Kebencian yang mendalam.

Guru matematika telah selesai menulis soal di papan tulis. Suasana kelas nampak sunyi. Tatapan mereka serius menyelesaikan tugas.

"Silahkan dikerjakan dahulu. Ibu keluar sebentar. Setelah ibu kembali tugas di papan tulis harus selesai."

"Iya Bu." Balas kompak murid yang ada di dalam kelas.

Guru matematika pun keluar kelas. Sebagian siswa bernafas kasar tidak terima.

"Gimana nih? Gue gak bisa caranya." Ucap Vika tak terima.

"Gue juga gak paham." Lirih Disty berada di bangku belakang.

Suara berisik mulai terdengar ditelinga Sorin. Ia nampak berusaha menyelesaikan soal. Berbeda dengan Genk Butterfly yang sedang kesulitan .

"Caranya sudah pernah dijelaskan. Coba lihat buku catatan Lo." Kata Yista menunjuk buku yang sedang dipegangnya.

"Tetap aja gue gak paham." Vika yang tak terima.

"Jangan berisik bisa gak kalian?!" ucap Alya terganggu.

"Apaan sih Lo?!" timpal Vika sekali lagi.

"Gimana kita mau selesaiin kalau kitanya sendiri gak pernah belajar." Jelas Yista menyadarkan teman-temannya.

"YISTAA!" Teriak Vika gemas.

Keributan genk Butterfly akan matematika membuahkan hasil kembalinya Guru matematika ke dalam kelas mereka.

"Ada apa ya?" Tanya Beliau yang tidak mengetahui akar keributan mereka Genk Butterfly.

"Sudah semua soal di papan tulis?" tanya beliau sekali lagi.

Semua yang ada di kelas menimpali, "Belum Bu."

"Ya sudah. Saya tunjuk saja kalau begitu."

Genk Butterfly terkejut. Mereka belum menyelesaikan soal satu pun kecuali Yista yang masih menyelesaikan tiga soal.

"Kamu.Kamu.Kamu." Tunjuk beliau ke tiga siswa yang dimaksud. Keduanya dari Genk Butterfly, Yista dan Vika serta Ardi.

Semua tepuk tangan menyemangati ketiga murid yang ditunjuk mengerjakan di depan tanpa buku.

"Mampus, riwayat gue." Batin Vika campur aduk.

Sedangkan, Yista dan Ardi lancar menghitung jawaban dari soal yang mereka kerjakan.

Sementara, Vika terlihat belum menulis sama sekali di papan.

"Rin. Sorin." Panggil Disty pelan.

Sorin menoleh ke suara yang memanggilnya.

Belum Sorin bertanya, Disty menambah pertanyaan.

"Lo sudah selesai belum?" tanya Disty pelan, berusaha tidak terdengar Guru matematika.

Sorin mengangguk, membuat Disty mencari cela untuk mencontek hasil matematika milik Sorin.

"Gue pinjem buku Lo." Disty berusaha pelan-pelan menjelaskan ke Sorin. Walaupun tidak mudah.

Sorin menggeleng cepat. Ia tidak memperbolehkan tindakan copy paste itu terjadi. Namun, Disty tetap memaksa dari pinggir bangku sebelah.

"Cepat mana buku Lo." Disty mengambil buku matematika milik Sorin. Ia pun memberikan buku miliknya karena terpaksa.

Henry yang mengetahui hanya diam mengamati.

"Kenapa kamu tidak mempertahankan bukumu?" tanya Henry tenang ke Sorin yang ada di sebelahnya.

"Dia memaksa." singkat Sorin pasrah.

"Oke. Yista dan Ardi sudah selesai. Vika ayo kerjakan soalnya?!" Dengan tegas Guru matematika telah meminta Vika menyelesaikan soalnya.

Namun Vika terlihat tidak mampu menyelesaikan soal tersebut. Guru matematika yang mengetahui Vika lamban melanjutkan menunjuk murid lain untuk mengerjakan soal lainnya ke depan.

"Kamu. Kamu. Kamu." Salah satu yang ditunjuk yaitu Sorin, Henry dan Disty.

"Ck..Kenapa harus gue yang dipanggil ?!"

Kesal Disty tak terima.

Pelajaran matematika memang pada dasarnya perlu yang namanya latihan. Tanpa latihan berhitung sama saja tidak ada usaha untuk bisa selesai. Sama seperti Vika dan Disty yang saling lirik satu sama lain sampai akhirnya Henry dan Sorin selesai.

BRAKK. Suara keras pukulan penggaris membuat Vika dan Disty menoleh ke arah guru matematika yang tatapannya berubah tajam.

"Vika ! Disty ! Apa kamu bisa menyelesaikan soal di papan?! Pelajaran logaritma sebelumnya sudah pernah saya jelaskan?!"

"Iya Bu." Jawab keduanya yang ketakutan

dengan tingkah gurunya tersebut.

"Ini semua gara-gara Sorin!"

Vika membatin Bahwa penyebab ia tidak bisa menyelesaikan soal karena Sorin. Ia menolak kata bodoh dalam dirinya sendiri.

***

To be Continue...

Episodes
1 Berawal dari perpisahan.
2 Berjuang keras.
3 3) Bersemangat.
4 Seperti Malaikat.
5 Keberuntungan.
6 Menyembunyikan perasaan.
7 Keberuntungan.
8 Ketakutan.
9 Kejutan.
10 Draft
11 Hari baru sekolah baru.
12 Berusaha sabar.
13 Draft
14 Kebencian.
15 Kebencian yang mendalam.
16 Rintangan di Sekolah.
17 Menyakitkan.
18 Teman Baik.
19 Rasa Peduli.
20 Tidak terduga.
21 Gejolak hati.
22 Beraksi.
23 Draft
24 Jatuh.
25 Khawatir.
26 Sial.
27 Kesedihan.
28 Sayap pelindung.
29 Memendam semua.
30 I'm OK.
31 Senyuman penuh arti.
32 Pura pura lupa
33 Draft
34 Diantara dua pilihan.
35 Merencanakan sesuatu.
36 Degupan kencang.
37 Ikatan.
38 Jeritan hati.
39 Bersama Ardi.
40 Pembuat onar.
41 Kesempatan.
42 Berusaha berpikir positif.
43 Antara Henry dan Ardi.
44 Perhatian.
45 Merah jambu.
46 Kegiatan Sekolah (Jeritan Malam)
47 Awal yang buruk.
48 Kegiatan melelehkan.
49 Lebih waspada.
50 Misterius.
51 Berantakan.
52 Kebersamaan.
53 Menaruh hati.
54 Kehilangan kesadaran.
55 Keberanian.
56 Semakin berharap.
57 Mengkhawatirkan kondisinya.
58 Mengejarmu.
59 Masa Sedih.
60 Menemukanmu.
61 Keluar dari perangkap.
62 Dua pahlawan.
63 Perasaan Apa ini?
64 A & H.
65 Belajar menerima keadaan.
66 Jalan yang dipilih.
67 Jarak.
68 Tak sabar.
69 Cemburu dalam hati
70 Berusaha mengendalikan perasaan.
71 Dunia Henry.
72 Salah tingkah.
73 Moment mengejutkan.
74 Mencoba hal baru.
75 Lapang dada.
76 Proses..
77 Don't Go!
78 Kehilangan semangat.
79 Moment baru.
80 Bukan Perasaan Biasa.
81 Menjatuhkan pilihan.
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Berawal dari perpisahan.
2
Berjuang keras.
3
3) Bersemangat.
4
Seperti Malaikat.
5
Keberuntungan.
6
Menyembunyikan perasaan.
7
Keberuntungan.
8
Ketakutan.
9
Kejutan.
10
Draft
11
Hari baru sekolah baru.
12
Berusaha sabar.
13
Draft
14
Kebencian.
15
Kebencian yang mendalam.
16
Rintangan di Sekolah.
17
Menyakitkan.
18
Teman Baik.
19
Rasa Peduli.
20
Tidak terduga.
21
Gejolak hati.
22
Beraksi.
23
Draft
24
Jatuh.
25
Khawatir.
26
Sial.
27
Kesedihan.
28
Sayap pelindung.
29
Memendam semua.
30
I'm OK.
31
Senyuman penuh arti.
32
Pura pura lupa
33
Draft
34
Diantara dua pilihan.
35
Merencanakan sesuatu.
36
Degupan kencang.
37
Ikatan.
38
Jeritan hati.
39
Bersama Ardi.
40
Pembuat onar.
41
Kesempatan.
42
Berusaha berpikir positif.
43
Antara Henry dan Ardi.
44
Perhatian.
45
Merah jambu.
46
Kegiatan Sekolah (Jeritan Malam)
47
Awal yang buruk.
48
Kegiatan melelehkan.
49
Lebih waspada.
50
Misterius.
51
Berantakan.
52
Kebersamaan.
53
Menaruh hati.
54
Kehilangan kesadaran.
55
Keberanian.
56
Semakin berharap.
57
Mengkhawatirkan kondisinya.
58
Mengejarmu.
59
Masa Sedih.
60
Menemukanmu.
61
Keluar dari perangkap.
62
Dua pahlawan.
63
Perasaan Apa ini?
64
A & H.
65
Belajar menerima keadaan.
66
Jalan yang dipilih.
67
Jarak.
68
Tak sabar.
69
Cemburu dalam hati
70
Berusaha mengendalikan perasaan.
71
Dunia Henry.
72
Salah tingkah.
73
Moment mengejutkan.
74
Mencoba hal baru.
75
Lapang dada.
76
Proses..
77
Don't Go!
78
Kehilangan semangat.
79
Moment baru.
80
Bukan Perasaan Biasa.
81
Menjatuhkan pilihan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!