16 #Perintah

"Tante gak usah membohongiku. Aku bukan anak kecil yang bisa tante bohongi. Tadi Zulfa kesini kan untuk mengambik buku kuliahnya. Lalu kenapa dia gak balik-balik. Kalau enggak tante yang......" Maira ingin memyelesaikan ucapannya namin ditahan oleh Elena dengan mulut pedasnya.

"Apa? Kau ingin menuduhku menyembunyikan sahabatmu itu iya!! Hei dengar aku tidak tau perempuan itu ada dimana. Dan dia gak kesini, biasa saja kan dia membohongimu dengan mengatakan akan mengambil buku kesini. Padahal kenyataannya dia sedang asik jalan dengan lelaki diluaran sana" ejek Elena membuat Maira naik darah mendengar ucapan ibu tiri sahabatnya yang tak ada rasa kasihan sama sekali.

"Cukup tante!! Gak perlu anda menjelek-jelekkan Zulfa didepan saya. Saya lebih tau Zulfa dari pada tante. Saya kesini hanya ingin menjemput Zulfa, gak perlu anda menghalangi saya. Sekarang lepaskan Zulfa, saya tau tante menyembunyikan Zulfa disini" ucap Maira dengan tegas. Ia tak ada rasa takut-takutnya dengan Elena. Yang terpenting bagi Maira adalah Zulfa bisa dibebaskan dan pergi dari sana.

"Kamu tuli atau bagaimana, sudah aku katakan kalau Zulfa gak ada disini. Ngotot banget sih dibilangin." sahut Elena kesal. Ia berpikir bagaimana bisa Maira datang kerumah dengan tiba-tiba lalu mencari Zulfa? Padahal tidak ada yang tah selain dirinya. Bahkan Firsi saja juga belum tau, niatnya ingin diberi tau oleh Elena tadi tapi keburu Maira datang.

"Ma...Apa benar dia datang kesini tadi?" tanya Firsi penasaran.

"Hmm iya tapi dia langsung pergi begitu saja. Mama gak sempat negur dia" jawab Elena berbohong. Tidak mungkin Elena akan menjelaskan kepada Firsi sekarang, saat Maira masih ada didepan mereka.

"Halah gak usah bohong deh tante. Saya sudah tau kalau tante menyembunyikan Zulfa digudang. Gak usah berbohong sama saya. Atau anda mau saya laporkan ke polisi atas tindakan anda dengan yang sudah melaukan penyiksaan? Saya punya bukti loh" ancam Maira yang berhasil membuat Elena kalang kabut. Dia takut kalau Maira benar-benar akan melaporkannya kepada polisi.

Bukan Elena kalau tidak bisa melawan. Ia tetap santai menghadapi ancaman Maira. Malah sekarang Elena menantang balik Maira. Ditantang balik tidak membuat nyali Maira menciut. Ia malah beneran menelfon polisi didepan Elena.

"Silahkan aku tidak takut dengan ancamanmu. Lagian bukti apa yang bisa menjeratkanku. Zulfa saja tidak ada disini, malah kau yang akan aku tuntut balik atas tuduhan pencemaran nama baik" serka Elena.

"Oke.....Aku akan telfon polisi sekarang untuk datang kesini dan kita cari nanti buktinya sama-sama. Kita buktikan siapa yang benar dan salah" Maira pun menekan tombol-tombol diponselnya untuk menghubungi kantor polisi.

Sesaat Maira berbicara dengan orang diseberang telfon. "Hallo, maaf pak saya mau melaporkan tindakan kekerasan dan penyiksaan di....."

"Stop!! Oke kamu boleh masuk, ini ambil!!" Elena tidak bisa berkutik lagi. Ia takut dirinya akan masuk penjara. Jadi Elena langsung saja menyerahkan kunci gudang kepada Maira.

Padahal Maira tidak benar-benar menelfon kepolisian. Ia hanya menggertak saja agar bisa mendapatkan kunci gudang dan menyelamatkan Zulfa dari sana. Maira segera menyambar kunci tersebut dan berlari ke dalam untuk ke gudang yang ada dibagian belakang. Maira sedikit tau seluk beluk rumah tersebut, sebab dulu pernah diajak oleh Zulfa untuk kerumahnya.

