Selesai pulang dari kerja, Zulfa menyempatkan diri pulang ke rumah untuk mengambil buku kuliahnya yang tertinggal. Karna nanti ada mata kuliah tersebut. Sebenarnya Zulfa malas untuk pulang ke rumah. Otomatis dia harus bertemu dengan ibu dan adik tirinya yang jahat dan suka menindasnya. Tapi mau gak mau Zulfa harus teyap pulang untuk mengambil bukunya.
Ia akan pulang sendiri dan nanti langsung kembali ke asrama. Tapi ibu dan adik tirinya sepertinya tidak akan membiarkan Zulfa pergi begitu saja setelah pergi dari rumah untuk menghindari mereka. Berubung sekarang Devon ayahnya Zulfa sedang berada dikantor. Sehingga Elena dan Firsi bisa melakukan apapum dengan Zulfa.
Dan benar saja setelah Zulfa masuk ke dalam rumah dan menuju kamar atas yaitu ke kamarnya untuk mengambil buku lalu berniat pergi lagi. Elena sudah menghadang Zulfa diarah bawah tangga dengan tatapan tajam penuh kebencian. Zulfa gak tau apa salahnya sampai ibu tirinya memiliki rasa benci padanya. Sampai dia dewasa pun sikap Elena tetap sama saja, tak ada perubahan sedikit pun.
Saat kaki Zulfa sudah sampai diujung bawah tangga. Elena langsung menarik tangan Zulfa dengan sangat kasar hingga tersungkur dilantai. Entah apa lagi yang akan dilakukan Elena kepada Zulfa. Zulfa saja gak tau apa salahnya sampai Elena menariknya dengan kasar dan menghempaskan ke lantai.
"Apa salahku ma, sampai mama bersikap seperti ini. Aku baru saja datang dan mama malah bersikap kasar padaku" ucap Zulfa langsung bangkit dan berdiri lagi.
"Kesalahanmu berani untuk keluar dari rumah ini. Dan sekarang seenaknya kau pulang lalu akan pergi lagi? Heh!? Aku tidak akn biarkan kau pergi dengan mudah dari rumah ini. Sekarang pergi ke dapur dan buatkan aku jus. Cepetan!!" bentak Elena membuat Zulfa terkejut dan sepontan langsung pergi ke dapur.
Zulfa merututi nasibnya yang malang, harus memiliki ibu tiri yang jahat dan kejam. Kalau tau akhirnya akan jadi begini, Zulfa memilih untuk tidak punya ibu sekalian. Sayangnya saja, Zulfa waktu itu masih kecil dan belum mengerti apapun. Sehingga dia tak mempedulikan kalau ayahnya menikah lagi. Bagi Zulfa adalah bisa mempunyai ibu yang bisa merawatnya.
Selesai membuatkam jus yang diminta ibu tirinya, Zulfa langsung pergi ke ruang keluarga lalu memberikan segelas jus buah naga kepada Elena. Zulfa pun berniat untuk langsung pergi, tapi ternyata Elena mencegah dan melarang Zulfa untuk pergi.
"Mau kemana kau? Jangan harap bisa keluar lagi dari sini" tegas Elena menatap Zulfa dengan tatapan yang sangat tajam.
"Aku harus kembali untuk kuliah ma, aku kesini hanya ingin mengambil bukuku saja" jawab Zulfa.
Elena tak mempedulikan ucapan Zulfa dan memilih untuk meminum jus yang tadi dibuatkan oleh Zulfa. Namun baru saja diteguk Elena langsung menyemburkan jusnya. Matanya menyorot tajam ke arah Zulfa. Sepertinya ada yang salah dengan minuman tersebut.
"Kau ingin membuatku diabetes hah!? Bisa buat jus gak sih, manis banget. Kau sengaja ya ingin membuatku m*ti perlahan hah!!" bentak Elena menyiramkan gelas yang ditangannya ke arah Zulfa. Sehingga membuat baju Zulfa basah dan berubah warna. Sontak Zulfa sangat terkejut melihat ibu tirinha yang semena-mena.
"Mama apa-apaan sih, aku tadi sudah membuatnya pas kok. Kalau mama gam suka dengan buatanku dan tidak menghargaiku, kenala tadi menyuruhku untuk membuatnya" sahut Zulfa yang kesal karna bajunya jadi basah.
"Ohh berani sekarang kamu ya, sini biar aku kasih pelajaran sama kamu. Dasar anak gak tau diuntung. Sini kau, ayo sini!!" Zulfa diseret ke arah gudang yang ada dibagian belakang.
Tangan Zulfa terus dicengkeram kuat sampai tepat didepan gudang, Elena menyeret Zulfa masuk dan menguncinya dari luar. Zulfa berusaha menggedor-gedor pintu agar dibukakan oleh Elena. Namun usahanya sia-sia, Elena malah tertawa melihat penderitaan anak tirinya.
"Mangkanya jangan main-main denganku, ini akibat kamu berani membantah ucapanku. Diam disana sampai besok. Aku gak akan memberimh makan sedikit pun" ketus Elena dari luar dan langsung meninggalkan Zulfa begitu saja digudang.
Zulfa menangis tersedu-sedu didalam. Ia bersandar membelakangi pintu sambil tubuhnya merosot kebawah. Ia meringkuk sambil duduk. Zulfa terus menangis, nasibnya begitu malang sekali. Sampai dewasa pun Zulfa tidak bisa mendapat kebebasan untuk bahagia. Seolah dunia ini tidak adil padanya.
"Apa salahku? Kenapa nasibku jadi begini. Ibu....Zulfa kangen sama ibu. Zulfa ingin ikut sama ibu. Zulfa sudah gak sanggup hidup lagi. Disini Zulfa terus ditindas dan disiksa. Kapan Zulfa bisa bahagia bu. Hiks.....Zulfa kangen sama ibu" Zulfa terus menangis menundukkan kepalanya dengan kaki yang terangkat untuk menutupi wajahnya.
Tas Zulfa berada diluar, tadi sempat ditaruh diatas meja saat membuatkan jus untuk Elena. Zulfa bingung harus melakukan apa agar bisa keluar dari sana. Ia hanya bisa meringkuk memegangi lututnya. Sesaat kemudian Zulfa teringat sesuatu kalau hanphonenya tidak diletakkan dalam tas. Melainkan ada dalam saku roknya.
Diambilnya oleh Zulfa disaku kanannya. Beruntung sekali Zulfa tidak menaruh hanphone didalam tas. Ia bisa menghubungi ayah atau Maira untuk meminta bantuan. Saat dibuka ternyata baterai pons tinggal beberap persen saja. Sehingga Zulfa segera memberi pesan kepada Maira untuk meminta tolong.
Setelah memberi pesan tiba-tiba ponsel Zulfa mati. Entah tadi pesannya masuk atau tidak, Zulfa hanya berharap pesan tersebut bisa masuk agar Maira tau kalau sekarang dirinya perlu bantuan.
"Semoga saja pesan yangku kirim bisa sampai kepada Maira. Walau pun aku gak yakin, semoga aku bisa terbebas dari sini sebelum kuliah nanti berlangsung." gumam Zulfa berharap Maira bisa membawanya pergi dari rumah.
🥀
🥀
🥀
Didalam asrama Maira baru selesai mandi dan berganti baju. Ia sedang menunggu kedatangan Zulfa. Tadi sahabatnya sudah memberi tau kalau akan pergi kerumah sebentar untuk mengambil buku yang tertinggal. Maira mengiyakan pesan dari Zulfa. Selepas membersihkan diri, Maira memikirkan Zulfa yang tak kunjung datang.
Padahal kalau diperkirakan harusnya Zulfa sudah sampai diasrama. Namun kali ini Zulfa tak biasanya pulang telat. Maira jadi khawatir dengan keadaan Zulfa. Lalu Maira mengambil ponselnya berniat untuk menghubungi Zulfa. Baru saja Maira ingin menelfon Zulfa, ia sudah dapat notif dari Zulfa. Segera lah dibuka oleh Maira dan betapa terkejutnya Maira membaca pesan yang dikirimkan oleh Zulfa.
✉️ 'Mai, tolong kamu datang ke rumahku. Sekarang aku dikurung oleh mama digudang. Aku gak bisa keluar Maira, baterai ponselku juga tinggal sedikit mungkin setelah ini akan tidal bisa digunakan. Ponselku tadi ada disaku mangkanya bisa menghubungimu. Tolong Mai bebaskan aku dari sini.'
Begitulah pesan yang dikirimkan oleh Zulfa kepada Maira. Sontak Maira yang membaca pesan tersebut langsung terkejut. Ia bingung harus melakukan apa. Ia menelfon Zulfa juga sudah gak aktif. Maira langsung saja bersiap-siap untuk ke rumah Zulfa. Ia langsung menyambar tas yang ada diatas meha dan bergegas pergi.
Maira berjalan keluar dengan tergesa-gesa untuk mencari taxi atau ojek yang bisa mengantarkannya. Selang dua menit ada taci yang lewat dan Maira langsung menyetop taxi tersebut.
"Semoga kamu gak apa-apakan oleh ibu tirimu yang jahat itu Fa. Aku akan membebaskanmu. Dasar ibu tiri durjana, anak dan ibu sama saja. Sama-sama jahatnya, kok bisa dulu ayahnya Zulfa menikah dengan ular. Sekarang Zulfa jadi korbannya." gerutu kesak Maira melihat kelakuan Elena dan Firsi yang jahat.
Selama ini Maira tau kehidupan Zulfa. Karna memang mereka sudah bersahabat lama. Hanya Maira yang mengerti kondisi Zulfa. Bahkan asrama pun satu kamar, mereka saling melengkapi sebagai sahabat yang setia. Selalu ada untuk satu sama lain.
"Pak cepetan dong ngebut gitu. Saya buru-buru ini, teman saya dalam bahaya" ucap Maira kepada sang sopit taxi.
"Iya neng ini sudah cepat, nanti kalau ngebut-ngebut malah bahaya. Kalau emang temen neng dalam masalah telfon saja polisi agar bisa datang kesana" jawab sopir tersebut.
'Haduh, mana bisa aku telfon polisi. Yang ada aku kena amarah, nanti jadi masalah besar dong.' batin Maira.
"Ahhh cepat dikit lah pak, jalanan juga sepi." Maira terus menyuruh sopir taxi untuk ngebut. Sang sopit pun mau gak mau harus menaikkan sedikit kecepatannya.
Hingga selang dua puluh menit Miara sudah didepan rumah Zulfa. Ia segera membayarnya dan bergegas masuk ke dalam. Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu rumah beberapa kali. Sampai pintu rumah terbuka lebar. Menampakkan Firsi yang membukakan pintu untuk Maira.
Maira langsung melontarkan pertanyaan mengenai Zulfa. Ia yakin Firsi juga bekerja sama dengan ibunya yang jahat.
"Dimana Zulfa, kalian sembunyikan Zulfa kan?" serca Maira melotot tajam ke arah Firsi.
"Hah! Mana aku tau perempuan itu ada dimana. Kenapa kau malah datang kesini marah-marah gak jelas." jawab Firsi sensi.
"Kamu jangan macam-macam ya Firsi. Aku gak akan pernah takut denganmu, sekarang lepaskan Zulfa." tegas Maira.
"Ada siapa sih Fir?" tanya Elena yang baru saja keluar setelah mendengar keributan.
"Tau nih ma tiba-tiba datang nanyain perempuan buruk itu" kata Firsi memutar bola matanya malas.
"Ohh mau cari Zulfa? Dia gak ada disini. Perempuan itu gak pernah pulang. Ngapain nyati dirumah, lagian biasanya kan sama kamu. Terus sekarang kenapa nyari ke rumah" ujar Elena seolah tidak tau apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Zanzan
lagian kok bego... kecuali masih anak2 di siksa ibu tiri gak bisa ngelawan... la ini... dah kuliah... di tindas diem aja... kadang suka aneh ih... bodoh kok di pelihara...
2024-03-05
2