DSM-7

Berdebat lagi dan lagi.

Begitulah kehidupan rumah tanggaku dengan Mas Ashraf. Terkadang membuat aku bosan dan ingin menyerah saja. Namun, sampai saat masih bisa kutahan diri meski kesabaranku perlahan menipis. 

Keesokan paginya, aku meminta izin pada Mas Ashraf untuk menjenguk orang tuaku. Awalnya Mas Ashraf menolak dengan tegas, tetapi aku bersikukuh. Dengan atau tidak ada ada izin dari Mas Ashraf, aku tetap akan berkunjung ke rumah bapak dan ibu. Aku sudah sangat merindukan mereka. 

Jika aku sudah keras kepala seperti ini, Mas Ashraf akhirnya mengalah. Ia justru libur bekerja hanya untuk mengantar dan menemaniku. Padahal jika boleh meminta, aku ingin ke rumah bapak  dan ibu sendirian saja. 

Selain aku bebas mengobrol (Meskipun aku tidak mengobrolkan kejelekan ibu mertua apalagi Mas Ashraf), aku juga bisa puas berada di sana. Jika bersama Mas Ashraf, baru satu jam bahkan terkadang setengah jam saja, sudah langsung minta pulang. Namun, satu hal yang perlu ditegaskan bahwa aku tidak bisa menolak semua perintah dan keinginan Mas Ashraf. 

Setibanya di rumah orang tuaku, mereka langsung menyambutku dengan antusias. Bahkan, ibu sampai mencium dan memelukku sangat erat. Seolah sedang meluapkan rasa rindu yang menggebu-gebu. Begitu pun sambutan untuk Mas Ashraf. Mereka memperlakukan dengan sangat baik, menunjukkan bahwa Mas Ashraf adalah menantu yang baik. 

Iri. Hatiku sungguh merasa sangat iri karena tidak pernah mendapat sambutan yang baik seperti itu. Jangankan disambut, baru melihatku sampai di ambang pintu saja, ibu mertuaku sudah langsung memasang raut wajah tidak suka. Seandainya aku pun diperlakukan sama, sudah pasti aku akan betah di rumah mertuaku. Namun, sayang sekali semua hanyalah angan saja yang takkan pernah seindah kenyataan. 

Di rumahku, kami mengobrol banyak hal. Menceritakan hal-hal penting dan terkadang diselingi dengan guyonan. Saat ibu bertanya tentang aku yang belum hamil pun, ibu langsung mengusap punggungku dan memintaku untuk sabar. 

"Belum rezekinya, Ra. Tidak papa. Usaha lagi. Nanti kalau sudah waktunya dikasih, pasti dikasih. Mungkin sekarang kalian masih diberi waktu buat pacaran dulu," seloroh ibuku disertai kekehan. Aku pun hanya menanggapi dengan senyuman dan kulirik Mas Ashraf memasang senyum yang terlihat dipaksa. 

Setidaknya ucapan ibu tidak semenyakitkan ibu mertuaku dan Mpok Idah  yang mengataiku sebagai wanita mandul. Padahal, yang mandul itu bukan hanya wanita saja, pria juga bisa mandul. Namun, kenapa jika ada wanita yang susah hamil atau menikah sudah lama tidak memiliki keturunan, selalu saja yang disalahkan pihak wanita. 

Cukup lama mengobrol, aku pun meminta Maaf Ashraf untuk tidur siang di kamarku. Padahal Mas Ashraf sudah meminta pulang, tetapi aku menolak karena belum puas berada di sana. Aku memilih untuk masuk kamar dan membiarkan Mas Ashraf bersama bapak di ruang tamu. 

Ketika sudah masuk kamar, langsung kurebahkan tubuhku di atas kasur yang sudah lama sekali tidak aku tinggali. Rasanya 'kangen' sekali. Ingin sekali menginap di sini, tetapi aku tidak yakin Mas Ashraf akan setuju pada keinginanku.

Aku bisa menebak, Mas Ashraf akan meminta pulang karena tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian. 

***

Tepat sesuai dugaan, Mas Ashraf tetap memaksa untuk pulang. Ia tidak mau menginap di rumahku hingga akhirnya aku pun terpaksa menuruti keinginannya. Banyak sekali perintah dan wejangan yang kuterima dari orang tuaku untuk selalu patuh dan taat kepada suami. 

Padahal jika bisa, aku ingin berteriak di depan mereka atau mungkin menangis keras bahwa aku tidak sanggup tinggal dengan mertua. Aku tidak betah dan ingin sekali pulang menjadi anak gadis mereka. Namun, aku sadar diri bahwa semua tidak akan mungkin terjadi. 

Setibanya di rumah, Mas Ashraf langsung naik ke ranjang dan tidur. Ia bahkan tidak mengacuhkanku seolah-olah keberadaanku tidak terlihat. Aku pun hanya bisa mendes*hkan napas ke udara secara kasar. 

Daripada dipusingkan dengan sikap Mas Ashraf yang cueknya sudah mendarah daging, aku pun lebih memilih untuk ke membersihkan diri. Namun, saat membuka lemari pakaian, ada satu hal yang benar-benar mengusik pikiran. 

Semua baju di lemari pakaian tidak lagi tertata rapi. Seperti bekas disentuh-sentuh orang. Jelas saja itu bukan aku, karena aku paling tidak suka jika melihat isi lemari pakaian berantakan. Kalau Mas Ashraf tidak mungkin karena aku yang mengambilkan pakaian untuk lelaki itu. 

Aku pun menghela napas panjang dan pikiranku mulai menerka-nerka. 

Mungkinkah ....

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

pasti mertua km yg bongkar2 ..klu km sdh lelah dan ada wkt bats yg gk mkn km bertahn lbh baik km lepas sblm km pny ank
dan lbh sulit nnt akan keluar dan terikat..

2023-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!