"Loh Rey, aahh kebiasaan sih Rey. Padahal aku baru saja makan, malah dikasih roti. Ya sudah deh" gumam Zulfa mau tak mau ia mengambil roti pemberian Rey.
"Sudah neng, disimpan saja buat entar dikampus. Sudah dikasih gak mungkin dibalikin kan. Terima saja, orangnya juga sudah pergi" sahut bu Aida tersenyum.
"Iya bu, entar aku makan saat dikampus saja. Perutku masih kenyang kalau sekarang. Saya ke belakang dulu ya bu, mau catat roti yang sudah kosong. Biar nanti aku bisa langsung serahin sama mbak Cherly" kata Zulfa.
"Iya neng, biar ibu yang jaga disini. Teman neng Zulfa jemput kesini atau janjian dilain temapt?" tanya bu Aida.
"Maira jemput aku kesini bu, pakai motor dia entar ke kampusnya. Dia juga mau nginep di asrama, katanya sih mau nemenin aku biar gak sendiri bu." jawab Zulfa. Maira memang satu kamar dengan Zulfa, terkadang kalau Maira pulang ya Zulfa sendiri begitu pun sebaliknya.
"Baik banget ya nak Maira. Beruntung loh neng Zulfa dapetin sahabat seperti nak Maira. Cari sahabat yang terima diri kita apa adanya itu susah neng. Rata-rata datang kalau ada maunya. Lah kalau posisi dibawah mah dianya nyelonong pergi." ujar bu Aida, teringat sahabat yang dulu ninggalin hanya karna ekonomi surut.
"Iya bu, saya bersyukur punya sahabat seperti Maira. Yaa semoga saja saya dan dia bisa selamanya terus."
"Aamiin"
"Saya kebelakang dulu ya bu" lalu Zulfa pergi ke belakang, sementara bu Aida jaga di depan.
...🥀🥀🥀🥀...
Malam pun tiba, Arshan sudah berada dirumah kontrakannya. Ia tidak bisa pulang sebelum tugasnya selesai. Arshan boleh pulang kalau masa weekend saja. Dengan terpaksa Arshan melakukannya. Apalagi setelah dia tadi melihat sendiri perubahan sikap Firsi saat dibelakangnya. Sungguh Firsi yang dia kenal bukanlah wanita yang jahat, suka membentak, dan merendahkan orang lain. Benar-benar didepan Arshan, Firsi adalah perempuan baik-baik.
Pantas saja Arshan membela Firsi sampai sebegitunya. Tetapi dibelakang itu ada keburukan yang tidak diketahui Arshan. Ibaray ada udang dibalik batu. Walau pun belum terbiasa dengan lingkungan temoat tinggalnya sekarang. Arshan tetap akan menjalaninya, karna dalam hatinya ada rasa penasaran juga. Dan ingin tau lebih dalam lagi.
"Haduh, lelahnya hari ini. Capek juga kerja jadi OB. Baru sehari saja badanku berasa remuk. Harus mondar mandir nganter ini itu. Kalau diruangan kan enak, tinggal duduk manis. Berkas bakalan datang sendiri, tandatangan selesai. Pakai AC pula, bisa sambil nyantai. Datang pun terserah, gak ada pemaksaan." gumam Arshan merebahkan diri diatas kasur setelah selesai mandi dan membereskan semuanya.
"Huufh......Terus aku harus ngapain? Gak enak banget sendirian. Gak ada yang diajak ngobrol. Kalau dirumah utama kan enak, ada mama dan papa. Disini sepi berasa dikuburan. Aahh gak enak banget, gerah" Arshan terus mengeluh, karna belum terbiasa dengan keadaan kesederhaan.
Dikamar Arshan hanya ada kipas angin biasa. Benar-benar sederhana layaknya orang biasa. Arshan harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Kalau terus-terusan mengeluh, ia tidak akan pernah bisa menyelesaikan tugasnya.
"Apa aku keluar saja ya cari udara segar. Dari pada disini sendiri, gerah pula. Tapi.......Aku kan gak ada mobil, motorku juga dirumah. Ck, sial banget sih nasibku" kesal Arshan dengan dirinya sendiri.
"Aah ya sudah lah mendingan aku keluar saja, bisa pakai taxi kan. Apa susahnya" Arshan pun memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Tetap dengan penampilannya yang baru sebagai Hans. Diambilnya jaket yang tergantung disamping lemari.
Arshan tak membawa apapun selain hanphone dan beberapa lembar uang. Ia tak memegang kartu kredit sama sekali. Karna semua miliknya disita oleh papanya. Jadi Arshan hanya tak bisa berfoya-foya, semakin dia menggunakan uangnya. Semakin uangnya menipis. Ia tetap digaji selama bekerja jadi OB, layaknya karyawan lain. Gajinya pun disama ratakan.
Tok....Tok......
Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu rumah. Arshan yang sudah siap ingin keluar, sekalian melihat siapa yang datang.
"Tuan muda....?" panggil seseorang dari luar, tak lain adalah Daniel.
"Iya sebentar" jawab Arshan dari dalam.
Ceklek..
"Ohh ternyata kamu, ada apa kesini malam-malam?" ketus Arshan tanpa menyuruh Daniel masuk terlebih dahulu.
"Astaga tuan muda, jangan ketus-ketus gitu lah. Saya kesini datang baik-baik bukan ngajak ribut. Saya gak disuruh masuk nih?" kata Daniel tersenyum nyengir.
"Yaelah, ya sudah masuk!!" Arshan langsung berjalan menuju kursi yang terbuat dari kayu dan atasnya terdapat bantalan agar berasa empuk saat diduduki.
"Ada apa? Gak mungkin kau kesini kalau gak ada keperluan kan" tebak Arshan mengangkat satu alisnya.
"Tuan muda tau saja" kata Daniel
"Ya tau lah, sudah ketebak dari gelagatmu" ujar Arshan. "Cepat katakan kau kesini ngapain. Jangan buang-buang waktuku" ketus Arshan gak sabaran.
"Saya kesini disuruh tuan Felix untuj mengantarkan ini tuan muda" Daniel menyerahkan kunci motor kepada Arshan.
Arshan mengernyit melihat Daniel memberikan kunci motor, tetapi bukan kunci motornya. Melainkan kunci motor lain.
"Kunci motor siapa Daniel? Ini bukan kunci motorku" tanya Arshan heran.
"Ini memang bukan kunci motor anda tuan muda. Tadi tuan Felix baru saja membeli motor matic. Saya disuruh memberikannya sama tuan muda" terang Daniel, membuat Arshan bingung maksud papanya membelikan motor matic untuknya.
"Terus kenapa diberikan padaku?"
"Kata tuan Felix motor itu memang sengaja dibeli untuk tuan muda. Agar ke perusahaan tidak naik taxi online terus. Oleh sebab itu tuan Felix membelikan motor ini"
"Hah! Kenapa gak motorku saja yang dibawa kesini. Kenapa harus beli baru sih, aku gak suka motor model begitu. Sudah lah bawa balik saja motornya" motor matic bukanlah kesukaan Arshan.
"Loh loh tuan jangan gitu, nanti saya dimarahi sama tuan Felix. Terima saya ya tuan muda, lagian kan juga hemat. Semua kartu kredit tuan muda kan dibawa sama tuan besar. Kalau saya bawakan motor tuan muda, nanti apa kata karyawan lain. Seorang OB bawah motor mewah, keluaran terbaru pula." ujar Daniel memohon sambil menyindir.
"Kamu nyindir aku Daniel?" tekan Arshan.
"Eng-enggak tuan muda, kenyataannya kan begitu tuan muda. Saya gak salah loh" ucap Daniel membela diri.
'Benar juga sih kata Daniel. Kalau aku gunakan motorku, pasti karyawan lain bakalan curiga. Hmm mau gak mau teirma saja lah. Dari pada aku harus kemana-mana pesan taxi. Aku harus hemat juga' batin Arshan menimang-nimang perkataan Daniel barusan.
"Ya sudah aku ambil kuncinya. Sekarang kau boleh pulang" ujar Arshan langsung mengambil kumci motor yang diberikan oleh Daniel tadi.
"Lah saya diusir nih tuan muda?"
"Iya kau aku usir!!" ketus Arshan, lalu bangkit menuju luar rumah untuk melihat motor yang dibawa oleh Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments