Ahli Pedang

Kuro Fuyuki memiliki tubuh yang begitu ramping, malah mungkin setara dengan Felice yang merupakan anggota paling kurus di Wild Dogs. Fakta kalau dia cukup tinggi memberikan kesan jangkung pada orang lain yang melihatnya. Walau seangkatan dengan Rolfe dan Ansel, wajahnya tampak bulat dengan garis rahang yang halus menuju dagu, membuat wajahnya tampak babyface. Juga, meski begitu ramping, dia punya otot yang kuat di kaki dan lengan.

Dia adalah anggota tercepat. Dalam tes lari di pelajaran olahraga, dia mencatatkan waktu empat detik dalam lari 50 meter, dan total tujuh detik dalam lari 100 meter. Bahkan dalam tes daya tahan, dia bisa mempertahankan kecepatan konstan sekitar lima puluh kilometer per jam selama tiga puluh menit. Ditambah dia memiliki refleks yang membuatnya dapat menangkap anak panah yang dilesatkan padanya.

Kuro Fuyuki, dalam segi potensi keseluruhan, berada tiga tingkat di bawah Ansel, yang mana merupakan siswa terkuat di angkatannya. Ansel langsung memberikan rekomendasi pada guru pembina begitu mengetahui kalau Fuyuki memberikan registrasi untuk menjadi anggota divisi keamanan. Dan begitulah, Fuyuki menjadi salah satu anggota awal Wild Dogs.

Juga, karena potensi besar itulah, Ansel tidak pernah meragukan Fuyuki dalam pelaksanaan misi. Dia seringkali memberikan misi sendiri pada Fuyuki tanpa keraguan, karena dia tahu Fuyuki bisa menyelesaikannya.

Dalam derasnya guyuran hujan badai, kecepatan lari Fuyuki tidak sedikit pun menurun. Jarak pandangnya terbatas, tapi dia punya refleks yang membuatnya dapat menghindari setiap pohon atau batu yang menghalangi. Matanya melirik sedikit ke samping, gerbang tinggi panti sudah terlihat. Dia sedikit berbelok, mengambil jalan memutar ke sisi belakang gedung.

Tanpa menurunkan kecepatan, Fuyuki mengeluarkan radio terbatas mikro dari balik jas hujannya. Setelah terpasang di telinga, dia berhenti berlari sejenak.

"Fuyuki masuk, aku sudah di posisi." Katanya tanpa terengah-engah sedikit pun meski sudah berlari lumayan jauh.

Dia memang sudah di dinding belakang. Meski tertutup dinding tinggi, atap panti yang dulunya mansion mewah itu masih bisa terlihat. Itulah yang menjadi acuan arah ketika dia berlari. Tidak ada gerbang atau pintu apa pun di dinding belakang, tapi itu bukan masalah. Dia bisa memanjat dinding itu dengan mudah. Masalah sebenarnya adalah melakukan penyergapan pada musuh yang mungkin sudah menunggu di balik dinding. Itulah kenapa dia perlu sedikit bantuan.

"Klaus, kau di sana?" tanya Fuyuki sambil menempelkan jarinya pada radio. Jawaban datang sedetik kemudian.

"Di posisi, berseberangan denganmu. Achard ada di sini."

Ketika melihat sorotan cahaya di seberang, Fuyuki tahu kalau rekannya sudah ada di tempat.

"Felice, bagaimana situasinya?"

Suara lain menjawab pertanyaan itu. "Belum berubah. Dua penjaga di pintu belakang. Senjata mereka senapan mesin otomatis. Berisiko kalau menyerang langsung. Untungnya, ada pintu kecil di sisi Claus yang bisa kita gunakan."

Fuyuki mengerutkan dahi setelah mendengar informasi itu. "Kenapa tidak bilang dari tadi?"

Jawaban yang diterima sangat sederhana, tapi membuat Fuyuki cukup tenang.

"Maaf......"

Pemuda itu tidak marah, hanya berkomentar. Dia tahu situasi Felice. Meski berguna untuk pengintaian jarak jauh, gift gadis itu punya kelemahan besar di kondisi hujan seperti sekarang.

"Tidak, aku minta maaf. Aku lupa keadaanmu." Setelah meminta maaf, Fuyuki kembali membicarakan rencana. "Claus, ada pintu di sana. Kau masuk menggunakan kemampuanmu, alihkan perhatian mereka. Aku akan menyergap dari sisi ini. Felice, tolong beritahu aku ketika perhatian musuh sudah benar-benar teralihkan."

"Dimengerti!"

"Baiklah."

Mereka tidak mempertanyakan apa pun soal rencana itu, terutama soal bagaimana seorang Kuro Fuyuki melakukan penyergapan melalui dinding setinggi empat meter? Itu karena mereka tahu Fuyuki bisa melakukannya.

Dia melepas jas hujan tebal yang dia kenakan. Baginya, melakukan penyergapan menggunakan jas hujan hanya akan mengurangi mobilitas, karena itulah masih lebih baik dia kebasahan terkena hujan. Rambut nya panjang berwarna hitam dengan aksen biru. Diikatnya rambut itu dengan karet gelang di pergelangan tangannya agar tidak menghalangi pandangan. Barulah, dia mengeluarkan gagang pedang kosong dari balik blazer sekolahnya. Dia gigit gagang itu erat, kemudian berpose seperti seorang sprinter yang menunggu peluit dibunyikan, hanya saja bukan peluit yang dia tunggu.

Fuyuki memejamkan mata, mengatur nafas, membuat otot-ototnya relaks. Dalam konsentrasi yang dalam, dia perhitungkan medan sekitar. Tanah yang diguyur hujan pasti berlumpur dan licin, artinya dia harus mengendalikan kecepatan agar tidak terpeleset. Kontur tanah yang empuk akan menyulitkannya saat melompat, tapi tampak ada batu menonjol di dekat tembok yang bisa dijadikan papan lompatan. Masalah lainnya adalah tembok vertikal itu pasti licin karena hujan, artinya cengkeramannya pada tembok harus tepat agar bisa berhasil dalam sekali percobaan. Dia juga harus hati-hati saat mendarat dan menyerbu agar gerakannya efektif.

Sepuluh detik dia memperhitungkan situasi. Suara benturan kuat logam tiba-tiba terdengar dari sisi seberang. Perhatian para penjaga teralihkan. Senjata diarahkan ke sumber suara. Mereka berjalan mendekatinya, menjauhi sisi Fuyuki. Konsentrasi pemuda itu mencapai puncak ketika terdengar seruan.

"Sekarang, Fuyuki!!"

Pemuda itu membuka mata, menarik napas dan menahannya sebelum mengambil lompatan awal untuk kemudian berlari cepat. Kaki kirinya menapak tepat di atas batu dekat dinding. Dia melakukan lompatan lagi, bertumpu pada kaki kanan yang seolah melangkah vertikal di tembok yang basah. Kedua tangannya direntangkan ke atas, meraih tepian tembok tinggi. Dengan lincah dia menangkat tubuhnya melintasi dinding, lalu jatuh berguling di atas tanah basah yang lebih padat. Kedua penjaga di sana berbalik mendengar suara Fuyuki yang mendarat di belakang mereka. Pemuda itu meraih gagang pedang di mulutnya cepat sebelum kedua penjaga itu siap membidik.

"Hai pedang........"

Bola-bola hitam melayang mengitari lengan Fuyuki. Itu saling mendekat, lalu bersatu membentuk mawar hitam yang mekar sempurna di ujung gagang. Dari mahkota bunga, bilah hitam pekat memanjang membentuk sebuah pedang dengan lengkungan sempurna.

Ada satu kelebihan lain yang membuat Fuyuki itu unik di regu. Meski tubuhnya ramping, dia adalah pengguna pedang yang mahir, satu-satunya di Wild Dogs.

Dia ayunkan pedang hitam pekat itu menebas kedua penjaga di depan. Tidak ada darah atau bekas potongan apa pun. Namun, kedua penjaga itu tiba-tiba ambruk kehilangan kesadaran. Pekerjaan selesai. Bilah hitam itu perlahan menguap dan hilang seolah larut oleh hujan.

Itu adalah gift miliknya. Gift yang mencerminkan namanya, gift yang memberikan arti untuk bakatnya. Sebuah gift yang dia beri nama «Devourer». Gift yang membuat Kuro Fuyuki bisa membentuk bilah pedang apa pun, dalam ukuran apa pun, dalam bentuk apa pun dari materi hitam misterius. Pedang itu tidak hanya bisa memotong hal fana saja, tapi juga konsep abstrak seperti penglihatan, rasa sentuhan, bahkan kesadaran tanpa perlu memotong wujud fisik lawan. Dengan kemampuan berpedang, kelincahan, dan kecepatan Fuyuki, gift itu menjadi kemampuan yang amat mengerikan.

"Kerja bagus!"

Seorang pemuda bertubuh agak gemuk dan seorang gadis jangkung berambut cokelat masuk ke wilayah panti dari pintu kecil yang penyok akibat benturan kuat dari luar. Fuyuki tersenyum tipis melihat mereka.

"Sama untukmu, Klaus."

Gadis itu, Esvele Achard--atau Ansel memanggilnya V--memandangi tembok yang baru saja dipanjat Kuro, kemudian merasa ngeri sendiri.

"Di tengah hujan, memanjat, melompat dari ketinggian. Apa kakimu baik-baik saja?"

"Mungkin aku terlahir berbeda." Jawab pemuda itu tenang. Dia kembali menghubungi Felice setelah berhasil melakukan tugas pertamanya. "Felice, bagaimana situasi di dalam?"

Namun, jawaban yang datang tidaklah bagus.

"Gawat....... FUYUKI, CEPAT PERGI KE LANTAI ATAS, MUSUH TENGAH--"

Tidak sempat Felice menyelesaikan kata-katanya, ledakan keras dari senjata berkaliber besar membuat mereka terkesiap. Semua orang sontak mendongak, menatap lantai atas tempat suara itu berasal. Bergerak cepat, Fuyuki kembali memunculkan pedangnya, kemudian menebas pintu besi itu beberapa bagian hingga jalan masuk belakang terbuka.

"KAMI URUS DI SINI, CEPAT PERGI KE LANTAI DUA!!!!!!!!!" Pekik Fuyuki panik.

"BAIK!!!!!!"

...* * * * *...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!