Seketika Zulfa langsung membungkam mulut Maira dengan tangannya. Agar sahabatnya tidak semakin tertawa. Zulfa memang kesal, tetapi dia tidak suka kalau ada orang yang menjelekkan fisik seseorang. Apalagi didepan orangnya langsung. Zulfa paling tidak suka seperti itu, sama saja dengan menyakiti hati orang tersebut. Zulfa sudah sering disakiti oleh ibu dan adik tirinya, dengan ucapan maupun tindakan.
Jadi Zulfa tau betul bagaimana sakitnya hati oleh perkataan yang menuju pada hinaan, cibiran, dan semacamnya. Rasa sakit kalau sudah menusuk hati, bakalan lama untuk disembuhkan. Dan pasti akan berbekas.
Zulfa memberi tatapan tajam kepada Maira. Seolah memberi artian kalau dirinya tidak suka dengam ucapan Maira barusan.
Maira langsung diam setelah melihat tatapan tajam dari Zulfa. Ia sadar kalau perkataannya barusan tidak pantas untuk diucapkan. Sama saja dengan pembullyan. Zulfa pun langsung berbisik pelan.
"Kalau bicaraa dijaga Mai" tekan Zulfa tanpa bisa didengar oleh Hans.
"Maaf, kelepasan" jawab Maira menunduk.
"Maaf mas atas ucapan sahabat saya barusan. Hmm anggap saja semuanya selesai. Kami pergi dulu, permisi" ucap Zulfa merendahkan suara, tidak seperti tadi yang membentak. Dia sadar kalau mereka berdua juga salah.
"Hah? Eh tunggu kalian mau kemana?" tanya Hans berjalan ke arah Zulfa Maira yang mau menyebrang.
"Kami mau ke resto depan jalan sana" tunjuk Zulfa ke arah resto yang ada diseberang jalan.
Hans pun menatap ke arah seberang jalan yang ditunjuk oleh Zulfa. "Maaf mas soal yang tadi, saya gak......." ucap Maira merasa bersalah juga, belum selesai bicara sudah dipotong oleh Hans.
"Gak pa-pa santai saja. Sudah biasa orang berbicara begitu. Hmm aku juga minta maaf sudah hampir nabrak kalian tadi" kata Hans.
"Iya mas gak pa-pa." balas Zulfa.
"Ohh ya kita belum kenalan, namaku Hans" uvap Hans sambil menyodorkan tangannya.
Zulfa pun menerima uluran tangan Hans. "Saya Zulfa, ini sahabat saya Maira" sekalian Zulfa memperkenalkan nama Maira.
"Maira" balas Maira.
"Katanya tadi kalian mau makan ya? Kalau gitu aku pergi dulu. Hati-hati" kata Hans.
"Iya mas" jawab Zulfa dan Maira bebarengan.
Kemudian Zulfa dan Maira menyebrang jalan secara hati-hati. Hingga mereka sampai diujung jalan. Sementara Hans masih melihat mereka dari tempatnya berdiri.
"Cantik juga perempuan tadi, unik juga dia" gumam Hans masih belum beranjak dari tempatnya. Dan tanpa sadar Hans malah tersenyum.
🍂
🍂
🍂
Disisi lain Daniel yamg tadi mengikuti Hans, langsung berhenti saat tau tuan mudanya sedang beradu cekcok dengan dua wanita. Ia memilih untuk melihat dari jauh aktivitas mereka. Sampai akhirnya Hans malah berjabat tangan dengan keduanya. Lalu dua perempuan tadi menyebrang ke sisi lain jalan. Daniel sangat penasaran dengan dua sosok perempuan barusan.
"Dua perempuan tadi siapa? Apakah temannya tuan muda? Ahh mana ada tuan muda punya teman cewek. Lalu mereka siapa?" gumam Daniel terus menerka-nerka.
"Kok aku seperti pernah lihat perempuan yang satunya ya. Tapi dimana? Wajahnya gak asing untukku" Yang dimaksud Daniel adalah Zulfa. Mereka pernha tak sengaja bertemu saat Zulfa mengantarkan pesanan ke perusahaan.
Kala itu Daniel hendak pergi untuk melaksanakan tugas dari Arshan. Dan saat dibawah, ia tak sengaja melihat Zulfa yang sedang bersama Anin. Tapi Daniel hanya sekedar melihat tanpa menyapa. Karna saat itu ia gak ada waktu.
"Ohh iya aku baru ingat, perempuan tadi kan yang sering nganter pesanannya Anin. Kok bisa tuan muda bertemu dengannya." Daniel baru ingat dengan Zulfa.
"Tuan, kita akan tetap mengikuti motor tadi atau bagaimana?" tanya sang supir membuyarkan lamunan Daniel.
"Ikuti saja motor yang didepan, saya akan membayar lebih" kata Daniel. Ia masih penasaran, mau kemana tujuan Arshan pergi.
"Baik tuan" sopir tersebut pun menunggu arahan kembali dari Daniel.
🍂
🍂
🍂
Hans hendak pergi untuk pulang saja. Tetapi ia tak sengaja melihat diujung jalan. Seperti ada seseorang yang dia kenali dan memang ingin diselidikinya. Lalu Hans memutuskan untuk ke resto yang memang didatangi oleh Firsi. Yaa yang dilihat oleh Hans adalah Firsi. Dia bersama teman perempuannya.
Hans berbalik arah mencari belokan. Sementara Daniel yang melihat Hans berbalik arah. Ia pun kembali mengikuti Hans dari belakang secara diam-diam. Sampai motor Hans berhenti didepan restoran yang tak jauh dari tempat Daniel tadi berhenti.
"Pak, saya turun disini saja. Ini untuk anda, terima kasih" ucap Daniel memberikan tiga lembar uang seratus ribuan kepada sang sopir.
"Tuan ini kebanyakan uangnya" kata snag sopir sambil melihat uang yang diberikan Daniel tadi.
"Sudah anda ambik saja. Terima kasih" Daniel buru-buru masuk ke dalam.
"Terima kasih tuan" kata sang sopir.
Hans mengekori Firsi dari belakang secara diam-diam. Ia mengambil kursi yang paling pojok yang tak jauh dari tempat Firsi dan temannya duduk. Lagian Firsi juga tak mengenalinya. Jadi Hans bisa bersikap biasa. Hans ingin tau yang akan dibicarakan oleh mereka. Barangkali ada yang bisa dia selidiki.
Daniel pun juga masuk ke resto tersebut. Namun jaraknya jauh dari tempat duduk Hans agar tak diketahui olehnya. Dan Daniel baru menyadari kalau sebenarnya Hans sedang mengekori Firsi. Jelas saja disana Daniel melihat Firsi bersama temannya. Ia baru paham kalau Hans ingin mengetahui rahasia Firsi yang tak terlihat olehnya.
"Bagus juga restorannya, hmm padahal gak jauh dari kampus. Tapi aku gak tau kalau ada resto ini?" ucap Firsi kepada Agnes teman kuliahnya. Yaa Firsi sama dengan Zulfa masih berkuliah. Bahkan tempat kuliah mereka sama, masih diuniversitas yang sama.
"Yaa kamu sih sukanya ke restoran mahal. Walaupun disini makannya gak terlalu mahal, seperti yang kamu makan. Tapi tempatnya gak kalah nyaman dan makannya juga enak." kata Agnes.
"Mbak?" Agnes memanggil pelayan resto untuk memesan makanan.
"Nih pilih mau makan apa?" Agnes menyodorkan buku menu kepada Firsi.
Setelah mereka memilih menu makanan dan minuman, pelayan tersebut kembali untuk menyiapkan pesanan mereka.
"Jadi gimana hubunganmu sama Arshan? Tadi kamu datang ke perusahaannya kan? Apa kata dia, aku penasaran" ujar Agnes kepo, ia tau kalau Firsi tadi sempat datang ke kantornya Arshan.
"Apaan, Arshan saja gak ada dikantornya. Aku malah bertemu sama asisten dia yang menyebalkan itu. Katanya Arshan gak masuk kerja hari ini. Huufh.....Aku hubungi nomer dia susah banget. Aku telfon juga gak diangkat." keluh Firsi.
"Tumben Arshan begitu. Apa karna larangan orang tuanya ya. Tapi bukannya dia cinta banget sama kamu. Bahkan katamu, dia membela kamu kan saat dirumahnya waktu itu. Yaa berarti dia sayang banget sama kamu" balas Agnes.
"Iyaa, apa karna aku gak bales pesan dia malam itu? Tapi memang aku kesal banget kemarin. Aahhh kalau gitu mah aku gak bakalan read pesan dia" sesal Firsi.
"Hmm awas loh ditinggalin, gak bakalan bisa kamu dapatin dia lagi. Tau sendiri kan pacarmu itu siapa, pengusaha sukses. Banyak wanita yang ingin jadi kekasihnya. Kamu sangat beruntung, jangan sia-sia kan keberuntunganmu Firsi. Harta dia gak bakalan habis tujuh turunan. Aku mah juga mau kalau dijadikan pacarnya" kata Agnes yang langsung mendapat tatapan tajam dari Firsi.
"Enak saja!! Arshan hanya milikku, gak boleh seorang pun mendekatinya. Gak mandang kamu sahabatku, kalau milikku sudah direbut akanku buat kamu menyesal" ancam Firsi. Agnes tau sifat Firsi yang memang tak suka miliknya direbut oleh orang lain.
"Ya ampun Fir, aku hanya bercanda kali. Gitu aja dianggap serius. Lagian aku sudah punya pacar, ngapain embat punyamu. Aku gak suka yang bekas orang lain"
"Hmm......Terus gimana aku bisa temui dia lagi. Aku telfon saja gak diangkat." Firsi benar-benar frustasi.
"Sudah lah, makan dulu tuh. Jangan ngeluh mulu, nanti aku bantuin mikir gimana caranya. Keburu dingin gak enak" ujar Agnes. Makanan mereka sudah dihidangkan sesuai dengan yang mereka pesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments