Hari ini adalah hari pertama Wei bekerja menjadi supir pribadi, pagi sekali ia sudah berangkat menuju ke rumah bossnya, ia sangat bersemangat, mengingat gaji yang di tawarkan oleh bossnya cukup tinggi.
Wei menekan bel rumah tersebut, lalu terlihat seorang wanita paruhbaya keluar dari rumah membukakan pintu.
"Selamat pagi," Sapa Wei.
"Pagi, cari siapa ya?" tanya Araa.
"Kenalkan aku Zhang Wei, biasa dipanggil Wei, aku di minta menjadi supir nona muda disini," ucap Wei ramah.
Araa membalasnya dengan senyuman yang ramah juga.
"Ah jadi kau yang bernama Zhang Wei, cantik sekali..." tutur Araa.
Wei hanya tersenyum kecil, "Terimakasih,"
"Ayo silahkan masuk, anakku sedang ganti baju, sebentar lagi turun. Kebetulan kau bisa langsung mulai mengantarnya ke kampus hari ini," terang Araa.
"Baik,"
Lily menuruni anak tangga, ia sudah selesai bersiap, untuk berangkat ke kampus.
"Lily, dia adalah Zhang Wei, mulai hari ini dia yang akan mengantar jemput kamu ke kampus,"
"Wei, ini adalah putriku, Kimberly,panggil saja Lily,"
Lily menghampiri gadis yang sepertinya seusia dengannya itu.
"Hai Wei, Astaga kau sangat cantik, kau pandai menyetir ya?" tanya Lily antusias, seolah sudah mengenal Wei, padahal mereka baru bertemu.
"Ah iya, aku cukup berpengalaman kalau soal menyetir, Nona tidak perlu ragu," jawab Wei ramah.
"Ah senangnya, kalau begitu ayo kita jalan sekarang. Oppa baik sekali, mencarikan ku supir pribadi secantik dan se-ramah dirimu." Lily tanpa sungkan menggandeng Wei, sedangkan Wei hanya terasenyum kecil, walaupun ia agak canggung.
"Ma, aku berangkat dulu ya," Lily berpamitan pada Araabella, begitu juga dengan Wei, Araa melambaikan tangan kepada keduanya, "Hati-hati yaa...," ucap Araa.
Keduanya pun segera berangkat ke kampus, Lily merasa sangat senang karena ia tidak perlu di antar oleh oppanya yang ketus, sekarang ia malah memiliki supir yang sangat ramah seperti Wei, pikirnya.
"Wei, berapa umurmu?" tanya Lily.
"Umurku 20 tahun," jawab Wei sambil tersenyum.
"Wah, kita seumuran, apa kau tidak kuliah?"
"Tidak,"
"Kenapa?" tanya Lily, ia merasa penasaran saja.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin bekerja saja, membantu saudaraku, lagipula biaya kuliah mahal, lebih baik untuk yang lain, masih banyak kebutuhan," tutur Wei berterus terang.
"Hm, jadi kau tinggal bersama dengan saudaramu? oppamu?" tanya Lily lagi.
"Dia perempuan, dia adalah saudara angkatku, tapi aku menganggapnya seperti saudara kandung," jawabnya.
Lily hanya mengangguk saja.
"Kau sangat hebat, di usia muda sudah bekerja keras, aku merasa iri padamu," Lily menepuk bahu Wei pelan.
"Aku harus melakukannya, karena kalau tidak, siapa lagi yang akan menanggung biaya hidup, saudara angkatku juga suatu hari akan menikah, jadi aku tidak boleh terus merepotkannya, maaf aku malah jadi menceritakan ini pada Nona," tutur Wei, sambil fokus menyetir.
"Tidak apa, aku senang karena kau mau bercerita. Santai saja, anggap saja kita berteman. Kau mau tidak menjadi temanku?" tanya Lily.
"Mana boleh seperti itu Nona, aku tidak pantas menjadi teman seorang Nona muda seperti Nona Lily," sahutnya dengan senyum ragu.
"Apa bedanya aku dan kau, kita sama. Tidak ada yang namanya tidak pantas, jadi kita teman kan?" Lily melingkarkan senyuman manisnya.
"Terimakasih atas kebaikan Nona Lily, kalau begitu baiklah, kita berteman,"
Lily terlihat senang, karena mendapatkan teman baru.
Di kantor Ken.
Rara sudah datang ontime, bahkan sebelum bossnya datang, ia sudah lebih dulu sampai di kantor, kali ini ia tidak ingin terlambat, ia cemas karena semalam mobilnya sudah di perbaiki oleh orang bengkel suruhan Kevin. Saat ini ia kepikiran akankah uang gajinya akan di potong lagi? Bisa-bisa dia tidak mandapatkan gaji sama sekali kalau benar begitu, pikirnya.
Ken masuk ke ruangannya, Rara segera beranjak, lalu memberi salam.
"Selamat pagi, Tuan."
"Hm," jawab Ken, dingin.
Rara sudah mulai membiasakan diri dengan sikap bossnya yang ketus, dingin, sekaligus sombong itu, tidak butuh waktu lama, hanya sehari saja ia sudah paham, dan tidak ingin membuat masalah dengan Ken sama sekali.
"Tuan mau saya buatkan kopi atau teh hijau?" tanya Rara pada bossnya.
"Green tea, no sugar," jawab Ken, tanpa menatap Rara.
"Baik, saya buatkan." Rara segera pergi untuk membuatkan secangkir teh hijau tanpa gula sesuai dengan pesanan bossnya itu.
Setelah selesai membuatkan teh untuk bossnya,ia segera memberikan secangkir teh hijau tanpa gula tersebut kepada Ken.
"Ini green tea, tanpa gula." Rara menaruhnya diatas meja.
"Ya." Lagi-lagi bukan kata terima kasih yang ia dengar, batin Rara.
Rara kembali ke tempat duduknya, ia merasa tidak enak karena kemarin bossnya sudah menolongnya, baru saja ia ingin membuka mulutnya, tiba-tiba Ken malah berbicara lebih dulu.
"Soal mobilmu, anggap saja itu bantuan karena kau adalah sekertaris disini, tidak perlu berterimakasih, dan satu lagi, aku tidak akan memotongnya dari gajimu, jadi kau tenang saja." tutur Ken, masih dengan wajah dingin.
Rara menghela napas lega, ia sempat mengira kalau gajinya akan dipotong lagi.
"Terimakasih Tuan,"
"Sudah kubilang tadi, tidak perlu berterima kasih," ketus Ken.
'Astaga, baru saja aku berpikir dia baik, ternyata dia tetap saja sombong, dan ketus.'
Rara hanya mengangguk.
"Maafkan saya Tuan," ucap Rara.
"Kembali bekerja, hari ini kita ada makan siang bersama dengan salah satu klien penting, di hotel berbintang, kau ikut bersamaku."
"Baik," jawab Rara.
Siang harinya Kevin mengantar Ken untuk pergi ke hotel memenuhi undangan makan siang dari salah seorang klien, Rara hanya mengikuti
perintah bossnya untuk ikut.
Sesampainya di hotel, Ken mulai mengobrol dengan klien itu, Ken terlihat ramah saat berhadapan dengan klien penting, bahkan Rara memperhatikan bossnya dari tempat duduknya, ia baru menyadari saat Ken tersenyum, ternyata Ken memiliki lesung pipi, apa karena Ken jarang tersenyum pikirnya, sampai ia baru mengetahui hal itu.
'Sebenarnya dia tampan kalau tersenyum.'
Rara menggelengkan kepalanya, ia segera tersadar dari lamunannya.
Ken melirik Rara sekilas, wajahnya kembali ketus, membuat Rara menunduk takut.
Saat itu mereka sudah selesai makan, tiba-tiba seorang pelayan tidak hati-hati saat membawakan minuman, hampir saja minuman itu tumpah mengenai jas yang dikenakan Ken, tapi Rara menangkis gelas itu, sehingga air itu malah mengenai bajunya.
"Astaga, apa kau tidak bisa berhati-hati," Sentak Ken pada pelayan itu.
"Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja." pelayan itu memohon maaf pada Ken, tapi sepertinya nasib pelayan itu tidak beruntung, karena sudah membuat Ken kesal, entah apa yang terjadi pada pelayan itu selanjutnya.
Sedangkan Rara hanya sibuk mengambil lap, lalu mengelap bajunya yang basah, untung saja klien penting tadi sudah tidak ada, pikir Rara.
Ken melirik Rara yang sedang sibuk mengelap bajunya, Ken menghela napasnya, kemudian membuka jas yang di kenakannya.
"Pakai ini." Ucap Ken, ia memberikan jasnya pada Rara.
"Tidak usah Tuan, ini akan kering nanti." tolak Rara.
"Kubilang pakai," tegas Ken.
Rara tidak bisa menolak, karena takut bossnya akan marah.
"Terimakasih Tuan." ucap Rara.
"Ayo kita kembali ke kantor, aku akan meminta Kevin membawakan baju ganti untukmu nanti." ucap Ken.
"Tidak usah Tuan, merepotkan."
"Pakai saja!" Ken langsung beranjak dari duduknya, tidak memperdulikan penolakan Rara sama sekali.
Rara hanya menghela napas panjang, ia tidak bisa berkata apa-apa, selain menuruti perintah bossnya.
___________________
Author : Komen yang banyaak reader biar aku up lagi 😁😁
Hari senin udah bisa VOTE ya 🥰🥰🥰
Kuy kumpulin poinnya dulu, 😘😘
Makasih reader ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nurilbasyaroh
galak tapi perhatian sweet banget!
2023-11-01
0
bearbrown
ken galak eiii 🤣🤣🤣
2021-04-22
0
💞Monic@💦
Sabar ya Rara😘😍🤭
2020-12-11
1