Keputusan

Dia menggertakkan gigi. Aku mengartikan ekspresinya seperti menahan sesuatu yang amat menyakitkan. Apa dia bersimpati pada orang-orang itu? Atau kesal karena kegagalannya?

"U-2 menghabisi tiga orang di tempat, dia sendiri bunuh diri. Empat orang tewas mengenaskan di penjara..... aku membunuh dua orang."

Mengejutkan.... atau tidak. Aku sudah mendengarnya dari Val. Meski begitu, aku tetap terkejut melihat tangan Ansel yang gemetar saat menceritakannya.

"Hei, Theo," Dia lanjut berbicara lagi. "Kau pasti bertanya-tanya, bukan? Kenapa aku, timku yang rata-rata anak berusia 17 atau 18, berurusan dengan masalah sekelas ******* internasional?"

"Itu memang membuatku heran."

Ansel menyandarkan lagi punggungnya ke kursi, menatap langit kosong sebelum bercerita. "Dua tahun lalu, saat aku masih kelas satu, dua temanku dibunuh."

"Eh?"

"Itu karena kesombonganku sendiri, aku memang orang yang pantas disalahkan. Aku terlalu gegabah, menganggap musuh yang aku hadapi hanya kriminal biasa. Aku terjebak. Timku dikepung cepat. Hanya aku yang selamat." Ansel kemudian membungkuk, membenamkan wajahnya ke telapak tangannya. "Wajah mereka, suara mereka, kata-kata mereka sebelum tewas, semuanya masih terbayang di kepalaku hingga saat ini, menghantuiku setiap malam seperti bisikan malam. Aku tidak tidur selama beberapa waktu, hingga saat ini pun tidurku terkadang tidak nyenyak. Aku ingin menghabisi mereka, orang-orang yang mengarahkan moncong senapan mereka pada teman-temanku. Karena itu aku membentuk regu ini. Wild Dogs, regu rahasia Divisi Keamanan yang tak terikat hukum Helder. Bahkan pembentukannya pun dilakukan secara rahasia. Orang-orang yang kau temui kemarin bukanlah orang-orang yang asal mendaftar hanya dengan sejumlah rasa keadilan dalam diri mereka. Mereka adalah orang-orang yang berkata "siap" ketika aku bertanya apakah mereka siap untuk bertaruh nyawa atau tidak. Meski aku yakin kalau aku punya kekuatan untuk tidak membiarkan siapa pun lagi mati, kenyataannya aku terlambat bereaksi kemarin. Pada akhirnya aku tetap tidak bisa melakukan banyak hal sendirian."

Aku mengerti. Dia sama sepertiku. Ketika ibuku meninggal, aku memikirkan segala cara agar aku tidak kehilangan siapa pun lagi. Aku masih punya Lizzy, yang mana harus aku jaga sesuai keinginan terakhir ibu. Tapi kemudian aku sadar kalau aku tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Ketika Lizzy sakit, aku sadar aku tidak bisa apa-apa. Saat itulah aku memutuskan untuk bertemu Pak Tua Jirca untuk meminta bantuan. Namun, pada kenyataannya aku tetap tak bisa melakukan banyak hal. Pak tua..... ayah kami tetap saja meninggal di depan mataku.

"Aku punya satu pertanyaan: kenapa kau memaksaku bergabung dengan Wild Dogs? Kau tahu sendiri kalau regu yang kau buat itu berisi orang-orang yang siap mempertaruhkan nyawa mereka. Kenapa kau berpikir kalau aku punya tekad yang sama?"

"Aku tidak tahu." Jawab Ansel spontan. "Tapi aku tahu kalau kau sangat mencintai saudara-saudaramu. Aku melihatnya ketika kau menyelamatkan Lee di lorong waktu itu. Kau mungkin sedikit salah paham akan satu hal. Orang-orang di Wild Dogs memang bersedia untuk menyerahkan nyawa mereka ketika diperlukan, tapi setiap anggota, setiap personel kami juga diwajibkan untuk saling menjaga nyawa satu sama lain. Ketika ada seorang yang siap berkorban, maka anggota lain harus berusaha keras agar orang itu tidak dikorbankan. Itulah prinsip Wild Dogs sebenarnya. Itu yang aku lihat saat merekrut anggota baru."

"Lalu bagaimana jika memang harus ada pengorbanan? Bagaimana dengan keluarga mereka? Teman-teman, orang yang dekat dengan mereka?"

"Karena itulah aku bertanya pada mereka, apakah mereka siap berkorban atau tidak. Bukan cuma tentang diri mereka, tapi juga keluarga, teman, orang-orang terdekat mereka. Ada satu kesamaan pada orang-orang Wild Dogs: kehidupan kami pernah dibuat berantakan oleh pihak yang sama. Karena itu aku ingin merekrut orang yang merasa akan melakukan apa saja agar menjaga kehidupan itu, bahkan meski harus membayarnya dengan nyawa."

Dia benar-benar tepat pada poinnya. Aku tidak tahu bagaimana kehidupan anggota lain. Tapi jika dilihat lagi, Ansel mendapati kalau kedua temannya dibunuh, sehingga dia akan melakukan segala cara agar tidak membiarkan lagi orang terdekatnya mati. Aku yakin dia juga merekrutku karena itu. Dia tahu aku akan melakukan apa saja untuk adikku, untuk saudara-saudaraku. Aku paham, karena sewaktu aku mendorong Val waktu itu, aku berpikir tidak masalah kalau aku mati, yang lain akan tetap hidup. Aku tidak tahu apakah itu disebut tekad atau hanya pemikiran bodohku yang sudah pasrah. Tapi jika Ansel berkata semua anggota Wild Dogs punya pemikiran yang sama, tak heran mereka semua orang-orang kuat.

"Lalu, bagaimana dengan membunuh? Jangan tersinggung, tapi kau membunuh dua orang waktu itu."

Mendengar pertanyaanku, Ansel tersenyum. Begitu tenang, lembut seperti permukaan air, tapi sangat gelap dan dingin seperti jurang dasar laut. Bahkan aku bisa merasakan leherku merinding ketika melihatnya. Aku paham. Dia sudah mengalami banyak hal, lebih buruk daripada sekadar membunuh penjahat.

"Aku tidak membenarkan adanya pembunuhan, apalagi aku hanyalah remaja usia tujuh belas. Aku tidak membenarkan apa yang telah aku lakukan, tapi aku juga tidak pernah merasa menyesal. Theo, jika kau melihat apa yang telah aku lihat, mendengar apa yang telah aku dengar, merasakan apa yang telah aku rasakan selama dua tahun ini, kau akan memiliki resolusi yang sama. Membunuh termasuk perbuatan ringan yang pernah aku lakukan. Aku sudah melakukan lebih banyak hal yang akan membuatmu ragu di pihak mana sebenarnya aku berdiri."

Begitu. Sekarang aku paham bagaimana moral Ansel bekerja. Dia tidak membenarkan pembunuhan, tapi jika diperlukan pada situasi yang sangat mendesak, dia akan membunuh. Pemikirannya tidak seperti anak usia tujuh belas. Apa yang sudah dia alami sebenarnya?

"Aku tidak bisa bilang kalau moralmu itu bagus atau tidak. Tapi aku yakin aku juga sempat punya prinsip yang sama." Aku menghela napas panjang, lalu bersandar pada bangku logam yang dingin. "Ketika aku tertembak waktu itu, aku sempat berpikir antara aku membunuh mereka, atau mereka akan membunuh adikku. Aku tidak sadar, itu lebih seperti insting. Mungkin memang sebutan Anjing Hitam itu cocok untukku. Pada akhirnya aku menyerahkan diri pada insting hewan buas. Tapi yah, aku paham ketika kau berkata tidak ada penyesalan. Memang ngeri jika aku ingat-ingat lagi, tapi aku tidak merasa menyesal."

Senyuman Ansel berubah lebih damai. "Benar. Itu juga tekad yang diperlukan untuk Wild Dogs. Tekad untuk tidak ragu menyerahkan diri pada insting hewan buas dalam situasi mendesak. Kebanyakan orang selalu ragu dalam memutuskan apa yang harus mereka lakukan dalam situasi genting, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka memilih satu pilihan tertentu. Tapi untuk Wild Dogs, jika pilihan satu-satunya adalah dengan menjadi monster, maka jadilah monster."

"..... Karena yang kalian lawan juga monster, benar?"

"Tepat."

Sekarang aku ingat, aku ingin bertanya tentang ini sejak waktu itu.

"Hei, siapa sebenarnya yang ada di belakang mereka? Penyerangan ini bukan cuma kerja kelompok kriminal biasa, 'kan? Ada receiver, ada half-men, semua penyerang punya senjata ilegal, semuanya mati dibungkam. Siapa yang ada di belakang semua ini?"

"Aku tidak bisa memeberitahumu." Jawab Ansel tegas dan dingin, tapi aku sudah menduganya.

"Aku pikir orang yang memberitahukan soal keberadaan regu rahasia-spesial divisi keamanan Helder tidak akan ragu memberitahu rahasia kecil lainnya."

"Ini dan itu berbeda. Jika kau mengetahui rahasia ini, kau harus siap diincar peluru nyasar."

"Sudah cukup aku diincar mata pisau selama ini." Aku menghela napas panjang. Sekarang adalah topik utama. "Keluargaku, apa mereka aman sekarang?"

Ansel memalingkan pandangan, "aku tidak bisa bilang. Bukankah sudah aku jelaskan kalau Wild Dogs bekerja diam-diam? Bahkan Helder saja bekerja tanpa kerja sama dengan polisi atau militer. Kami tidak bisa memberikan jaminan."

"Sudah aku duga." Aku mencondongkan badanku ke depan, memainkan jari-jemariku yang lentik sembari melanjutkan. "Polisi mendatangiku kemarin, meminta keterangan. Aku menceritakan apa yang perlu aku ceritakan. Kalian aman, aku, anak-anak panti tidak bercerita sedikit pun soal kalian. Mereka juga menawarkan program perlindungan pada Val sebagai anak tertua, tapi Val bertanya dulu padaku."

Ansel menatapku tajam. "Dan apa jawabanmu?"

Aku menyeringai lebar seperti hewan buas. "Tentu saja aku menolak. Seperti Helder atau Wild Dogs, aku tidak terlalu mempercayai mereka. Tapi itu memberi satu pertanyaan lagi untukku: bagaimana caraku melindungi Val, Lee, Lizzy, dan yang lainnya?"

"Itu berarti kau tidak punya pilihan?"

"Aku punya satu." Aku mengalihkan pandanganku pada Ansel, membalas sorot matanya yang penuh keseriusan denagn tatapanku yang kata orang-orang bisa membunuh dengan sekali lihat. "Tawaranmu, apa itu masih berlaku?"

Bagai mendengar petir, Ansel terbelalak seketika. Dia tidak bisa menyembunyikan seringainya, tapi dia tetap berusaha keras untuk tetap tenang. "Heh.... hahah, kau akhirnya berubah pikiran?"

"Setelah semua yang terjadi, aku pikir aku harus merubah sedikit pandanganku. Aku ingin Lizzy hidup bahagia, tapi apa artinya jika dia dikelilingi bahaya? Aku ingin dia hidup di dunia tanpa konflik besar, dan aku siap mengorbankan apa pun."

"Heh-heh, tekad yang bagus." Ansel menunduk, berusaha menyembunyikan seringainya itu. "Setidaknya usahaku selama ini tidak sia-sia."

"Selamat untukmu, tapi aku juga punya syarat yang ingin dipenuhi. Aku akan ikut ujian masuk secara normal, tidak melalui undangan atau apa pun, sebagai gantinya, aku ingin jaminan atas keluargaku."

Seringai Ansel sedikit memudar ketika aku mengatakan itu. "Persyaratan yang berat, ya. Kau tahu kalau divisi keamanan punya sumber daya terbatas, bukan?"

"Aku tahu, tapi aku yakin kau juga tahu sedikit lebih banyak tentangku."

"Oh, misalnya?"

"Nama lengkap asliku, Theodore Radley Asera."

Setelah mendengar itu, Ansel benar-benar tak bisa menahan tawanya.

"HAHAHAHAH kau benar, kau memang benar soal itu. Tapi asal kau tahu, aku mengetahuinya setelah seminggu. Aku tidak mengira akan bertemu Asera yang lain."

Tadinya aku tidak mau menggunakan cara ini, tapi baiklah, selama ini bekerja maka tidak masalah. Aku membuka jabatan tangan padanya. "Kalau begitu, kita sepakat?"

Ansel menerima jabat tanganku dengan erat. "Sepakat. Apa perlu aku beri dia kabar?"

"Kau belum melaporkan apapun padanya?"

"Aku merasa kau tidak mau dia tahu tentangmu."

Mengejutkan, tapi kerja bagus. Agak merepotkan kalau dia tahu apa yang akan aku lakukan. "Tidak perlu, aku akan berbicara dengannya nanti."

Akhirnya setelah hampir satu jam, aku kembali berdiri, menepuk-nepuk pakaianku yang sedikit berdebu, lalu meregangkan pinggang. "Mungkin waktunya bagiku kembali ke kamar. Aku ingin berbaring sebentar."

"Oh, tunggu sebentar." Seruan Ansel membuatku berbalik lagi.

"Ada apa?"

"Soal tadi, aku rasa lebih baik kau punya gambaran tentang siapa musuhmu sebenarnya."

".... Siapa?"

Pemuda itu mengibaskan tangannya, menyuruhku mendekat. Dia membisikkan sesuatu ke telingaku, hanya satu kata, tapi membuatku benar-benar merasakan angin dingin yang menusuk.

"LOST."

Aku kembali berdiri dengan mata terbelalak. Aku tahu siapa mereka, setidaknya sedikit informasi tentang mereka. Iblis dari masa lalu, sekelompok setan yang merusak. Aku mendengar banyak tentang ini dari mendiang ibuku. Jika apa yang dikatakan Ansel itu benar, maka Thalia memang sedang tidak baik-baik saja.

"Itu saja yang perlu kau tahu." kata Ansel setelah kembali duduk dengan santai. "Tetap berhati-hati, mereka adalah lawan yang berbahaya."

Aku tersenyum tipis, tapi ketakutan masih terasa berat di pundakku. "Berbahaya mungkin terasa sangat menyepelekan."

"Hahaha, kau benar."

Aku berbalik lagi, saatnya kembali ke kamar. "Sampai jumpa lagi, Senior Ansel."

"Sampai jumpa, Asera."

...* * * * *...

Terpopuler

Comments

百里金

百里金

ikut deg-degan gw wkwkwk

2023-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!