"Rara, saat kau tadi kesini, Ken tidak mencium atau memelukmu kan?"
Sontak Ken dan Rara terkejut mendengar pertanyaan Araa barusan.
Ken yang sedang memejamkan matanya saja sampai terbangun dan mendadak segar.
"Ma, mana mungkin aku seperti itu!" tegas Ken.
Araa tertawa kecil.
"Aku ini mamamu, mama paling tahu kebiasaanmu kalau sedang demam, suka mengigau yang tidak-tidak," sahut Araa.
Ken mengusap wajahnya kasar, sambil menyandarkan tubuhnya kembali.
"Tidak, tadi tidak terjadi hal seperti itu," jawab Rara ragu.
Ken mulai mengingat lagi kejadian tadi, ia menutup mulutnya, ia tersadar kalau tadi benar saja, ia memang memeluk bahkan mencium Rara, Astaga memalukan sekali, batin Ken.
"Apa kau yakin Rara?" Araabella menahan tawanya, dari raut wajah Ken, Araa yakin sekali kalau putranya tadi pasti melakukan sesuatu, karena itu sudah menjadi kebiasaan Ken, kalau sedang demam, ia pasti mengingau.
Rara mengatur napasnya, ia sebenarnya tidak mau berbohong, tapi malu juga kalau ia harus jujur mengatakan kalau tadi Ken memang memeluk dan menciumnya.
"Iya, tidak ada yang terjadi Nyonya," jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Sudahlah Ma, dia sudah bilang kalau tadi tidak terjadi apa-apa, kalaupun terjadi, aku minta.. aku minta maaf!" Ken menjatuhkan tubuhnya, lalu menutup wajahjya dengan bantal, Araa malah terkekeh melihat ekspresi putranya barusan.
Begitu juga dengan Rara, ia juga merasa bossnya itu baru pertama kalinya terlihat menggemaskan karena malu, padahal sebelumnya selalu ketus dan dingin.
"Baiklah sayang, kau istirahat, mama akan buatkan kau bubur, setelah ini kau harus minum obat, ayo Ra, ikut aku ke dapur." Ajak Araa.
Rara mengangguk, ia segera mengikuti Araa menuju dapur.
Ken membuang napas kasar ia mengacak rambutnya sendiri, untuk pertama kalinya ia merasa mau di taruh mana mukanya saat ini, ia sudah ingat kalau tadi ia memang sempat memeluk bahkan mencium paksa sekertarisnya, tapi ia tidak ingat apa saja yang sudah ia katakan saat ia mengingau tadi.
"Dasar bodoh!" makinya pada diri sendiri.
Di dapur, Araa sedang memperisapkan bahan untuk membuat bubur, dibantu oleh Rara.
"Hm,kau tahu kenapa Ken malah menghubungimu saat sedang sakit? bukan menghubungi mamanya atau Kevin misalkan, apa kau tidak merasa heran?" tanya Araa.
Rara menggeleng.
"Aku tidak tahu Nyonya, karena aku sendiri bingung kenapa tuan Ken malh menelponku saat sedang sakit seperti tadi, aku juga bingung harus berbuat apa, jadi aku memutuskan untuk meminta bantuan asisten Kevin." tuturnya sambil mencuci beras yang akan di jadikan bubur.
Araa mendekat, lalu mengambil beras yang sudah selesai di cuci oleh Rara.
"Setelah Ken selesai minum obat, dan tertidur, aku akan memberi tahukan padamu sesuatu, tentang rahasia Ken, aku merasa kau perlu tahu hal ini, karena selama ini aku selalu ingin anakku bisa bahagia, melihatnya menikah, aku sudah sangat menyukai kau, Rara, tapi sepertinya aku harus bersabar, kau mau kan membantuku?" ucapnya sambil menggenggam kedua telapak tangan Rara.
Rara tidak mengerti apa maksud ucapan Araa barusan, yang ia tahu setiap kali ia menatap dua mata wanita di hadapannya itu, ia selalu merasa teduh, dan tidak bisa berkata tidak, jadi ia hanya bisa mengiyakan saja.
"Syukurlah karena kau mau membantuku, ku yakin kalian akan cocok, kau belum mengenal Ken, jadi wajar kalau kau merasa dia itu hanyalah pria angkuh, ketus dan dingin, tapi ku yakin kalau kau sudah mengenal Ken lebih dalam, kau akan tahu bahwa Ken sebenarnya adalah pribadi yang hangat dan penuh kasih sayang." Araa mulai memasak bubur untuk Ken, sementara Araa terbengong dan bergeming, ia masih mencerna kembali kata-kata Araa barusan.
'Apa maksudnya? mana mungkin kan kalau Nyonya Araa bermaksud menjodohkan aku dan Ken lagi, karena itu tidak mungkin terwujud, sudah jelas sekali, kalau tuan Ken menyukai wanita lain, wanita yang mirip denganku, yang tersimpan di handphonenya.'
Saat ia sedang melamun, tiba-tiba Araa mengejutkan Rara, ia menyentuh bahu Rara pelan.
"Astaga!" decaknya kaget.
"Hei, apa aku mengagetkanmu?" tanya Araa.
Rara membuang napas pelan, kemudian mengelus dadanya.
"Maafkan saya Nyonya, tadi saya melamun," ucap Rara.
Araa tertawa kecil, "Sudah jangan terlalu di pikirkan, oh iya aku mau meminta tolong padamu, tolong berikan bubur ini pada Ken, dan pastikan dia meminum obatnya, tadi aku terburu-buru kesini, sampai lupa memberi kabar pada suamiku, kau bisa kan membantu Ken?" tanya Araa.
Rara mengangguk, "Baiklah Nyonya," jawabnya sambil tersenyum samar.
"Terimakasih ya, ini buburnya, dan obatnya ada diatas meja, di kamar Ken, terimakasih ya sudah mau membantuku, kau sangat baik." ucap Araa sambil memberikan nampan berisi semangkuk bubur yang masih panas.
"Iya, baiklah kalau begitu aku ke dalam dulu," sahutnya sambil membawa bubur tersebut ke kamar Ken.
Rara membuka pintu kamar Ken yang tidak di kunci, Ken terlihat belum tidur, entah apa yang sedang di pikirkan oleh Ken, sehingga sejak tadi ia tidak tidur.
"Maaf Tuan, sata di minta Nyonya untuk mengantarkan bubur ini, dan memastikan Tuan meminum obatnya sebelum tidur." ucap Rara sambil meletakkan bubur tersebut diatas meja.
"Dimana mama?" tanya Ken.
"Nyonya bilang, beliau ingin menghubungi Tuan Chin, karena tadi belum sempat memberi kabar." jawab Rara.
Ken memijat keningnya, ia tahu pasti mamanya sengaja, kalau hanya ingin menelpon papanya kenap tidak di kamarnya saja kan tidak masalah, batin Ken.
"Yasudah, aku akan memakan buburnya, berikan padaku," ucap Ken yang sudah terduduk.
Rara memberikan bubur tersebut, tapi Ken masih terlihat lemas, memegang sendok saja terjatuh.
"Biar aku bantu menyuapi Tuan, maaf kalau aku lancang, aku hanya ingin membantu." Rara mengambil sendok tersebut, lalu mulai menyuapi Ken, Ken menurut saja, karena memang kondisinya sedang lemah saat ini.
Saat Rara fokus menyuapinya, Ken malah fokus memperhatikan wajah Rara, sesekali ia berpaling karena takut Rara menyadari, kalau sejak tadi ia memperhatikan wajah Rara.
Ken menelan langsung bubur tersebut tanpa mengunyahnya, ia sebenarnya tidak suka makan bubur, tapi entah kenapa ia tidak menolak saat Rara yang menyuapinya.
"Tuan sepertinya sangat suka bubur ya, lihat saja cepat sekali sudah mau habis satu mangkuk, apakah bubur buatan nyonya sangat enak?"
tanya Rara sambil tertawa kecil.
Ken terkesima melihat senyuman gadis di hadapannya, baru kali ini jantungnya kembali berdebar debar, padahal sebelumnya biasa saja.
"Kenapa Tuan diam saja?" tanya Rara sambil memberikan satu suapan terakhir, karena tidak terasa buburnya sudah habis.
Ken menyentuh tangan Rara, saat rara bermaksud mengelap mulut Ken dengan tissu.
"Maaf, aku hanya ingin mengelap mulutmu, itu ada bubur yang tersisa." ucap Rara.
Ken menatap lekat kedua mata Rara, hingga keduanya saling berpandang.
"Apa kau memiliki saudara kembar?" tanya Ken.
Rara terkejut mendengarnya.
"Saudara kembar?" ia bingung apa maksudnya, kenapa bossnya malah bertanya saudara kembar, Rara terdiam sejenak, masih belum mengerti maksud pertanyaan bossnya.
_________
Author : cherry gatau mau bilang apa, intinya jangan lupa like komen dan vote yang banyaaak yaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
boom like thor..
2020-08-31
0
Asti Asyifa
nama Rara dan Araa nya keliru tuh yang
2020-08-23
10
alifiya Budiyanti
misteri... siapa dia
2020-08-01
0