Ardi melihat intens setiap wajah yang menghadangnya kembali pulang. Ia dihadapankan Frian, Dino, Axel, Pramo.
"Hahaha.. " Keempat laki-laki itu tertawa lepas seperti orang yang sarafnya terjepit, mencegah Ardi lewat.
"Ngapain Lo di tengah jalan?! Kurang kerjaan ya Lo semua !" Ardi bertanya dengan tatapan sengit.
"Jangan banyak cincong Lo, Ar ! Bayar hutang emak Lo, sekarang! Kalau enggak gue habisin lo hari ini !" Timpal Frian muak melihat sikap Ardi yang menurutnya tidak tahu diri.
"Kenapa Lo ikut campur masalah emak Lo sama ibu gue?! Sama aja ya Lo kaya anak kecil, ikut campur masalah orang tua !"
"Banyak bac** Lo !" balas Axel yang pertama maju akan memukul Ardi.
Ardi tak tinggal diam. Ia menghidar agar tak mengenai dirinya. Axel maju memukul badan Ardi dengan kedua tangannya yang mengepal kuat, di tambah lagi dengan Frian dan kedua teman lainnya yang berusaha menendang mangsa di bagian perut.
Satu lawan empat orang, usaha Ardi berhasil. Namun, Karena mereka berempat bergerombol, tenaga Ardi terkuras banyak membuat cukup lelah tonjokan tangan Dino mengenai pipi Ardi.
Membuat Ardi lebam, belum lagi ketiganya terus memukul area badan Ardi sehingga membuat Ardi tersungkur di jalan.
"Hahaha.. Dasar anak gak tau diri ! Kembalikan uang mama gue!" Paksa Frian kepada Ardi yang lemah, lebam dan bibirnya, berdarah.
Tak kalah sakit, Pram menjambak erat rambut Ardi yang lemah di jalan. Ardi hanya diam mengamati ucapan yang dilontarkan masing-masing ke empat tetangganya.
"Gue pasti bayar hutang ibu gue." Lirih Ardi dengan tatapan tajam menahan sakit.
"CK.. Kapan?! Bilang yang pasti, gue gak mau Lo bayar lama !" Ucap keras Frian kepada Ardi yang tengah menahan lukanya.
Mobil Mewah berwarna merah berhenti melihat segerombolan yang tengah menghambat jalanan umum.
"Arghh.. Apa yang mereka lakukan?" Pertanyaan Henry muncul sebelum Ia keluar dari mobilnya.
Henry berteriak kencang. "Hey! Minggir ! Lo gak ada kerjaan ya Lo ?!"
Semua pasang mata beralih ke suara Henry yang meneriakinya. Frian, Dino, Axel dan Pram maju mendekat ke Henry.
Henry menekuk kedua tangannya ke depan sambil membatin melihat kehadiran empat orang tersebut. "Ck.. Jadi pembuat onar jalanan."
"Lo harusnya cari jalan lain !" Suruh Pram ke Henry dengan tatapan datarnya.
"Ini jalan bukan hak Lo semua. Fasilitas umum, gob***." Henry santai namun kata kasarnya membuat keempat pembuat onar tak terima.
Sementara, Ardi berusaha bangkit melihat keberadaan Henry yang menurutnya tak sengaja.
"Henry?" Gumamnya dari jauh, namun masih bisa terlihat.
Ardi setelah melihat keberadaan Henry, penglihatannya menjadi buram, rasa sakit dikepala muncul. Ia tak dapat menahan lagi rasa sakitnya lalu jatuh tak sadarkan diri.
"Pergi dari sini atau Lo mau gue laporkan ke polisi." Henry berucap tegas menghadap ke empat pembuat onar bagi Henry.
"Lo ngancem kita!" Balas kompak Frian,Dino, Axel dan Pram."
"Lo pikir gue bohong." Lanjut Henry mengambil handphone disaku celananya dan mengetik setiap tombol lalu menghubungi polisi.
Keempat pembuat onar, saling sikut menyikut kembali memilih berlati kabur membawa sepeda motornya yang terdengar berisik di gendang telinga Henry.
"Dasar kampungan. Bisanya main kroyokan. Gak tau diri lagi." Gumam Henry sendiri.
Pandangan Henry melihat seseorang tergeletak dari jauh. Ia yang mengetahui hal itu berlari.
Sontak Henry terkejut, ternyata Ardi yang babak belur tak sadarkan diri. Henry memastikan dan berusaha membangunkannya.
"Ar.. Lo Ardi, bukan?" Lirihnya sambil menamatkan wajah Ardi.
"Iya benar Ardi." batinnya.
"Kenapa Lo babak belur kaya gini, Ar bangun?!" Henry pun langsung memastikan denyut nadi dan nafas Ardi yang terlihat mengenaskan.
***
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments