Rara masih terlihat pucat, bahkan ia hanya terdiam sejak tadi, tidak berbicara sepatah katapun, memang biasanya juga begitu, tapi saat ini Ken pertama kalinya berharap gadis di sebelahnya mengajaknya berbicara.
"Kenapa kau bisa mengenal orang sebejat itu?" tanya Ken yang sejak tadi merasa penasaran.
Rara terlihat sudah lebih tenang saat ini.
"Dia teman sekampusku sewaktu kuliah." jawabnya dengan suara agak serak sehabis menangis.
"Kenapa dia mencari masalah denganmu?" Ken malah semakin penasaran.
"Dia pernah ingin melecehkanku, lalu dia menyekapku di sebuah ruangan kosong, sebelumnya ia sangat baik kepadaku, tapi karena aku tidak pernah merespon perasaannya, sepertinya dia marah, karena itu dia berusaha melakukan.." Rara tercekat, ia tidak bisa melanjutkan ceritanya, ia masih mengalami trauma karena kejadian itu.
"Sudahlah, kalau kau masih belum mau menceritakannya, tidak usah, sepertinya kau trauma, tenangkan dirimu saja." sahut Ken.
"Terimakasih banyak Tuan, karena Tuan sudah mau membantuku, kalau tadi tidak ada Tuan, mungkin aku sudah berakhir.." Rara masih merasa sesak, ia merasa jijik, saat pria tadi sudah sempat mencium pipinya.
"Aku paling benci pria brengsek! karena itu aku memukulnya, lagipula aku memiliki adik perempuan, dan aku selalu cemas kalau diluar sana ada pria yang bertindak tidak sopan terhadapnya,"
Rara tersenyum kecil, saat mendenagr bossnya berkata seperti itu.
"Seandainya aku juga memiliki saudara laki-laki, yang bisa melindungiku, sayangnya aku hanya sendirian, aku malah memiliki seorang adik angkat perempuan, aku seperti ibu dan kakak untuknya, aku malah harus melindunginya." tutur Rara.
Ken hanya terdiam, sambip serius menyetir.
"Menikah saja, maka akan ada yabg menjagamu," ucap Ken.
Deg
Rara mendadak merasa berdebar, ia tidak tahu kenapa bossnya malah berkata seperti itu, mungkin hanya iseng saja, batinnya.
"Menikah untuk wanita yang sudah memiliki jodoh, sedangkan aku tidak ada waktu memikirkan hal seperti itu," ucap Rara, sambil tersenyum pahit.
Lagi lagi Ken terdiam.
Tiba-tiba ada telpon masuk dari Wei.
"Angkat saja." ucap Ken.
Rara pun segera mengangkat telepon dari Wei.
"Ada apa?" tanya Rara pada saudara angkatnya itu, Rara mengagguk saat sedang mendengarkan adiknyabitu berbicara dari ujung telepon, setelah itu ia mematikan panggilan tersebut.
"Kenapa?" tanya Ken.
"Iya, Wei bilang nona Lily ada acara di luar kampus, berkenaan dengan mata kuliahnya, sehingga Wei tidak pulang selama tiga hari, karena nona Lily meminta Wei menemaninya." terangnya pada Ken.
Ken mengangguk, ia sampai lupa kalau adiknya sudah meminta ijin padanya tadi.
"Kau di rumah sendiri, tidak takut?" tanya Ken.
Rara tertawa kecil.
"Tidak, aku sudah biasa." jawabnya.
"Tapi kalau kau masih seperti tadi kondisinya, bukannya tidak baik sendirian." tegas Ken.
"Aku memang harus sendirian, tidak masalah Tuan."
Ken terdiam, sambil memijat keningnya, ia sendiri heran, kenapa ia malah merasa mencemaskan gadis yang ada di sebelahnya saat ini.
"Kalau kau mau, kau bisa menginap di apartemenku, kebetulan aku sedang butuh asisten rumah tangga, apa kau mau membantuku?" tanya Ken, ia bingung harus mencari alasan apa, karena kalau hanya mengajak menginap, ia tahu pasti gadis di sebelahnya akan menolak.
"Maaf tapi bukannya tidak baik, maksudku, aku kan wanita dan Tuan.." Rara bingung, sejujurnya ia memang masih merasa takut saat ini, ia masih terbayang pria tadi.
"Aku butuh bantuanmu, membereskan rumah, tidak ada salahnya kan kalau aku meminta bantuanmu?" tanya Ken lagi.
"Tapi.." Rara masih ragu.
"Besok kau juga bisa datang ke kantor lebih pagi, karena jarak apartemenku dengan kantor sangat dekat, lagipula ada dua kamar di apartemenku, kau tidak perlu cemas, anggap saja ini sebagai rasa terimakasihku padamu, aku tahu kau pasti masih merasa takut karena kejadian tadi." tukas Kennard.
Rara akhirnya mengangguk.
"Baiklah, maaf membuatmu repot, Tuan."
Ken hanya terdiam tidak menjawab, ia akhirnya memutar balik kemudinya, menuju apartemen miliknya.
Sesampainya di depan apartemen Ken, rupanya Ken sudah ditunggu oleh Kevin.
Kevin membungkuk memberi salam, begitu juga Rara.
"Ada apa?" tanya Ken.
"Ada yang ingin saya sampaikan penting Tuan." jawab Kevin.
"Masuk."
Kevin dan Rara pun masuk ke dalam apartement Ken.
"Duduk, dan katakan apa yang mau kau sampaikan."
Rara dan Kevin pun duduk.
"Saya tadi mendapat laporan bahwa manager di perusahaan salah satu klien penting Tuan, mengalami luka, dan mereka bilang itu semua perbuatan Tuan Kennard." tutur Kevin.
Rara menunduk, ia mendadak semakin merasa takut, karena pasti kejadian tadi mungkin saja sudah diketahui oleh Kevin dan yang lainnya.
"Kau bereskan manager itu, dia seharusnya ku jebloskan ke penjara, karena perbuatan asusila, kau cari tahu informasi tentang dirinya, dan pastikan agar ia tidak bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain, setelah ini." perintah Ken.
"Baik Tuan, saya mengerti," jawab Kevin.
Rara sejak tadi hanya terdiam, ia tidak tahu harus berbicara apa, yang ia rasakan saat ini, ia masih takut dan gemetar ketika mengingat kejadian tadi, cukup lama Rara menghabiskan waktu untuk bisa pulih dari traumanya itu di masalalu, dan sekarang ia malah mengalami lagi hal yang sama, wajar saja kalau ia masih merasa ketakutan saat ini.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin kau sampaikan, sebaiknya kau pulang, aku minta kau sampaikan permintaan maafku pada Mama, karena aku sepertinya tidak pulang minggu ini, jangan menceritakan hal yang tidak perlu, apa kau mengerti?" tegasnya.
"Baik Tuan, saya mengerti, kalau begitu saya permisi."
Kevin segera melaksanakan perintah bossnya itu, ia sejujurnya masih bingung kenapa Rara berada di apartemen Ken saat ini, tapi ia tidak berani bertanya hal itu pada bossnya.
***
"Kau bisa istirahat di kamar yang itu, kalau kau butuh sesuatu kau bisa katakan saja padaku, sebentar lagi akan ada orang yang mengantar makanan, jadi kau tidak perlu melakukan apa-apa." tutur Ken.
"Kalau tidak keberatan, aku bisa membuatkan makanan, untuk Tuan Ken, bukankah tadi Tuan bilang butuh bantuanku untuk melalukan pekerjaan rumah?" tanya Rara pada bossnya.
Ken menggaruk tengkuknya, sambil menghela napas.
"Baiklah, dapurnya ada disana, terserah kau saja mau masak apa, bahan-bahan ada di dalam kulkas, aku mau ke kamar dulu," ucap Ken.
"Baik," jawab Rara.
Rara menaruh tasnya, lalu ia menuju dapur yang tadi di tunjuk oleh Ken, ia mulai memasak bahan yang ada di dalam kulkas, saat ia mulai memotong sayuran, tiba-tiba bayangan pria tadi muncul kembali, ia membuang pisau yang sedang ia pegang, lalu menutup telinganya, saat itu seolah suara pria itu masih terngiang di telinganya.
"Pergi...!" teriaknya.
Ken yang baru saja kelura kamar, langsung berlari menghapiri Rara.
"Kau kenapa?" tanya Ken.
Rara memejamkan matanya, ia masih menutup telinganya, ia meringsut menjauh, Ken sendiri bingung harus berbuat apa.
"Hei, ada apa?" tanya Ken lagi.
Rara masih ketakutan, keadaannya kembali seperti tadi, ia gemetaran dan menangis.
Ken akhirnya memeluk Rara, karena sudah tidak tahu lagi apa yang harus di perbuat, ia sendiri tidak tahu kenapa dalam dirinya ada keinginan untuk mendekati Rara, saat kondisinya seperti itu.
"Tenanglah, ini aku, kau tidak perlu takut.." Ken mengusap rambut Rara, sambil mencoba menenangkannya.
Rara masih menangis tidak merespon ucapan Ken, hal itu membuat Ken jadi bingung.
"Aku disini, tidak ada yang bisa melukaimu, menyentuhmu, jangan takut lagi, tenanglah.." ucap Ken lagi.
___________
Author : jangan lupa like, komen yang banyak, besok cherry up lagi, vote nya juga ya jangan lupa, jangan cuma nuntut up tapi nggak mau vote 😒😒🙄
Makasih buat yang udah VOTE ya 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ellllll8
hhhaaaa ciecieee kennnn buat aku trbng ajaaa
2024-01-03
0
Eva Rubani
cieee ciee
2023-02-03
1
Indrawati
pak ken kalo suka bilang....trus d8 nikahin...
2022-02-15
0