mandi, biasanya lebih cepat dariku?" tanyaku menuju ke lemari.
Putri Astrid lalu gelagapan menjawab omonganku.
"Ekhmmm… tadi itu, Ibu tengah berkemas segala kamar," Kulit Ibuku dengan muka agak cemasnya.
Aku tengah memasangkan baju pun tidak menghiraukan lagi, karena aku tahu Ibuku berbohong. Tidak mungkin kamar ibu di kelas lagi, padahal sebelumnya sudah dikemas ketika menjelang sore.
Dalam pikiranku.
Pasti Ibuku baca buku catatanku, kalau gitu aku tidak bisa menaruhnya sembarangan lagi.
Ketika aku selesai berpakaian dalam, aku pun mengambil baju pesta yang telah disediakan oleh Ibuku tadi di tempat tidur.
Tanpa memikirkan situasi aku langsung saja cepat memakainya.
"Kalau tidak ada apa-apa lagi, mending Ibu cepat mandi ini sudah pukul berapa nanti terlambat loh," ujarku tengah memakai baju pesta.
Ibuku yang awal berkelit tadi langsung cepat menjawab ujarku.
"Iya Kevin, ibu mandi dulu yah." jawab Ibuku langsung berlari mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.
"Iya," jawabku yang singkat.
Tidak lama aku perhatikan sekitar kamar ibuku ketika aku keluar, aku dapat merasakan di meja belajarku di depan jendela ada yang berubah posisinya tidak sesuai dengan aku simpan awalnya.
Sampai, aku berjalan menuju tempat tidurnya yang masih hangat. Aku rasakan dengan tangan, berarti menandakan Ibuku tadi baring di tempat tidurnya melainkan bukan berkemas kamar. Dalihnya juga nampak pada kacamatanya, yang tertata rapi di dekat lampu tidur. Awalnya di dalam rak sekarang dikeluarkan, berarti menandakan lagi membaca sesuatu.
Yang pasti, aku tahu Ibuku tertuju pada bukuku. selama ini empat bulan aku memang menghabiskan banyak waktu di kamarnya. Yang akhirnya membuat Ibuku penasaran apa yang dilakukan olehku. Jika dipikir ini bukan sebanding dengan usia anak seumuranku. Menghabiskan waktunya bermain saja dan diberikan kasih sayang begitu banyak. Namun, aku berbeda dengan yang lain yaitu tidak pernah mendapatkan kasih sayang melainkan menjadi anak mandiri dan berpendirian teguh.
Karena sudah tahu akan hal ini, aku memanggil Zack untuk menyimpan barangku.
"Zack?" panggilku pada Zack dalam cincin sihir.
Zack pun merespon dengan nada mengantuk.
"I– iya Tuan ada apa? Huaahh,' sahut Zack yang mengantuk.
"Hmmm, apa aku bisa menyimpan barangku di cincin sihir ini, soalnya banyak menarik perhatian orang." keluhku.
"Bisa, taruh saja disini. Ruang di cincin sihir sangat besarlah jadi muat menampung barang banyak Kevin," jelas Zack.
"Sip, aku akan taruh." ucapku mengambil barang berhargaku dan memasukkan ke dalam cincin sihir.
Setelah selesai aku masukkan semua barang berhargaku, aku merasa lega dan tidak cemas lagi akan rahasia berharga. Aku tidak mau rencanaku di bongkar oleh orang lain apalagi sama orang tua, kemauan aku ingin melakukan sendiri, tanpa merepotkan mereka sudah itu saja kuncinya.
"Cuma segini barang Kevin?" tanya Zack kembali dalam cincin sihir.
Zack bertanya, ketika aku tengah memakai pakaian pesta di kaca cermin.
"Iya, Zack cuma segitu saja. Tolong kemaskan Zack walaupun merepotkan kamu tidur di dalam," suruhku pada Zack, tapi dalam pikiranku seperti agak merepotkan Zack.
Zack dengan senang hati membalas suruhanku.
"Eh, tidak apa-apa kok Kevin, jangan dipikirkan kerepotan terus. Zack akan setia melayani Kevin," balas Zack merasa senang di cincin sihir.
Tidak pakai waktu lama, aku telah siap berpakaian dengan sempurna serta sesuai dengan style kemauanku. Memang Ibuku buat baju selalu pas dengan hatiku ini, dari jahitan sampai anyaman pun terlihat detail sekali. Tapi belum pernah aku merasa Ibuku membeli baju di luar, apakah punya trauma sama pakaian di luar.
Itu aku tidak mengetahuinya, harus bersyukur saja lebih baik daripada berprasangka buruk. Setelah aku selesai berpakaian, Ibuku baru selesai mandi.
"Eh, Kevin sudah siap toh. Wah bagaimana pakaian buatan ibumu nih?" kedip mata Ibuku dengan senyum melihat baju buatannya dipakai samaku.
Aku tengah ngambil barang di meja kemudian memberikan tanggapan mengenai pakaian buatan Ibuku.
"Bagus Bu, sesuai dengan style Kevin. Sudah itu enak dipakai dan tidak sensitif di tubuh Kevin," pujiku pada Ibuku setelah mengambil barang di meja.
Ibuku yang mendengarnya senang dan menggendong untuk memberikan ciuman kecil di pipiku.
"Muah, sayang sama Kevin, anak ibu yang mandiri dan lucu, gemes, gemes," cium Ibuku sambil memeluk eratku.
Aku tidak tahan sama ini, mencoba berpikir untuk mencari celah agar lepas dari pelukan Ibu.
"Ibu, kalau boleh. Kevin tunggu di ruangan bawah dekat tangga apakah bisa menunggu ibu berpakaian?" ucapku ingin meminta izin padahal minta di lepaskan dalam pikiranku.
Ibuku mendengarkan tersenyum sampai mencium pipiku kembali, sesudah itu barulah aku diturunkan.
"Boleh, silahkan Kevin, tunggu Ibu berdandan cantik dan seksi yah, muahh." Salam Ibuku kepadaku.
Tidak lama aku pun pergi keluar dari kamar Ibuku, sebelumnya aku melambaikan tangan dan menutupnya pintu.
Klik…
"Huft untung saja selesai, aku tidak terkena begituan," desak menghindari dari godaan Ibuku.
Dan aku pun bergegas pergi ke bawah dengan jalan santai, entah aku merasa ada yang berantakan di bagian baju ataupun rambut. Tapi usahakan aku bisa merapikan, setiap jalan aku kelewatan ruangan dan turunkan tangga yang agak panjang menuju ke bawah.
Ketika aku sudah sampai di sofa di ruangan tengah, aku terkejut rupanya di sofa ada Kelvin yang duduk tenang dengan hawa dinginnya membaca sebuah buku sihir.
Karena dalam pikiranku sudah senang aku mau duduk di sofa, malah ada Kelvin sudahlah bagiku untuk bersenang lagi.
Aku pun memutuskan tidak jadi duduk di sofa dan pergi ke halaman istana saja, karena sudah terlanjur hilang rasa senangnya. Namun, ketika aku menuju ke Halaman Istana.
"Mau kemana kau Kevin!" seru Kelvin menatapku dengan mata dinginnya seperti perasaan marah, kemudian memberikan aura intimidasinya.
Aku pun kemudian terdiam dan menoleh ke belakang untuk menyahutnya.
"Terserah akulah kakak, aku mau pergi kemana saja, mengapa kakak heboh," sahutku juga membalas aura intimidasi kakakku, agar dia dapat merasanya dan tidak menggertakku secara sembarangan.
Alhasilnya kami berdua beradu aura kekuatan kami dengan serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Life is just an illusion🥲
iya sih kau ni, udah tau tulisannya begitu naroh sembarangan huh!!!
2023-08-19
0
Life is just an illusion🥲
ini bertele-tele gak sih🤭
2023-08-19
0
Life is just an illusion🥲
🌈🌈🌈
2023-08-19
0