Firsi menatap heran kepada mamanya. Ia pun meminta penjelasan kepada Elena. "Mama beneran sekap perempuan itu digudang?" tanya Firsi.

"Iya, tadinya mama mau ngomong sama kamu. Tapi keburu si Maira datang, jadi mama gak bisa jelasin kepada kamu. Sekarang perempuan itu bisa lolos dengan mudah." kata Elena kesal.

"Bagaimana bisa Maira tau kalau Zulfa ada disini? Padahal perempuan itu ada digudang. Apa emang Maira sudah ada filing kalau Zulfa disekap" terka Firsi.

"Gak tau ah! Mama kesal, sudah susah payah ngurung dia digudang. Eh malah sekarang bisa lepas begitu saja. Selalu saja perempuan itu bisa lolos. Awas saja lain kali, mama akan beri dia pelajaran yang lebih dari sekarang"

Sementata digudang Maira berhasil membuka pintu dan melihat Zulfa yang terduduk dilantai. Maira langsung berlari ke arah Zulfa lantas memeluknya dengan erat. Ia sangat khawatir dengan keadaan Zulfa setelah mendapat pesan tersebut.

"Kamu gak apa-apa kan Fa? Apakah mereka melukaimu? Katakan mana yang sakit?" Maira terus melontarkan pertanyaan kepada Zulfa sambik melihat tubuh Zulfa dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Syukurlah kamu segera datang Mai, aku kira pesanku tadi gak bakalan masuk ke kamu. Karna ponselku langsung lowbet gak bisa nyala. Aku gak pa-pa kok, mereka gak ngapa-ngapain aku." jawab Zulfa bersyukur Maira segera datang.

"Ya sudah ayo kita keluar, jangan sampai mereka melakukan hal-hal yang aneh lagi sama kamu. Lain kali kalau mau pulang bawa aku juga. Biar mereka gak semena-mena lagi. Papamu kemana sih Fa kok gak ada nolongin kamu?" tanya Maira.

"Papa masih dikantor Mai belum pulang. Mangkanya aku tadi chat kamu, aku gak tau lagi harus minta tolong ke siapa" balas Zulfa sembari menetralkan nafasnya.

"Sudah deh ayo kita keluar dulu. Nanti kamu jelasin kalau kita sudah diasrama. Aku gak mau mereka menyiksa kamu lagi" kata Maira sambil membantu Zulfa untuk berdiri.

Setelah itu mereka keluar dari gudang bersamaan. Tepat disaat Devon pulang dari kerja. Sehingga Elena dan Firsi berusaha agar Devon tak melihat kejadian yang menimpa Zulfa. Elena takut menjadi amukan suaminya lagi, walau pun semua hal tersebut sudah pernah dialaminya. Hanya saja Elena tidak ada rasa jera untuk berhenti menyakiti Zulfa.

"Papa....." ucap Zulfa saat berada diruang tamu. Ia sudah mengambil tasnya juga dan hendak pergi.

"Loh kamu disini nak, kok gak bilang sama papa" kata Devon terkejut melihat Zulfa berada dirumah, apalagi ada Maira disana.

"Hmm iya pa, Zulfa tadi pulang ambil buku kuliah yang tertinggal. Zulfa mau pamit balik pa, nanti Zulfa ada mata kuliah" ucap Zulfa berusaha menghindar dari tatapan tajam Elena yang mengusik mata Zulfa.

"Fa kamu gak mau bilang sama papamu, biar ibu tirimu dapat pelajaran. Kalau kamu diam saja, mereka akan semena-mena menindasmu" bisik Maira didekat telinga Zulfa.

Namun Zulfa hanya menatap Maira sambik menggelengkan kepala. Mengisyaratkan kalau Zulfa tak mau mencari masalah lagi. Bukan Maira namanya kalau dia hanya diam saja melihat sahabatnya ditindas. Tanpa segan lagi Maira langsung ceplas ceplos berbicara dengan Devon tentang kejadian barusan. Sehingga membuat Elena maupun Firsi sangat geram. Ingin rasanya mereka menampar mulut Maira agar tak banyak bicara.

Mendengar perkataan dari Maira sontak saja Devon sangat terkejut. Wajahnya terlihat penuh amarah saat menatap Elena dan Firsi. Dia baru pulang kerja dan langsung disambut dengan tingkah anak juga istrinya yang keterlaluan. Rasa lelah langsung terusir dengan amarah yang memuncak.

"Kamu apa-apaan sih ma, kenapa Zulfa sampek kamu kurung digudang? Apa salah dia sampai kamu bertindak begitu. Aku gak habis pikir ya dengan sikapmu yang gak bisa berubah. Zulfa itu juga anakmu!!" sentak Devon marah.

"Apa? Anak? Dia anakmu bukan anakku. Aku hanya punya satu anak yaitu Firsi bukan dia!" tunjuk Elena kearah Zulfa.

Mendengar ucapan Elena, Devon langsung naik pitam. Ternyata selama ini dia menikah dengan orang yang salah. Padahal niatnya menikah agar Zulfa punya ibu yang bisa menyayanginga selayaknya anak kandung. Tapi ternyata pilihannya salah.

"Kalau dari dulu aku tau sikapmu begini. Aku tidak akan mau menikah denganmu!! Kau hanya mencintaiku tapi tidak anakku. Ternyata kamu hanya bermuka dua didepanku" ujar Devon.

"Sudah pa, cukup! Jangan berantem lagi sama mama. Aku mau kembali ke asrama, papa gak perlu nyalahin mama." relai Zulfa yang tidak suka melihat papa dan ibu tirinya berantem.

"Maafin papa ya nak. Kamu selalu mengalah, papa gak bisa mencari ibu yang baik untukmu. Maafin papa" sesal Devon memegang pundak Zulfa. Tatapannya sendu seolah menunjukkan penyesalan yang begitu besar.

"Gak apa-apa, papa gak perlu meminta maaf. Zulfa mau pergi dulu, jangan berantem lagi sama mama." ucap Zulfa menatap ayahnya sambil menyunggingkan senyum.

'Ck....Dasar bermuka dua. Awas saja, gara-gara kamu. Papa dan mama harus berantem, akan aku balas nanti perbuatanmu. Pintar sekali cari muka didepan papa.' batin Firsi menatap Zulfa dengan sinis.

...♡♥♡♥♡♥♡...

Dirumah kontrakam sederhana, duduklah Arshan diruang tamu untuk menunggu seseorang datang. Dari pesan yang terkirim ke ponsel Arshan, dia meminta Arshan untuk menunggu dirumah karna ada suatu hal yang ingin disampaikan Daniel. Yaa Daniel lah yang mengirim pesan kepada Arshan.

Selang lima belas menit, datanglah Daniel menggunakan motor agar tak dicurigai oleh orang lain. Langkahnya mengarahkan Daniel untuk mengetuk pintu. Sejenak Arshan keluar saat mendengar ketukan pintu beberapa kali. Ia langsung menyuruh Daniel untuk masuk dan memintanya untuk menjelaskan maksud pesan yang dikirimkan Daniel tadi.

"To the point saja jangan bahas yang lain" sahut Arshan agar Daniel mengarahkan pembicaraan fokus kepada maksud kedatangannya.

"Begini tuan muda, tadi tuan besar Felix meminta saya untuk menyampaikan kepada tuan muda. Ada rapat penting yang harus tuan muda hadiri di kota F, jadi tuan muda diminta untuk berangkat besok pagi. Kata tuan besar Felix tidak ada bantahan, tuan muda harus mau. Lamanya sekitar dua hari, setelah rapat selesai tuan muda bisa langsung kembali kesini. Semua barang-barang tuan muda sudah disiapkan" jelas Daniel panjang lebar secara detail.

"Besok? Ahh kenapa gak dari tadi. Ck ya sudah lah, tapi hanya dua hari gak lebih. Titik!! Dan sampaikan kepada papa kalau ini adalah terakhir aku mengerjakan pekerjaan kantor. Selebihnya aku gak mau" jawab Arshan penuh penegasan.

Episodes
1 1 #Permulaan
2 2 #Kehidupan Zulfa
3 3 #Misi Dari Kakek
4 4 #Kekesalan Arshana
5 5 #Gak Sengaja
6 6 #Kedatangan Rey
7 7 #Motor
8 8 #Salah Gak Mau Ngaku
9 9 #Menyelidiki
10 10 #Senjata Makan Tuan
11 11 #Tampan Yang Asli
12 12 #Kedatangan Firsi
13 13 #Membuat Emosi
14 14 #Rencana Apa?
15 15 #Dimana Zulfa
16 16 #Perintah
17 17 #Gelisah
18 18 #Menegangkan
19 19 #Kabar Buruk
20 20 #Hasilnya Nihil
21 21 #Ditemukan
22 22 #Move On
23 23 #Pulang
24 24 #Hal yang Menajubkan
25 25 #Berteman Bukan dari Penampilan
26 26 #Merendahkan Harga Diri
27 27 #Merasa Aneh
28 28 #Miris
29 29 #Menolong
30 30 #Membalas Dendam
31 31 #Menyimpan Rasa
32 32 #Rencana Awal
33 33 #Curhat
34 34 #Serba Salah
35 35 #Permintaan
36 36 #Saling Memendam Rasa
37 37 #Aku Cinta Kamu
38 38 #Mimpi Indah
39 39 #Hinaan dan Cacian
40 40 #Kemarahan Firsi
41 41 #Mencari Bukti
42 42 #Diretas
43 43 #Ketemu Lagi
44 44 #Memo untuk Daniel
45 45 #Haru dan Bahagia
46 46 #Makan Malam Bersama
47 47 #Harus Tanggung Jawab
48 48 #Pelukan
49 49 #Hari Bahagia
50 50 #Pesan Brima
51 51 #Pengganti Arshana
52 52 #Belanja
53 53 #Jujurlah
54 54 #Kamu Milikku dan Aku Milikmu
55 55 #Dendam
56 56 #Beralih Tangan
57 57 #Kenyataan
58 58 #Kaget
59 59 #Kembali Sadar
60 60 #Memaafkan
61 61 #Hidup Lagi?
62 62 #Canggung
63 63 #Membalas Budi
64 64 #Ketahuan
65 65 #Gagal
66 66 #Cemas
67 67 #Menyakitkan
68 68 #Penampilan Berbeda
69 69 #Kejutan Menanti
70 70 #Kamu Kebahagiaanku
71 71 #Benarkah itu Kamu?
72 72 #Aneh
73 73 #Manisan
74 74 # Makin Kesal
75 75 #Pesan Ancaman
76 76 #Berkeliling
77 77 #Kemarahan Arshana
78 78 #Dia Berbeda
79 79 #Risih
80 80 #Secangkir Kopi
81 81 #Positif
82 82 #Apa yang Disembunyikan?
83 83 #Video
84 84 #Teror
85 85 #Ketakutan dan Syok
86 86 #Penasaran
87 87 #Viral
88 88 #Kecewa
89 89 #Rindu
90 90 #Nostalgia
91 91 #Menjelaskan
92 92 #Kacau
93 93 #Gagal
94 94 #Masa Sulit
95 95 #Masih Kecewa
96 96 #Mr. Ex
97 97 #Belajar Menerima
98 98 #Aneh
99 99 #Dikepung
100 100 #Lembek
101 101 #Meyakinkan Hati
102 102 #Tuduhan
103 103 #Orang Tak Dikenal
104 104 #Tak Punya Hati
105 105 #Dimusuhi
106 106 #Menentukan Nama
107 107 #Tertangkap
108 108 #Yang Dinanti
109 109 #Tak Adil
110 110 #Mengalihkan Kesedihan
111 111 #Kenyamanan yang Hilang
112 112 #Mendamaikan
113 113 #Mulai Terbuka
114 114 #Hilang
115 115 #Cemas
116 116 #Kabar Buruk
117 117 #Meremehkan
118 118 #Menata Strategi
119 119 #Mengembalikan
120 120 #Peluru Beracun
121 121 #Rindu Suami
122 122 #Kenyataan Pahit
123 123 #Bahagia
124 124# Lahiran
125 125 #Berkunjung
126 126 #Akhir Yang Bahagia
127 Karya Baru
Episodes

Updated 127 Episodes

1
1 #Permulaan
2
2 #Kehidupan Zulfa
3
3 #Misi Dari Kakek
4
4 #Kekesalan Arshana
5
5 #Gak Sengaja
6
6 #Kedatangan Rey
7
7 #Motor
8
8 #Salah Gak Mau Ngaku
9
9 #Menyelidiki
10
10 #Senjata Makan Tuan
11
11 #Tampan Yang Asli
12
12 #Kedatangan Firsi
13
13 #Membuat Emosi
14
14 #Rencana Apa?
15
15 #Dimana Zulfa
16
16 #Perintah
17
17 #Gelisah
18
18 #Menegangkan
19
19 #Kabar Buruk
20
20 #Hasilnya Nihil
21
21 #Ditemukan
22
22 #Move On
23
23 #Pulang
24
24 #Hal yang Menajubkan
25
25 #Berteman Bukan dari Penampilan
26
26 #Merendahkan Harga Diri
27
27 #Merasa Aneh
28
28 #Miris
29
29 #Menolong
30
30 #Membalas Dendam
31
31 #Menyimpan Rasa
32
32 #Rencana Awal
33
33 #Curhat
34
34 #Serba Salah
35
35 #Permintaan
36
36 #Saling Memendam Rasa
37
37 #Aku Cinta Kamu
38
38 #Mimpi Indah
39
39 #Hinaan dan Cacian
40
40 #Kemarahan Firsi
41
41 #Mencari Bukti
42
42 #Diretas
43
43 #Ketemu Lagi
44
44 #Memo untuk Daniel
45
45 #Haru dan Bahagia
46
46 #Makan Malam Bersama
47
47 #Harus Tanggung Jawab
48
48 #Pelukan
49
49 #Hari Bahagia
50
50 #Pesan Brima
51
51 #Pengganti Arshana
52
52 #Belanja
53
53 #Jujurlah
54
54 #Kamu Milikku dan Aku Milikmu
55
55 #Dendam
56
56 #Beralih Tangan
57
57 #Kenyataan
58
58 #Kaget
59
59 #Kembali Sadar
60
60 #Memaafkan
61
61 #Hidup Lagi?
62
62 #Canggung
63
63 #Membalas Budi
64
64 #Ketahuan
65
65 #Gagal
66
66 #Cemas
67
67 #Menyakitkan
68
68 #Penampilan Berbeda
69
69 #Kejutan Menanti
70
70 #Kamu Kebahagiaanku
71
71 #Benarkah itu Kamu?
72
72 #Aneh
73
73 #Manisan
74
74 # Makin Kesal
75
75 #Pesan Ancaman
76
76 #Berkeliling
77
77 #Kemarahan Arshana
78
78 #Dia Berbeda
79
79 #Risih
80
80 #Secangkir Kopi
81
81 #Positif
82
82 #Apa yang Disembunyikan?
83
83 #Video
84
84 #Teror
85
85 #Ketakutan dan Syok
86
86 #Penasaran
87
87 #Viral
88
88 #Kecewa
89
89 #Rindu
90
90 #Nostalgia
91
91 #Menjelaskan
92
92 #Kacau
93
93 #Gagal
94
94 #Masa Sulit
95
95 #Masih Kecewa
96
96 #Mr. Ex
97
97 #Belajar Menerima
98
98 #Aneh
99
99 #Dikepung
100
100 #Lembek
101
101 #Meyakinkan Hati
102
102 #Tuduhan
103
103 #Orang Tak Dikenal
104
104 #Tak Punya Hati
105
105 #Dimusuhi
106
106 #Menentukan Nama
107
107 #Tertangkap
108
108 #Yang Dinanti
109
109 #Tak Adil
110
110 #Mengalihkan Kesedihan
111
111 #Kenyamanan yang Hilang
112
112 #Mendamaikan
113
113 #Mulai Terbuka
114
114 #Hilang
115
115 #Cemas
116
116 #Kabar Buruk
117
117 #Meremehkan
118
118 #Menata Strategi
119
119 #Mengembalikan
120
120 #Peluru Beracun
121
121 #Rindu Suami
122
122 #Kenyataan Pahit
123
123 #Bahagia
124
124# Lahiran
125
125 #Berkunjung
126
126 #Akhir Yang Bahagia
127
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!