Evakuasi

Theo's PoV

Proses penyembuhanku berlangsung hampir lima menit. Aku tidak tahu apakah itu singkat atau lama, tapi kata wanita yang menyembuhkanku dengan gift-nya, prosesnya memang cukup memakan waktu karena luka tembak ini dari peluru berkaliber besar. Mungkin dia biasanya melakukan penyembuhan lebih cepat lagi.

Orang-orang yang mendatangi kami adalah teman-teman Ansel. Jumlah mereka empat orang; tiga laki-laki dan seorang perempuan. Pemuda yang tampaknya keturunan Asia dan yang bertubuh agak gempal berjaga di luar, sementara pemuda tinggi besar dengan lambang—mungkin tato—wajik di punggung tangan dan wanita berkulit tan gelap yang menyembuhkanku tadi ada di dalam kamar. Ekspresi mereka tampak tegang dan penuh kewaspadaan, tapi juga terlihat sedikit rasa lega. Mungkin mereka bersyukur bisa tepat waktu menyelamatkanku.

Wanita itu melepaskan kedua tangannya dari dadaku. Cahaya hijau itu perlahan meredup. Tampak pakaian tebal yang aku kenakan terkoyak akibat peluru, tapi rasa sakit yang sejak tadi aku rasakan menghilang sepenuhnya.

Wanita itu bersandar ke tembok. Listrik sudah dinyalakan kembali. Aku bisa lihat keringat mengguyur tubuh wanita itu seperti hujan. Dia kelelahan, dalam arti fisik maupun psikisnya. Gift adalah kemampuan supranatural. Beban yang diberikan bukan hanya pada fisik, tapi juga psikis. Jika terlalu keras menggunakannya, tentu tubuh akan menerima efek samping yang begitu besar.

Ansel yang sejak tadi menunggu di depan pintu mendatangiku. Dia berjongkok, memelototiku yang masih terbaring lemas. Tiba-tiba dia meraih ujung pakaianku, kemudian menariknya ke atas paksa tiba-tiba.

"HEI, AP—"

Suaraku langsung terhenti ketika aku merasakan denyut menyakitkan di ubun-ubun. Seketika lenganku lemas, kakiku lemas. Punggungku kembali menempel ke lantai. Rasanya dunia ini seperti berputar.

"THEO!!!!!"

"THEO!!!"

"Kak Theo!"

Lee, Val, Lizzy, dan yang lain langsung mendatangiku ketika aku kembali ambruk, tapi Ansel merentangkan tangannya ke pinggir, menghentikan mereka semua.

"Tenanglah, ini reaksi yang diharapkan terjadi." Ansel melepaskan pakaian tebalku perlahan, kemudian duduk bersila di depanku. "Tiga tembakan, mengenai belikat, punggung, dan dada. Tembakan di dada dilakukan oleh pistol dengan peluru besar. Ada bekas luka terlihat di dadamu, mungkin permanen, tapi untuk tembakan lain lebih bersih. V bisa menyembuhkann lukamu, tapi tidak bisa mengembalikan seluruh darah yang terbuang. Kau merasa pusing dan lemas karena kekurangan darah."

"Tidak mungkin........" Lee melotot, refleks dia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sementara Val menunduk dengan kedua tangan terkepal. Dia berjalan ke hadapanku, lalu duduk bersimpuh. Ekspresinya begitu tegang, penuh rasa bersalah.

"Maaf, kalau saja aku tadi tidak tergesa-gesa...... kalau mereka terlambat datang, mungkin........"

"Val!" Aku sedikit membentak dengan suara yang aku sendiri terkejut ternyata cukup lemah. "Sudahlah, tidak perlu menyalahkan siapa pun. Aku tidak mau dengar."

Aku tahu ke mana arah pembicaraan ini, dan aku tidak suka. Lebih baik dia berterima kasih dari pada meminta maaf. Aku bisa mengerti kekhawatirannya, terlebih karena ayah kami...... benar juga. Aku harus menjelaskannya pada Val.

"Selain itu, Val....... aku....... waktu itu, ayah......."

"Pembicaraannya nanti saja!" potong Ansel tegas. Dia berdiri, menepuk-nepuk celananya yang tidak tampak kotor, kemudian menatap kami semua. "Situasinya gawat saat ini. Kuro, Klaus, kalian jaga jalur evakuasi dalam ruangan. Rolfe, suruh Mei dan Magz mengamankan jalur evakuasi luar. Kita berkumpul di tempat Felice."

Dua pemuda di luar segera menjawab bersamaan.

"Dimengerti."

"Baik!!"

Kemudian mereka pergi ke lantai bawah. Jalur evakuasi? Apa mungkin jalur pintu belakang? Syukurlah, Val dan yang lain tak perlu melihat ayah kami sekarang. Fokus sekarang adalah evakuasi, itu yang utama.

Aku bertumpu pada lenganku yang kurus, mencoba beranjak meski kepalaku masih berputar. Denyut itu tidak hilang, malah semakin kuat saja tiap kali aku menggunakan otot-ototku. Tapi aku harus bisa berdiri.

"Theo!!"

"Oi, jangan bercanda!"

Lee dan Val mencoba menahan tubuhku. Jujur, tadi memang aku merasa aku akan ambruk lagi. Rasanya kakiku seperti kehabisan baterai, tapi aku tetap memaksa berdiri.

"Tidak apa, Lee, Val. Cepat suruh adik-adik kita berkumpul. Kita harus segera pergi."

"KAU GILA!!! Jangan bercanda, berdiri saja sudah kepayahan, sekarang kau mau berlagak kuat sendiri??" Lee meninggikan suaranya. Telingaku bahkan terasa berdenging saat dia membentak tepat di sampingku.

"A-ah.... tidak, aku--"

Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku. Tidak ada lagi alasa yang bisa kupikirkan setelah melihat air mata merembes dari mata hijau zamrud Lee. Dia berusaha terlihat kuat, tapi ingus yang mengalir dari hidungnya malah memperlihatkan kalau dia benar-benar mencoba keras menahan isak tangisnya.

"Lee.... kau........."

"Apa???" Lee membalas galak, tapi suaranya begitu serak tercampur tangisan. Sesekali dia terisak meski masih mencoba ditahan.

Aku mengerti. Lee sudah kehilangan banyak hal semenjak dibuang oleh orangtuanya. Setelah dia akhirnya bisa menemukan "keluarga" di panti ini, tiba-tiba saja aku hampir mati di depan matanya. Tentu saja dia akan terguncang, dia takut kehilangan lagi.

Aku senang, sangat senang. Lee masih menjadi Lee yang biasa.

"Tidak..... maaf." Aku melirik pada Val yang juga menopang tubuhku yang lemas. "Val, temani yang lain untuk pergi evakuasi. Lee sudah cukup untuk membantuku."

Val tampaknya sedikit tidak terima. Aku tidak menyangka dia juga punya sisi seperti ini. Tapi dia ini seolah lebih dewasa dari Lee. Dia melepaskan lenganku segera setelah aku memintanya.

"Baiklah."

Val mencoba menenangkan anak-anak, kecuali Lizzy yang masih menempel memeluk kakiku. Tidak masalah, selanjutnya tinggal pergi dari tempat ini.

"Bagaimana rencananya, Ansel?"

Ansel melirik pada temannya yang tinggi besar. Tanpa berbicara sepatah kata pun, temannya itu mengangguk. Jari telunjuk dan tengahnya menyentuh daun telinga kiri, mungkin terdapat radio di sana. Tak lama kemudian, wajahnya kembali menoleh pada kami.

"Sudah aman, kita lakukan evakuasi sekarang."

Ansel kembali menghadap kami. "Ikuti aku." Perintahnya sambil berjalan ke luar kamar. Aku berjalan mengikuti—tentu saja dengan ditopang Lee. Wanita berkulit sawo matang yang tadi menyembuhkanku juga mengikuti di belakang. Dia sepertinya bersiaga kalau-kalau keadaanku memburuk lagi. Sementara itu, Val bersama anak-anak berada paling belakang.

Berjalan di lorong sudah cukup menyiksa bagiku. Kakiku lemas, benar-benar lemas. Rasanya seperti ada sekrup yang longgar di sendi-sendiku. Apa ini rasanya kehilangan banyak darah? Apa wajahku sekarang sepucat tembok rumah sakit? Mataku bahkan terasa seperti kamera dengan fokus yang buruk. Syukur Lee berjalan memapahku. Berjalan menuruni tangga jauh lebih sulit dari yang aku duga.

"Hei.... Ansel, bisa kau menjelaskan sedikit apa yang terjadi? Siapa kau? Siapa kalian?" Aku mencoba berbicara untuk menghilangkan ketegangan.

"Yah... ceritanya panjang. Aku pastikan akan menjelaskan itu nanti. Mungkin yang perlu kau tahu sekarang, kami inilah regu Wild Dogs yang sering aku ceritakan."

Kenapa aku tidak terkejut? Maksudku, bukankah dia jelas-jelas sering membual soal regu rahasia Helder? Tidak, aku sebetulnya memang terkejut sedikit. Tak kusangka apa yang dia bicarakan itu benar.

"Ansel, apa kau benar-benar bercerita tentang regu rahasia pada orang luar?" Tanya temannya yang tinggi besar. Oh, benar juga. Aku lupa mereka ini adalah regu rahasia. Maksudku, Ansel hanya menutup seragamnya menggunakan jaket, apa itu dapat dihitung penyamaran?

Tentu saja, pemuda berambut merah itu memalingkan pandangan. Dia ini pintar, tapi juga bego. Aku bisa katakan itu setelah dua Minggu diganggu olehnya. Tapi justru itulah yang membuat dia berbahaya. Dia sulit ditebak. Aku kira alasannya menggunakan penyamaran seperti itu pun untuk membuat orang-orang menjadi tidak percaya kalau dia ini adalah ketua regu rahasia.

"Na-naah, yang paling penting, Theo, pemuda tinggi besar bak tiang listrik ini bernama Rolfe van Hyden, tangan kananku di Wild Dogs!"

Orang itu mengalihkan topik dengan cara yang buruk. 

"Siapa yang kau sebut tiang listrik??"

"Laluuu......." Ansel memotong lagi. "Gadis yang menyembuhkanmu tadi namanya Esvele Achard, aku menyebutnya V karena simpel."

Mataku melirik pada wanita yang berada di belakangku. Wanita berkulit sawo matang khas Asia tenggara itu menunjukkan simbol peace di tangan kanannya sambil tersenyum lebar.

"Salam kenal, Theo. Kau benar-benar kuat untuk bisa menahan luka-luka itu. Normalnya orang-orang pasti ambruk di tembakan pertama."

"Ah... tidak..... aku hanya beruntung." Sedikit malu juga dipuji seperti itu. Dia tipe ekstrovert, jelas sekali. Tapi aku tak menyangka suaranya lebih dalam dari yang aku kira.

"Nah, kau belum tahu saja, V. Lihat itu."

Ketika kami sampai di lantai bawah, Ansel menunjuk tiga orang ekstremis yang telah diikat dan disandarkan ke tembok. Aku tahu siapa mereka, mereka orang yang aku kalahkan. Aku tidak yakin kalau apa yang aku lakukan tadi bisa membuat mereka pingsan. Maksudku, apa efek paling buruk dari menyemprotkan langsung isi pemadam api ringan ke seseorang? Mungkin Ansel atau teman-temannya melakukan sesuatu. 

"Kau lihat?" Ansel melanjutkan, "anak itu bisa mengalahkan tiga orang bersenjata sendirian, dalam kondisi terluka. Oh, dan gerakan bagus juga untuk menurunkan breaker listrik. Sulit membidik dalam gelap."

Ya, aku juga tidak percaya aku melakukannya di saat terdesak. Saat itu aku tidak berpikir sama sekali, itu semua insting. Senang rasanya mendengar apa yang aku lakukan ternyata berguna.

"Hanya.... insting......." 

"Insting yang bagus." 

Ansel berhenti berbicara. Mungkin dia sadar aku belum begitu baik setelah mendengar suaraku yang serak dan lemah. Baguslah, aku sendiri merasa kepayahan untuk sekadar berbicara. Sekarang lebih baik cepat berjalan sebelum situasi lebih buruk.

......* * * * *......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!