Ken dan Rara kembali ke mobil, Kevin sudah menunggu bossnya datang, ia agak heran melihat Rara mengenakan jas milik Ken.
"Kevin, kau tolong siapkan baju untuknya, bajunya basah tadi terkena tumpahan air, suruh manager hotel itu memecat pelayan yang tidak becus! membawa air saja tidak bisa," Ucap Ken dengan ketus.
"Baik Tuan." jawab Kevin.
Rara hanya diam, dia tidak berani berkata-kata lagi, ia masih menggenggam ujung jas yang ia kenakan, sangat jelas tercium wangi parfum Ken, ia menggelengkan kepalanya, dalam hatinya ada perasaan aneh, padahal bossnya begitu ketus, tapi malah melakukan hal seperti tadi, batinnya.
'Kalau saja dia tidak ketus, haah berpikiran apa sih kau Ra, dia itu angkuh, bukan hanya ketus, tapi dia masih mau memberikan jasnya padaku, itu agak mengejutkan juga.'
Ken terlihat santai, menatap lurus ke depan, sesekali Rara memperhatikan Ken dari kaca mobil di depannya, saat Ken menajamkan mata ke arahnya, ia tertunduk.
'Astaga, galak sekali pandangannya tadi.' Rara mengelus dadanya, sambil membuang napas pelan.
"Hari ini jadwalku sudah selesai kan Kev?" tanya Ken pada asistennya.
"Sudah, setelah ini tidak ada pertemuan lagi, sesuai rencana, hari ini Tuan bisa pulang lebih cepat," jawab Kevin.
"Hm, kau sudah siapkan kado yang kuminta?" tanya Ken lagi.
"Sudah Tuan,"
"Baiklah," jawab Ken.
Rara tidak mengerti obrolan bossnya tadi, ia hanya diam saja.
Tiba-tiba suara dering handphone Ken berbunyi, Ken segera mengangkat panggilan tersebut, mendadak wajahnya berubah, ia terlihat shock saat mendapat telpon tersebut.
"Apa kau bercanda? katakan yang benar! mana mungkin itu mamaku! Astaga, baiklah aku akan segera kesana!" Ken segera menutup panggilan itu.
"Ada apa Tuan?" tanya Kevin.
"Ke rumah sakit sekarang, Mama kecelakaan! cepat!" bentak Ken, ia terlihat sangat panik.
"Astaga, baik Tuan." Kevin segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tapi ia tetap berhati-hati, berusaha tetap tenang, ia juga cemas karena keluarga Ken sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri.
Rara pun ikut kaget mendengar hal tersebut, ia juga jadi ingin mengetahui kondisi ibu dari bossnya itu.
Sesampainya di rumah sakit, Ken berlarian menuju ruang gawat darurat dimana tempat mamnya di rawat, terlihat Papanya sedang menunggu di depan pintu, mondar mandir gelisah.
"Pa, bagaimana keadaan Mama?" tanya Ken panik.
"Ken, mamamu membutuhkan darah AB, tapi stok darah sedang kosong, Papa sudah menghubungi adikmu, dia kan memiliki darah yang sama, tapi ia belum sampai, mungkin karena lokasi yang cukup jauh dari kampusnya, kalau Mamamu tidak secepatnya mendapatkan darah itu, Astaga..." Dane memeluk puteranya, ia terlihat sangat cemas dengan keadaan Araabella yang sedang kritis.
Rara tiba-tiba saja ikut menyambung permbicaraan mereka.
"Tuan, kalau boleh saya ingin memberikan darah saya, untuk Nyonya, kebetulan darah saya AB," Ucapnya, bersungguh-sungguh.
Semua yang ada disana terkesiap tidak menyangka, kalau Rara mau membantu Araabella.
"Astaga, apa kau serius? kau mau memberikan darahmu?" Dane menyentuh kedua tangan Rara.
"Apa kau yakin?" tanya Ken, seolah masih tidak menyangka.
"Sebaiknya segera saja Tuan, Nona ayo kita sekarang ke ruangan dokter," Ajak Kevin, Rara pun mengangguk.
Dane merasa sangat bersykur, karena mendapatkan pertolongan dari Rara.
"Ken, dia itu sekertarismu?" tanya Dane.
"Iya, dia baru." jawab Ken masih terbengong.
"Dia sangat baik sekali, langsung menawarkan bantuan untuk mamamu, kau harus berterimakasih padanya nanti, Ken." tutur Dane, ia tidak berhenti berdoa, untuk keselamatan Araa.
Sedangkan Ken, hanya terdiam, ia memikirkan kondisi Mamanya, ia juga memikirkan sekertarisnya, kenapa ia mau membantu, padahal Ken seringkali bersikap ketus padanya.
Setelah melakukan transfusi darah, Rara kembali ke ruangan tunggu, ia terlihat lemas setelah di ambil darahnya, saat ia duduk, Dane menghampirinya, mengucapkan terimakasih kepadanya, karena kata dokter, kondisi Araa mulai membaik, setelah mendapatkan bantuan darah dari Rara barusan.
Setelah itu dokter memanggil Dane untuk masuk melihat kondisi Araa, ia ditemani Kevin segera masuk ke ruangan tempat Araa di rawat.
"Terimakasih." Ken pertama kali mengucapkan hal itu pada orang lain, sebelumnya rasanya sangat berat baginya mengatakan hal itu, tapi kali ini ia benar merasa terbantu oleh Rara, ia harus berterimakasih, pikirnya.
Rara terkaget mendengar hal itu, ia kira bossnya tidak akan mengucapkan terimakasih, tapi ia memang tulus ingin membantu Araabella yang sedang kritis, ia bersyukur karena saat ini Araa sudah melewati masa kritisnya.
"Iya sama-sama," jawab Rara.
Ken duduk tepat di sebelah Rara, untuk pertama kalinya, Rara melihat wajah Ken yang begitu panik, wajah ketus yang biasa ia lihat berubah menjadi kecemasan, bahkan saat ini Ken terlihat lebih banyak menunduk.
"Hari ini adalah hari ulang tahunnya, aku berniat ingin memberikan hadiah ulang tahun untuknya, aku sangat kaget saat mendengar ia kecelakaan, dan kondisinya kritis, biar bagaimanapun, aku berterimakasih padamu, karena kalau tidak ada kau, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya." Ken untuk pertama kalinya menatap wajah Rara sedekat ini, keduanya pun saling menatap, sesaat sebelum Lily datang bersama dengan supir pribadinya, Zhang Wei, mereka berdua berlarian tergesa.
"Oppa, bagaimana keadaan Mama?" tanya Lily panik.
Sedangkan Rara terkejut saat melihat saudari angkatnya, ada bersama dengan adik bossnya.
"Mamamu sudah melewati masa kritis, kenapa kau lama sekali sih? kau tahu tidak kalau Mama butuh darah segera, dan kau juga bagaimana caramu menyetir? kenapa lamban sekali!" sentak Ken pada supir pribadi Lily.
Lily menumpahkan airmatanya, ia menyesal karna tidak datang tepat pada waktunya saat dibutuhkan.
Sedangkan Rara menghampiri Wei, yang tertunduk takut mendengar gentakan Ken tadi.
"Kalian saling kenal?" tanya Ken.
"Dia adalah saudara angkatku, aku baru tahu kalau ia bekerja denganmu Tuan." jawab Rara.
"Maafkan saya Tuan, saya sudah berusaha menaikkan kecepatan, tapi ini memang salah saya, saya pantas di pecat." Wei menundukkan wajahnya, Kevin baru saja keluar dari ruangan Araa, ia memanggil Lily agar bergantian melihat kondisi Mamanya, Lily pun segera masuk.
Ken memijat keningnya, ia kembali duduk, sementara Kevin memperhatikan gadis yang ada di sebelah Rara, yang terlihat sedang ketakutan.
"Karena kalian adalah saudara, aku maafkan kesalahanmu kali ini, aku berhutang budi pada saudaramu, aku harap ke depannya kau bisa bekerja lebih baik lagi," Ken berusaha menengangkan dirinya, ia tidak ingin membuat keributan di rumah sakit.
"Terimakasih atas kebaikan hati Tuan, saya berjanji akan bekerja lebih baik lagi." ucap Wei.
"Kevin, kau antar mereka pulang sampai ke rumah mereka, pastikan mereka selamat." tegas Ken.
"Baik Tuan."
"Silahkan Nona," ucap Kevin.
"Saya permisi Tuan, semoga nyonya lekas sembuh." Rara membungkukkan badanya.
Ken hanya mengangguk, ia masih memasang wajah dingin, walau sorot matanya masih menyisakan kecemasan di dalamnya.
Sepanjang perjalanan, mereka bertiga tidak ada yang berbicara, Kevin hanya fokus menyetir, sikapnya yang dingin membuat Wei merasa aneh, bagaimana mungkin ada orang yang kuat tidak berbicara sama sekali saat berada dalam satu mobil dengan orang lain, pikirnya.
Sedangkan Rara malah terbayang tatapan mata Ken yang untuk pertama kalinya ia lihat, hingga terus terbayang di pelupuk matanya, saat mata tajam yang biasanya menyiratkan keangkuhan itu, berubah menjadi tatapan penuh kecemasan, mendadak membuat Rara merasakan hal yang aneh, dalam hatinya.
'Kenapa aku malah terus menerus terbayang kedua sorot matanya tadi, aku bahkan berdebar-debar, Astaga Rara, kau ini kenapa!' Rara menggelengkan kepalanya cepat.
Wei dan Kevin melirik sekilas ke arah Rara, mereka merasa aneh, ada apa dengan Rara, pikirnya.
"Nona, aku ingin mengucapkan terimakasih, karna Nona mau membantu memberikan darah untuk Nyonya Araabella, beliau sudah seperti orangtua untuk saya, saya merasa ikut berhutang budi pada Nona." tutur Kevin.
"Astaga, jadi kau yang mendonorkan darah?" Wei ikut menyambung, Kevin langsung menyorotkan tatapan tajam pada Wei, hal itu membuat Wei meringsut.
"Maaf, aku tidak bermaksud tidak sopan," Wei lupa menjaga sikapnya di hadapan asisten bossnya itu.
"Saya melakukannya, dengan suka rela Tuan, saya memang ingin membantu, jadi Tuan tidak perlu merasa memiliki utang pada saya." tukas Rara.
"Saya tetap merasa memiliki hutang, kapanpun Nona butuh bantuan, saya akan usahakan untuk membatu Nona, Nona hanya tinggal katakan pada saya." ucap Kevin.
"Terimakasih Tuan," jawab Rara.
Wei tidak berani ikut menyambung lagi, baginya tatapan Kevin sangat tajam, sama seperti tatapan mata Ken yang selalu membuatnya bergidik merinding.
Dan merekapun sampai di depan rumah Rara.
"Terimakasih sudah mengantar." Wei dan Rara membungkuk.
"Terimakasih banyak nona, saya permisi dulu."
"Hati-hati di jalan,"
Dan Kevin pun berlalu.
"Ayo kita masuk," ajak Rara pada adiknya.
"Hei, dia itu kenapa hanya baik kepadamu, sedangkan padaku sangat ketus," ucap Wei sambil memasang wajah masam.
"Dia memang begitu, sudahlah ayo kita masuk." ajak Rara lagi.
***
Di rumah sakit, keadaan Araabella sudah membaik, Araa sudah sadarkan diri, Ken segera menemui mamanya itu, ia mengecup punggung tangan mamanya berulang kali, ia bersyukur karna mamanya sudah sadar.
"Syukurlah, Mama sudah sadar, aku sangat cemas, selamat ulang tahun Mama, aku sengaja pulang cepat, ingin merayakan ulangtahun Mama, tapi malah seperti ini." Ken meneteskan airmatanya, sifat Ken yang angkuh, mendadak hilang kalau berurusan dengan keluarga, Ken sangat menyayangi kedua orangtuanya, meskipun sikap dinginnya yang sering membuatnya jadi seolah cuek dan tidak peduli.
"Kau jangan menangis, Mama tidak apa-apa, Mama tadi bermimpi ada seorang bidadari sangat cantik, ia datang menolong Mama, Mama merasa berhutang budi padanya, apa kau tahu siapa gadis itu?" tanya Araa, membuat Ken bingung.
"Mama harus banyak istirahat, tadi ada yang berbaik hati memberikan donor darah untuk Mama, karena Lily terlambat datang." tutur Ken.
"Siapa dia?" tanya Araa penasaran.
"Dia itu.. sekertaris baru di kantor, dia kebetulan memiliki golongan darah yang sama dengan Mama." terang Ken.
"Mama ingin bertemu dengannya." pinta Araa.
Ken terdiam sejenak, lalu ia mengecup kening mamanya lembut.
"Baiklah, sekarang mama istirahat saja dulu ya." ucap Ken penuh perhatian.
______________
Author : Jangan lupa Like komen yang banyaak baru aku up lagi 😁😁
Bantu ajak teman, saudara, atau kenalan kalian untuk baca karya Cherry ya, boleh share di sosial media milik kalian, supaya banyak yang baca 🥰🥰🥰😘
Makasih reader 😍
Senyuman Ken yang bikin Rara kebayang terus kali ya 😁😉
🤗🤗🤗😚 Jangan lupa kumpulin poin koin buat vote senin yaa readers kalau kalian memang suka sama karyaku 😁😁😁😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nimas Ayu
gk cm rara aq jg kebayang terus dgn senyumannya ken....... smpe oleng 😂😂😂
2022-01-12
0
Rahil Ramadhani
bikin katwa kembang kempes liat lesungnya thor hahahaa
2021-01-09
3
hmiesha aryani🐣 amie
ken 😍
2021-01-08
1