Sekarang bapak Sorin tinggal sendirian. Ia masih merasa bersalah karena tidak bisa membayar kebutuhan sekolah anaknya. Sedangkan anak kesayangannya sedang berjuang sendiri demi meraih masa depan.
Bapak yang saat itu juga sedang merebus air untuk membuat teh hangat. Seketika terjingkat karena rebusan air telah kosong, setelahnya seperti tercium aroma hangus yang membuat bapak panik, langsung mematikan kompor yang apinya menyala.
"Hampir saja," menghela nafas panjang sambil memegang dada.
Perasaannya tidak tenang, dadanya berdegup kencang, nafasnya tidak seperti hari sebelumnya. Bapak hanya memikirkan Sorin. Perasaan rindunya semakin besar dalam dada.
"Nak, kamu sedang apa? Semoga kamu baik-baik di sana," batin Bapak berusaha menenangkan jiwa.
***
Tiba-tiba Sorin terbangun. Perasaannya campur aduk jadi satu. Ia sadar dalam keadaan yang tidak beruntung.
Sorin sadar dalam keadaan tangan dan kaki terikat serta mulut tertutup plester. Salah satu cara Sorin hanya menggunakan matanya untuk bisa melihat kondisi di sekitarnya. Sekarang ia harus berusaha kabur dari tempat yang asing. Tapi, Bagaimana caranya?
Tempat yang lembab, dan terlihat suram dengan dinding yang terkikis, susunan batu bata dengan sebagian banyak coretan yang aneh. Tempat yang jarang sekali orang datang dan tidak diketahui banyak orang.
Tapi, Sorin terkejut ketika ada seorang laki-laki yang tidak sadarkan diri di ruangan yang sama dengannya. Beruntung pintu dalam keadaan tertutup.Kesempatan ini harus diambil sorin. Sorin punya ide untuk keluar dari tempat suram ini.
Terlihat pisau kecil yang tergeletak tak jauh dari dirinya menjadi senjata ampuh untuk bisa lolos dari perangkap penjahat.
Pelan-pelan Sorin mendekat ke arah pisau. Tentu saja Sorin melakukannya tidak mudah dengan posisi tangan dan kakinya yang masih terikat.
Dengan kesabaran. Akhirnya ia bisa terbebas dari ikatan yang ada ditangannya. Mulut yang terbungkam oleh plester pun ia lepas. Lalu, Ia berniat untuk keluar dari ruangan. Tapi, Sorin terhenti ketika ia teringat, Bagaimana nasib laki-laki yang tidak sadarkan diri tersebut?
Tanpa malu ia berusaha membangunkan laki-laki itu.
Berbisik ke telinga, "Hei, bangun. Tolong bangunlah. Ini kesempatan untuk keluar dari sini."
Perlahan laki-laki itu membuka mata seperti putri salju yang terbangun dari tidur panjangnya. Terlihat mata indah di wajah laki-laki itu yang hanya beberapa centimeter tepat di hadapan Sorin.
"Ayo, cepatlah bangun. Waktu kita tidak banyak sebelum penjahat itu datang," nada memohon.
Laki-laki itu berusaha bangun dengan cepat. Suara langkah kaki dari luar pintu, sudah terdengar di telinga, membuat Sorin berusaha cepat keluar lewat jendela yang tidak terlalu lebar. Sorin pun lolos keluar dari ruangan, Laki-laki itu juga mengikutinya.
Setelah laki-laki itu keluar. Suara keras penjahat terdengar.
"WOY, JANGAN KABUR, BERHENTI !"
Laki-laki yang berada disebelah Sorin, langsung menarik tangan Sorin. Agar tidak tertangkap. Mereka berdua berlari, meloloskan diri tidak peduli dengan arah yang mereka pilih.
Sorin sedikit pasrah ketika tangan laki-laki yang menurutnya baru dikenal itu menggenggam tangannya, sambil tersenyum kagum dalam hatinya
***
Penjahat masih berusaha mengejar Sorin dan laki-laki itu. Seolah Sorin dan laki-laki itu adalah santapan makanan yang paling lezat untuknya. Rasa lelah sudah dirasakan Sorin dan laki-laki yang ada disebelahnya. Lalu, Mereka memilih bersembunyi di Balik batu besar di samping pohon.
***
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments