Aku dan Mas Ashraf kembali bertengkar. Ternyata, semua yang kugelisahkan selama ini bukan hanya prasangka buruk, tetapi kenyataan di mana Mas Ashraf memiliki hubungan yang lebih dari sekadar teman kerja. Jika mereka tidak memiliki hubungan istimewa, maba mungkin si Yuni itu bersikap sangat mesra kepada suamiku. Sebagai seorang istri, tentu saja aku protes, tidak terima suamiku bermesraan dengan wanita lain.
Ingin rasanya kurem*s Yuni sampai hancur lebur karena sudah berani mengambil perhatian Mas Ashraf bahkan bermesraan seperti itu. Gadis itu juga sudah membuat aku dan Mas Ashraf bertengkar hebat.
Namun, sekali lagi aku disadarkan oleh kenyataan bahwa orang tidak akan bertamu dengan lancang ke rumah seseorang jika tuan rumah tidak membukakan pintu. Begitu pun dengan Mas Ashraf. Seandainya Mas Ashraf tidak tergoda pada Yuni yang mencari perhatian. Sudah pasti hubungan kedua orang tersebut tidak akan sedekat itu.
"Katakanlah, siapa yang akan kau pilih, Mas? Aku atau Yuni."
Air mataku sudah berderai. Rasanya sungguh sakit bahkan membuat aku menjadi kian gemas kepada Mas Ashraf. Ingin sekali aku memukul lelaki yang sedang mematung di depanku tersebut. Tanpa mau menjawab sama sekali padahal aku sudah sangat menunggunya. Namun, aku mencoba untuk menahan diri. Aku tidak ingin bersikap kelewatan yang akan berakibat tidak baik untukku nanti.
"Mas! Kau mau ke mana!" Kubentak Mas Ashraf karena geram ketika melihat lelaki itu justru keluar dari kamar tanpa mengucap sepatah kata pun.
Aku yakin, pasti Mas Ashraf akan menemui ibunya untuk mencari pembelaan. Meminta solusi dan aku pun merasa yakin kalau ibu mertuaku sudah pasti memilih Yuni. Masih kuingat ucapannya yang mengagung-agungkan Yuni. Aku juga tidak pernah lupa bagaimana sikap ibu mertuaku yang selalu sinis kepadaku.
Aku memang sengaja tidak mengejar Mas Ashraf. Jangan sampai aku dicap sebagai wanita lemah apalagi pengemis cinta. Sudah cukup aku bertahan dan bersabar selama ini. Tugasku sekarang adalah berpasrah pada takdir bahwa semua yang kualami ini memang yang terbaik untukku.
***
Keesokan paginya, ketika bangun tidur aku tidak mendapati Mas Ashraf di sampingku. Entah ke mana perginya lelaki itu, aku merasa tidak peduli. Bahkan, jika Mas Ashraf berada di rumah Yuni pun, aku mencoba untuk bersikap tidak peduli. Tugasku sebagai istri memang harus berbakti pada suami, tetapi aku pun tidak mau jika rasa baktiku justru melukai diriku sendiri.
Melihat waktu sudah shubuh, aku pun bergegas mandi dan bersiap berangkat ke rumah Ibu Mery. Hari ini aku memang sengaja tidak memasak karena malas saja. Biarlah, suamiku mau makan sama garam pun, aku tidak peduli. Toh, ibu mertuaku masih bisa memasak.
Setelah bersiap, aku pun segera keluar kamar dan langsung berangkat. Namun, ketika baru sampai di ruang tengah, kudengar ibu mertuaku sedang mengobrol dengan seseorang. Bahkan, seperti sedang memberi nasehat.
Dengan berjalan mengendap, aku pun mendekat ke arah pintu lalu menguping pembicaraan itu.
"Kalau si Ira minta cerai, tinggal kau ceraikan saja, Shraf. Buat apa dipertahankan. Toh, sekarang kau sudah punya Yuni. Ibu yakin kalau Yuni itu, jauh-jauh lebih baik daripada Ira."
Kurem*s dadaku saat merasakan nyeri di sana. Pembicaraan ini masih terus berlanjut padahal hatiku sudah merasakan sakit. Tidak mau semakin terluka, aku pun memilih untuk pergi dari sana. Biarlah, kedua orang itu membicarakanku habis-habisan. Kalaupun Mas Ashraf akan menceraikanku, maka aku sudah sangat siap.
Untuk apa bertahan jika kehadiranku saja disepelekan.
Aku bertekad tidak akan pulang malam ini. Ingin kulihat seberapa berharga diriku untuk Mas Ashraf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rahma Inayah
ya bgus kash pelajaran kpd ibunya dan ashraf..apa reaksi nya lbh baik pish sbl yuni dan asharaf nikah
2023-05-15
1