Sorin berjalan menuju tempat kerja. Ia berusaha mempercepat langkah karena ia merasa ada seseorang yang mengikuti dirinya dari belakang.
Dag Dig dug, degupan kencang dada diikuti oleh suara nafas yang tersengal karena waspada.
"Aku merasa ada seseorang yang mengikutiku dari belakang. Si-siapa ya?" Gumam Sorin sendiri.
Pemikiran buruk bermunculan. "Jangan sampai aku tidak sadarkan diri lagi. Bisa bahaya kalau aku diculik."
Ia memilih berlari namun sayang kecepatannya kalah dengan seseorang yang mengikuti Sorin.
Ia membungkam pernafasan Sorin dengan satu tangan. Lalu membawa Sorin ke suatu tempat.
"Bos. Perempuan yang dimaksud bos sudah ada di rumahnya Bos."
"Oke. Suruh pembantu untuk mengganti semua pakaian Sorin."
"Siap laksanakan, bos."
"Kerja bagus." Senyum lega dirasakan oleh Henry selaku atasan yang meminta bodyguardnya.
Sambungan dimatikan, tak lama Sorin tersadar.
"Aku ada di mana ini?" Mata Sorin terbuka namun, akal pikiran belum tuntas. Ia melihat disekeliling dan melihat dihadapannya sudah ada kaca yang memperlihatkan dirinya duduk terikat tali.
"Aku ada di mana?!" Teriak Sorin refleks membuang rasa takut yang masih menyelimutinya.
Disebelah kanan dan kiri Sorin sudah ada ART yang siap membuatnya cantik.
"Maaf ya Kak. Kami hanya melaksanakan perintah tuan." lirih salah satu ART yang sudah siap merapikan rambut Sorin dengan sisir.
"Kalian apakan aku?! Tolong menjauh ?! Ucap Sorin tegas.
"Tenang Kak. Kami tidak akan berbuat kejam. Kakak jangan banyak bergerak, ya."
"Siapa tuan yang kalian maksud ?" Tanya Sorin ingin tahu dalang dibalik peristiwa ini.
Semua hening tanpa kata. Tidak ada jawaban apapun. ART sedang berusaha mempercantik Sorin.
"Kenapa kalian diam saja?" tanya Sorin kedua kalinya.
"Kaka cukup diam. Sebentar lagi, kakak sudah diantar ke sekolah."
"Apa katamu?!" Sorin melotot tak percaya ke ART yang sibuk meriasnya.
Sorin melihat dirinya ke kaca. Ia baru menyadari dirinya telah memakai seragam yang sangat bagus. Lebih dari angan-angannya selama ini.
"Bagaimana aku bisa memakai baju sekolah ini?!" Sorin terkejut sambil menutup mulutnya sendiri.
Kedua ART telah menyelesaikan perintah. "Kakak ikut kami. Hari ini kakak sudah sekolah elite favorit. Jadi, Kakak tenang saja. Jangan berusaha untuk kabur."
***
"Rencana kita berhasil." Dari luar kelas Genk Butterfly tersenyum puas membuat mangsa dalam masalah.
"Kita buat rencana selanjutnya yang lebih seru." Kata Vika memiringkan senyum. Lalu disetujui oleh anggotanya.
"Ardi. Please, jangan marah." Ucap Sorin yang mengikuti Ardi sampai ke bangku.
Ardi diam tak merespon. "Maaf, tadi ada kejadian yang tidak terduga."
"Gue gak peduli." balas Ardi cepat memalingkan ke arah lain.
Henry melihat Sorin yang berusaha meminta maaf. Namun tak dipedulikan Ardi. Ia mendekat ke Sorin untuk meminta kembali ke bangku. "Sorin. Cepat kembali ke bangkumu !"
Sorin kembali ke bangkunya, masih dengan rasa bersalah.
Tak lama guru matematika datang membuat semua yang anak-anak di kelas bergidik ngeri oleh pelajaran yang menguras pikiran. Beda dengan Sorin dan Ardi yang sangat antusias.
"Ada Pr hari ini, nggak ?" tanya Disty pelan ke teman sebelahnya.
"Nggak ada." ucapnya sambil menggeleng cepat.
"Syukurlah. Gue kira ada." lirih Disty lega.
Guru matematika memulai pelajaran dengan menulis setiap soal dari buku yang dibawanya. Beliau serius menulis soal di papan.
"Tolong kalian tulis tugas ini dibuku tulis kalian ya. Nanti, kalian saya tunjuk langsung untuk mengerjakan di papan tulis." Kata Beliau sambil menulis.
"Baik Bu." Ucap semua murid yang hadir di kelas.
"Mampus, ketar ketir gue. Jangan sampai gue disuruh ngerjain di depan." Khawatir Vika dan genknya.
***
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments