Suasana kantin begitu ramai seperti ulah genk Butterfly. Vika, Yista, Disty, dan Alya yang selalu aktif berucap keras sambil menunggu makanan tiba.
"Lo tau kan anak baru tadi? Kecentilan gak sih, menurut Lo?" tanya Vika meminta pendapat ke genknya.
"Kalau menurut gue. Iya juga. Dari awal tatapan matanya ke Henry mulu." Ungkap Yista apa adanya.
"Kalau menurut Lo bertiga?" Penasaran akan jawaban lain dari Yista,Disty dan Alya.
"Hmmm.. Menurut gue ya.. jangan dibiarin gitu aja." Tanggapan Yista geregetan.
"Daripada Lo diam-diam mending mulai deh cari cara biar dia gak deketin Henry." Alya beri ide.
"Bener juga ya." timpal Vika sambil berpikir.
"Makasih Bu." Ucap Disty yang telah membantu Bu kantin memberikan makanan ke meja Butterfly.
"Iya sama-sama." balas Bu kantin yang meninggalkan tempat mereka berempat.
"Sekarang tinggal saran dari Lo Dis. Menurut Lo gimana?" Semua melihat Disty menunggu jawaban.
"Ya gue setuju aja. Ngikut apa kata Lo." ungkap Disty tanpa ragu.
"Oke. Kalau gitu.." ucapan Vika terhenti tatapannya ada pada Sorin yang berjalan dengan dua laki-laki populer di sekolahnya.
Mereka bertiga sontak melihat ke arah yang sama dengan Vika.
"OMG! Henry sama Ardi." ceplos Yista mendelik melihat kedekatan Sorin anak baru yang terlihat akrab dengan Henry dan Ardi.
Vika yang melihat semakin ingin iri dan ingin memaki anak baru yang merasa merebut Henry dari dirinya. Ia mengepal kuat pergelangan tangannya sendiri.
***
"Makasih ya Henry. Kamu baik sekali. Aku mengira akan diculik lagi oleh orang yang sama sekali tidak aku kenal. Ternyata, dia orang suruhanmu."
"Kita impas, Sorin. Kamu sudah membantu aku juga. Saat aku diikat di rumah kosong."
"Owh, Jadi-- kalian berdua juga saling kenal."
Ardi menyela pembicaraan keduanya.
Keduanya mengangguk bersamaan. Ardi semakin berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Ia merasa sudah bertemu dengan Sorin sebelum Henry. Namun, Ia diam.
"Owh. Jadi, Lo sengaja bantu Sorin atau ngasih surprise?" tanya Ardi ke Henry.
Mereka bertiga berjalan mendapatkan tempat duduk yang sudah dibersihkan oleh Bu kantin.
"Makasih Bu." Ucap Sorin ke Ibu kantin yang telah membersihkan meja kantin.
Ibu kantin tersenyum. "Sama-sama Nak.".
"Hey! Jawab pertanyaan gue, Hen." Ardi bertanya kedua kalinya ke Henry yang terlihat flat tak memperdulikan pertanyaan Ardi.
"Kepo kerjaan Lo." Timpal Henry lalu memilih diam mengalihkan pandangan.
Ardi menggeleng kepala melihat sikap Henry.
"Sudah. Kalian berdua jangan bertengkar. Di sini kita mau makan." Sorin meredakan suasana.
"Iya. Kamu mau makan apa Sorin?" tanya Ardi ke Sorin.
"Aku pesan nasi soto ayam saja. Kamu sendiri pesan apa?" tanya balik Sorin ke Ardi.
Ardi melihat daftar menu yang menempel di dinding. Begitu banyak makanan yang tersedia. Ia kebingungan harus memilih makanan yang mana.
"Njir, makanan banyak banget. Mana cukup perut gue?" Ceplos Ardi sambil menggaruk tengkuknya.
"Biasanya Lo kan makannya banyak. Bilang aja kalau mau minta bayarin." Celetuk Henry melirik tanpa sepengetahuan Ardi.
Ardi spontan menoleh ke Henry. Glek. Ia cepat menelan saliva, urat malunya muncul. Karena, ada Sorin yang mendengar perkataan Henry baru saja.
"Gue mau pesan dulu." Ardi beranjak dari duduknya memesan makanan. Tetapi, Sorin meneriakinya, "Tunggu Ardi! Henry belum pesan makanan juga."
"Tenang. Gue tau seleranya." jawab Ardi menoleh sebentar ke Sorin dan kembali memesan makanan.
"Henry, makasih ya." ucap pelan Sorin berterima kasih kepada Henry.
"Untuk apa?"
"Untuk semuanya. Termasuk, sekolah disini. Tanpa kamu aku pasti belum bisa melanjutkan sekolah lagi."
BYURRR.
"Awhh." ceplos Sorin terkejut melihat kondisi seragam baru yang dipakainya basah dan berwarna.
***
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments