Rara masuk ke dalam rumahnya, saat ia datang, Wei sudah lebih dulu ada di rumah.
"Rara, kau kenapa? kok murung?" tanya Wei.
Rara menggeleng.
"Aku agak pusing, aku masuk ke kamar dulu ya, sepertinya aku kelelahan." ucap Rara, sambil tersenyum tipis.
Wei menyentuh dahi Rara.
"Kau tidak demam, tapi wajahmu pucat, mungkin benar kau kelelahan, kau istirahatlah, nanti kita baru mengobrol lagi," tutur Wei.
"Iya, nanti kita mengobrol, aku masuk dulu ya." sahutnya.
Rara pun segera masuk ke kamarnya, ia menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang tempat tidurnya, sambil memejamkan mata, ia malah teringat ucapan Ken, yang membuat harga dirinya terluka.
"Apa aku terlihat seperti perempuan matrealistis? kenapa dia selalu menilai dengan uang, padahal aku sudah katakan padanya, kalau aku tulus membantu, bukan karena mengharap apapun." gumamnya, tiba-tiba matanya berkaca-kaca, ia teringat kembali saat dirinya masih kuliah dulu, ia pernah hampir di lecehkan oleh pria, teman sekampus dengannya, pria itu memberikan uang sangat banyak, lalu menghujaninya dengan lembaran uang tersebut.
FLASBACK ON
"Aku akan membelimu!" ucap pria itu.
Rara menolak sekuat tenaga, tapi pria itu mencengkeram lengannya dengan sangat kuat, sampai ia mengaduh karena kesakitan.
"Lepaskan aku!" teriak Rara.
Pria itu menyeringai, kemudian tertawa dengan begitu bengis.
"Aku ingin dirimu!" jawab pria itu.
"Dasar kau psycopat!" Rara meronta, berusaha lepas dari genggaman pria itu tapi sangat sulit.
"Kau mau apa? aku bisa memberimu segalanya, kau hanya perlu katakan saja sayang..." pria itu mencoba menyentuh Rara, Rara memberontak, pira itu bahkan sempat membuat pakaian yang di kenakan Rara terkoyak, karena ia mencoba membuka paksa baju Rara, tapi Rara langsung menendang pria itu di bagian vital, sehingga pria itu menjerit kesakitan.
"Tidak semua bisa kau beli dengan uang! aku tidak seperti itu!" gentak Rara sambil menangis.
"Dasar kau wanita ******! kembali tidak perlu jual mahal!" pria itu ingin mengejar Rara, tapi ia tidak sanggup karena masih merasa kesakitan setelah bagian vitalnya di tendang cukup keras oleh Rara tadi.
Rara berlarian meminta pertolongan, tapi tidak ada yang mau menolongnya, ia seorang diri, pria itu memiliki reputasi yang cukup populer di kampus, sehingga tidak ada yang percaya ucapan Rara, kalau ia telah di lecehkan.
Rara adalah gadis yang cantik, semua pria di kampus pasti jatuh cinta ketika melihatnya, ia banyak disukai oleh pria karena parasnya, selain itu Rara juga cenderung pendiam, tidak mudah di dekati. sehingga membuat para pria menjadi lebih penasaran ingin mendekatinya.
Tapi tidak jarang, kecantikannya itu juga yang membuat ia terlibat dalam masalah, seperti saat itu contohnya, ia di kejar dan di sekap oleh seorang pria yang tidak lain teman kampusnya sendiri itu.
Kehidupannya cukup keras, ia harus kuliah dengan beasiswa, karena kalau bukan beasiswa, maka ia tidak akan mampu membayar biayanya, beruntung Rara adalah gadis yang cerdas, sehingga ia bisa mendapatkan beasiswa full di salah satu kampus ternama, walaupun ia seringkali di cibir karena sepertinya ia satu-satunya mahasiswi yang memiliki latar belakang keluarga biasa, bukan dari kalangan elite seperti yang lain.
Rara menangis sepanjang perjalanan pulang di dalam bis yang ia naiki, ia menyentuh bajunya yang sobek karena terkoyak saat ingin dibuka paksa oleh pria tadi, ia menatap lututnya sambil meremas celana jeans yang ia kenakan, air matanya menetes, saat itu orang lain melirik ke arahnya, merasa kasihan melihat Rara yang sedang menangis sesunggukan.
"Kenapa harus aku, apa salahku," gumamnya pelan, bibirnya gemetar, ia masih terus menangis, seolah tidak peduli banyak orang yang memandanginya dari jauh.
Tiba-tiba ada seorang pria menggunakan masker, dan topi berwarna hitam, ia memberikan selembar sapu tangan kepada Rara, tanpa melihat wajahnya sama sekali.
Rara mengambilnya, tanpa pikir panjang, ia langsung mengelap wajahnya yang basah karena airmata.
Lalu ia tersadar, siapa yang memberikan sapu tangan ini batinnya.
Rara mendongak, ingin tahu siapa pria itu, tapi saat ia lihat pria itu langsung keluar dari bis.
"Siapa pria tadi, kenapa ia memberikan sapu tangan ini?" gumamnya, sambil menatap selembar sapu tangan berwarna keabuan, yang sampai saat ini masih Rara simpan rapi.
FLASHBACK OFF.
**
Rara mengambil sapu tangan tersebut, yang ia simpan di dalam laci lemarinya, ia pandangi lagi sapu tangan itu, yang membuat ia mengingat kejadian pahit yang pernah ia alami, walaupun begitu, untuk pertama kali, ada orang yang peduli dengannya, walaupun hanya sekedar memberikan selembar sapu tangan saja untuknya.
"Pria itu, mungkin saja merasa kasihan terhadapku, tapi aku menyesal bahkan aku belum sempat mengucapkan terimakasih terhadapnya, dan ia sudah pergi, seandainya saja aku tahu bagaimana wajahnya, mungkin suatu saat aku bisa bertemu lagi dengannya, tapi bagaimana mau bertemu, wajahnya saja aku tidak tahu, hanya sapu tangan ini, tapi inisial ini, huruf K, apakah ini inisial nama pria tersebut?" gumamnya, saat melihat rajutan benang berbentuk huruf K yang ada pada sapu tangan tersebut.
Rara menaruh kembali, menyimpan sapu tangan itu lagi, dengan rapi, entah kenapa ia merasa pria itu sangat berbeda, walau hanya sekilas saja mereka bertemu, bahkan tanpa saling menatap satu sama lain, tapi ia yakin pria itu pasti pria baik, batin Rara.
***
Ken baru saja tiba di rumahnya, ia tadinya ingin langsung kembali ke apartemen miliknya, tapi mamanya mendadak bilang ingin berbicara sesuatu yang penting dengannya, jadi ia kembali lagi ke rumah orangtuanya itu.
Ken mengetuk pintu kamar mamanya, lalu Dane pun membuka pintu itu, mempersilahkan putranya itu masuk.
"Masuklah, mamamu sudah menunggu." tutur Dane.
Dane pun segera masuk, menemui mamanya.
"Ada apa Ma?" tanya Ken.
"Sayang, duduklah di samping Mama," pinta Araabella pada putra sulungnya itu.
"Iya, baiklah." Ken pun duduk, Dane pergi keluar kamar, ia sengaja ingin meninggalkan Araa dan anaknya berdua saja, berbicara dari hati ke hati pikirnya.
"Kenapa papa malah keluar Ma?" tanya Ken.
"Biarkan saja," jawab Araa.
Ken hanya terdiam.
"Mama ingin berbicara hal apa? kalau mau menjodohkan aku dengan sekertaris baru itu, maaf Ma, tolong jangan paksa aku." tegas Kennard.
Araa mendengus, ia ternyata sudah ditebak lebih dulu oleh putranya.
"Sayang, apa kau tidak menyukai Rara?" tanya Araa pada Kennard.
Ken tidak menjawab.
"Mama, aku bukan orang yang bisa dengan mudah menerima segala bentuk yang namanya perjodohan, Mama tahu kalau Ken sudah pernah memiliki seseorang yang Ken sukai, dan wanita itu sudah tidak ada, sampai saat ini belum ada yang bisa menggantikannya di hati Ken, terlebih sekertaris baru itu, Ken belum lama mengenalnya, mana mungkin Ken bisa dengan mudah menerima perjodohan seperti ini." tutur Ken.
"Sayang, cinta pertamamu itu sudah tidak ada, dia sudah meninggal beberapa tahun lalu, kenapa kau masih saja mengingatnya, Mama tidak ingin kau terus terbelenggu oleh bayangan masalalu, yang sudah tidak mungkin kembali," sahut Araa.
Ken membuang napas kasar.
"Sudahlah, lagipula Mama sudah berjanji padaku, untuk tidak menceritakan masalah masa laluku kepada siapapun, karena hanya Mama seorang yang tahu hal ini, aku sudah berusaha melupakan dia, karena kutahu itu sudah tidak mungkin, tapi jangan paksa aku menerima perjodohan, lagipula sepertinya dia sulit aku pahami." Ken teringat saat Rara terlihat marah, ketika ia mencoba menawarkan beberapa hadiah untuknya.
"Kenapa kau berbicara seperti itu?" tanya Araa bingung.
"Tadi aku menawarkan hadiah untuknya, sebagai bentuk terimakasihku pada dirinya, tapi ia sepertinya marah, dan dia bilang tidak semuanya di ukur dengan uang, apa maksudnya itu, aku hanya berpikir realistis saja, siapa yang tidak suka hadiah, apalagi uang." tutur Ken.
Rara menggeleng, ia tidak menyangka kalau puternya memiliki pikiran seperti itu.
"Ken, putraku, kau salah kalau berkata seperti itu kepadanya, tentu saja itu membuatnya marah, karena ia adalah wanita baik-baik, itu justru membuat ia merasa kalau kau telah melukai harga dirinya, apa kau tidak mengerti hal itu?" ucap Araa.
Ken terdiam, ia mencerna kata-kata mamanya tadi.
"Aku tidak ingin membahas ini, istirahatlah Ma, aku harus kembali ke apartemen, besok aku menjenguk mama lagi, mama harus banyak istirahat." tutur Ken.
"Kenapa kau tidak menginap lagi?" tanya Araa.
"Aku sedang ingin sendirian." jawab Ken, ia mengecup kening Araa, kemudian keluar dari kamar Araa.
"Anak itu, kenapa jadi sangat sulit di ajak bicara." gumam Araa.
_______________
Author : Sudah bisa di Vote ya reader, yuk vote sebanyaaknya, setiap hari, supaya naik rank terus 😁🥰
Note : jangan lupa like dan komentar ya, kalau komen rame, bakalan aku up lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Eva Rubani
ternyata dl ken punya kekasih
2023-02-03
2
Kenzi Kenzi
k,ken....
rara.ojo2 pacar e ken seng wes disongko sedo
2022-05-29
0
Tuty rahayu Rahayu
pasti puny kennardt
2021-11-19
1