Aku benar-benar merasa bimbang sekarang ini. Saat hendak pulang ke rumah Mas Ashraf, Bapak justru tidak memberi izin sama sekali. Bapak menyuruhku agar tetap berada di rumah sampai Mas Ashraf menyusul untuk pulang. Bapak bilang ada hal yang akan dibicarakan dengan suamiku. Bahkan, jika Mas Ashraf tidak menyusul maka Bapak akan benar-benar melayangkan gugatan cerai untuknya. Aku pun tidak bisa berbicara apa pun. Hanya menurut apa kata Bapak.
Namun, sampai waktu Magrib, Mas Ashraf sama sekali tidak datang. Bahkan, mengirim pesan pun tidak. Tidak ada yang bisa kulakukan selain diam dan menghela napas panjang. Memang sudah seharusnya aku sadar kalau Mas Ashraf tidak menganggapku berharga lagi.
Bahkan, sampai waktu Isya' tiba, Mas Ashraf belum juga datang, padahal aku sudah menunggunya. Apalagi desakan orang tuaku yang terus saja bertanya tentang Mas Ashraf.
Rasanya ingin sekali menangis. Namun, aku tidak mau terlihat cengeng di depan orang tuaku. Ingin kubuktikan pada mereka bahwa aku anak perempuan mereka yang kuat dan tangguh. Tidak mudah menangis apalagi menyerah pada keadaan walaupun terkadang aku harus menguatkan mentalku sendiri.
Kud*sahkan napas lagi. Entah sudah yang keberapa kali. Hanya untuk mengurangi dadaku yang terasa berat dan sesak. Kucoba mengirim pesan pada Mas Ashraf, tetapi hanya centang satu dan entah kapan akan berubah menjadi centang biru.
Di saat jam sudah menunjuk pukul delapan. Rasanya sudah lelah menunggu kedatangan suamiku. Bapak pun sudah menyuruhku untuk segera masuk kamar. Dari sorot mata dan nada bicara Bapak, aku tahu lelaki itu sedang marah. Mungkin Bapak merasa kecewa karena Mas Ashraf sama sekali tidak mencariku.
Dengan langkah gontai, aku pun menuju ke kamar. Namun, saat baru memegang handel pintu, kudengar suara seseorang mengucapkan salam walaupun samar. Sepertinya aku sangat mengenal suara tersebut.
Aku pun mengurungkan niat untuk masuk kamar dan memilih berbalik untuk memastikan bahwa yang datang adalah suamiku.
Benar saja. Mas Ashraf sedang berdiri di ambang pintu. Namun, aku justru merasa heran dengan diriku sendiri. Biasanya jika Mas Ashraf pulang maka aku akan menyambut dan menyalami tangannya. Akan tetapi, tidak untuk sekarang ini. Aku justru mematung di belakang sofa. Menatap suamiku yang juga sedang menatapku. Ketika kulihat sorot mata Bapak yang begitu tajam, aku hanya bisa mematung. Kakiku terasa keras dan tidak bisa melangkah.
"Masuklah, Ra! Bapak tidak ingin kau di sini karena ada hal yang akan Bapak bicarakan dengan suamimu." Suara Bapak terdengar tegas dan penuh dengan penekanan.
Tidak ada yang bisa kulakukan selain menurut pada perintah Bapak. Kutinggalkan Mas Ashraf bersama Bapak. Ingin sekali aku menguping pembicaraan mereka karena penasaran. Namun, setelah kupikir lagi lebih aku diam di kamar dan biarkan kedua lelaki itu saling berbicara.
Ketika baru merebahkan diri di kasur, kulihat Ibuku masuk. Sungguh kasihan sekali melihat wajahnya yang terlihat lesu. Aku yakin, apa yang sedang kualami pasti menjadi beban pikiran untuknya.
Walaupun selama ini yang dekat denganku adalah Bapak, tapi aku percaya kalau batin Ibu lebih terluka. Karena wanita itu lebih sering menggunakan perasaan daripada lelaki yang lebih sering menggunakan logika.
Banyak sekali nasehat yang kuterima perihal rumah tanggaku yang sedang berada di ujung tanduk. Aku pun hanya mengangguk mengiyakan saja. Sama seperti saat mendengarkan nasehat Bapak.
Selang beberapa lama, Mas Ashraf masuk kamar dengan wajahnya yang datar. Tidak ada senyuman sama sekali. Melihat Mas Ashraf yang masuk kamar, Ibu langsung berpamitan untuk istirahat. Aku tahu, sebenarnya Ibu sengaja memberi waktu untukku dan Mas Ashraf.
"Mas ...."
"Aku tidak menyangka kalau kau ternyata seorang pengadu. Untuk apa kau mengadu pada Bapak? Bahkan, kau menjelekanku! Dasar istri tidak tahu diri!"
Bentakan Mas Ashraf membuat ucapanku tercekat di tenggorokan. Aku hanya diam dan menatap lelaki yang terlihat sedang dipenuhi amarah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rahma Inayah
jgn diam saj ra jwb ..km aja bs ngaduh ke ibu mu knp q gi bs..utk apa berthn klu menambah luka..
2023-05-16
0