Tidak ada pelukan apalagi des*han bersama. Setelah aku meminta untuk dipulangkan ke rumah orang tuaku, Mas Ashraf tidak lagi berbicara apa pun. Lebih memilih untuk menarik selimut sampai menutup seluruh tubuh.
Hah!
Kudes*hkan napas ke udara secara kasar untuk sedikit mengurangi beban yang terasa menghimpit dada. Inilah yang kubenci dari Mas Ashraf. Di saat kami bermasalah, bukannya menyelesaikan justru tidur. Walaupun setelah terbangun semua akan baik-baik saja, tetapi tetap saja hal itu mengganjal di dalam dadaku.
Semua seolah menumpuk menjadi satu dan aku hanya mampu diam tidak berdaya.
***
"Ira, belilah gula, kopi, dan bumbu dapur lainnya. Semua sudah habis," perintah ibu mertuaku saat aku baru saja keluar kamar setelah Mas Ashraf berangkat kerja. Aku memang sengaja tidak menjawab, tetapi tetap akan aku belikan semua itu. "Kamu dengar tidak? Ibu itu tidak punya uang."
"Dengar, Bu."
Aku ngegrundel dalam hati. Ibu mertuaku bilang tidak punya uang? Padahal jelas-jelas Mas Ashraf memberikan beliau uang lebih banyak daripada aku. Lalu di ke manakan uang itu?
Aku berjalan pergi ke warung sambil terus menggerutu. Sumpah, rasanya sangat sebal dan ingin sekali kurem*s wajah ibu mertuaku. Ini benar-benar membuatku sangat tidak betah.
Sesampainya di warung, aku membeli apa yang dipesan oleh ibuku. Tak lupa beli cemilan juga karena aku jarang makan dan lebih suka ngemil.
"Semua totalnya lima puluh ribu, Mbak Ira."
Kuserahkan selembar uang lima puluh ribuan. Lalu bergegas pergi dari warung itu. Namun, selama berjalan pulang beberapa kali kulihat plastik belanjaanku. Gula, kopi, bumbu dapur dan minyak. Jajanku saja cuma tujuh ribu, tapi sudah membuat aku merasa menyesal.
Harusnya aku tidak jajan tadi. Batinku.
Ketika sudah sampai di rumah, ibu mertuaku langsung mengambil barang-barang yang kubeli tadi. Melihatnya satu persatu dan aku lupa tidak menyimpan jajanku. Wanita paruh baya itu hanya melihat beberapa snack harga lima ratus dan seribu tanpa berbicara apa pun. Aku pun merasa lega karenanya.
Setelah menaruh belanjaan tadi di dapur, aku pun membawa snack-snack itu ke kamar. Kemudian, aku membantu ibu mertuaku memasak karena biasanya saat istirahat siang, Mas Ashraf akan pulang.
Di saat sedang sibuk memasak, ada suara dari arah depan yang memanggil nama ibu mertuaku. Segera kucuci tangan lalu berjalan tergesa ke depan untuk membuka pintu.
Ternyata Mpok Idah.
Aku pun hanya bisa menggerutu dalam hati. Jika wanita ini berkunjung ke rumah, sudah pasti aku harus menyiapkan mental sekuat baja karena duo manusia julid sedang bersatu.
"Di mana Ibu Sumarni?" tanyanya. Kulihat wanita itu menatap sinis ke arahku. Seperti tidak suka padahal yang kutahu selama ini kami tidak memiliki masalah apa pun.
Kupersilakan wanita itu agar masuk dan kupanggil ibu mertuaku. Dua wanita itu pun duduk di ruang tamu bersama. Sementara aku?
Aku seperti biasa, menjadi seorang pembantu di rumah itu. Kubuatkan dua teh panas dan langsung kutaruh di depan wanita itu.
"Cuma ada teh doang, Mpok. Lupa tidak beli jajan buat isi toples. Belinya jajan yang bisa dimakan sendiri," sindir ibu mertuaku. Aku melihatnya melirik padaku, tetapi langsung kutundukkan kepala.
"Saya beli dulu, Bu." Aku pun bergegas pergi mengambil uang dan hendak kembali ke warung. Namun, saat sampai di ambang pintu, aku mematung sesaat ketika mendengar obrolan mereka berdua.
"Iya, Mpok. Kemarin aku dapat uang dari Ashraf. Mau kubelikan cincin. Lumayan 'kan. Cukup kalau hanya satu gram."
Aku mendengkus kasar lalu segera pergi dari sana. Tidak mau mendengar pembicaraan mereka lagi yang pasti akan selalu menyakiti hati. Selama berjalan, aku terus saja menggerutu.
Untuk belanja tadi, ibu bilang tidak punya uang, tetapi ia mau membeli perhiasan. Kalau memang semua kebutuhan aku yang beli, harusnya aku yang diberi lebih banyak uang bukan ibu. Padahal aku sendiri jika ingin membeli baju atau sandal saja, harus mikir berkali-kali.
Astaga. Aku tidak boleh perhitungan. Batinku mengomel sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rahma Inayah
lbh baik kerja biar gk izin dr pd hdp se atap tertekan bathin..atau pish sekalian aja .br dah stlh pish asharf merasa ad yg hilg
klu pun ibu nyannt mencri penganti istri nyq gk sma krn pst nya gk mau dibgi jath nya dan dia yg mengatr keuangan bkn spt istri nya skrg lemah dan sllu nurut
2023-05-04
1