"Terima kasih Hans sudah menolong kami tadi. Kalau gak ada kamu pasti kita yang kena siram mereka, baunya gak enak pula" ucap Zulfa sangat bersyukur ada Hans yang menolong.
"Sama-sama, gak usah berterima kasih." kata Hans.
"Huh bersyukur banget tadi gak kena siram mereka. Kalau tadi kita yang kena siram jadi mandi malam-malam dong untuk ngilangin bau busuk nya. Eh kamu kok ada disini, bukannya tadi pulang ya?"
"Iya maunya tadi pulang, tapi perutku lapar belum makan ya sudah mampir kesini. Tadi pas aku mau balik liat mereka bawa ember dekat kalian. Ya terus aku balikin itu ember ke wajah mereka" jelas Hans.
"Waah makasih banget loh. Bentar, tadi mereka bahas soal siapa itu Fa, hmm pengusaha kaya ituloh" kata Maira mengingat nama yang terlupa.
"Tuan Arshana maksud kamu?" sahut Zulfa.
"Nah benar, emangnya kamu kerja disana kok bisa tadi Firsi kenal kamu?" tanya Maira penasaran, emang suka kepo anaknya.
"Iya aku kerja disana, tadi aku juga gak sengaja ketemu dia di lift bawah. Padahal aku gak sengaja nabrak dia. Eeh malah marah-marah" terang Hans.
"Hadeeh, emang ya dia itu suka begitu. Lagaknya sombong banget, baru juga jadi pacarnya tuan Arshana. Belum juga nikah, sombongnya selangit. Kalau aku ketemu sama tuan Arshan, sudahku suruh mutusin si mak lampir"
"Emang berani ngomong langsung ke orangnya? Sepertinya tuan Arshan sangat menyayangi Firsi tuh. Andai ada orangnya disini kamu pengen ngomong apa?" tantang Zulfa.
"Eh kamu ngeremehin aku, kalau orangnya disini aku bilangin kalau si nek lampir itu jahat banget. Kok bisa ya tuan Arshan memacarinya. Apakah dia gelap mata karna sikap halusnya yang pura-pura" celoteh Maira, mereka gak tau saja kalau orang yang dibicarakan ada didepan mata.
'Astaga, mereka malah membicarakan aku. Apa iya Firsi terlalu jahat dibelakangku? Tapi sejauh yangku lihat memang gitu. Apa hubungannya ya mereka dengan Firsi. Kok bisa Firsi sejahat itu sama mereka' batin Hans berkomentar dalam hati, ya hanya bisa dalam hatinya.
"Udahlah yuk pulang, sudah malam nih. Aku besok harus balik kerja lagi. Nanti kalau kesiangan gimana. Hans kami pamit dulu ya, terima kasih atas pertolongannya" kata Zulfa tersenyum manis.
"Iya santai saja. Hati-hati, aku juga mau pulang" jawab Hans.
"Oke by..." ucap Maira.
Hans hanya mengangguk sambil melihat mereka semakin lama semakin menjauh. Hans merasa ada sesuatu lebih yang memang harus dia selidiki terus dari kekasihnya.
🍂
🍂
🍂
Pagi hari datang, cahaya matahari yang bersinar terang. Menyinari setiap cela untuk sinarnya masuk. Menembus kelopak mata yang masih tertutup. Arshan baru saja bangun karna sinar mentari yang menelisik membuat matanya terbuka. Tangannya meraih ponsel untuk melihat jam. Ternyata masih jam enam pagi.
Arshan ingin kembali saja untuk tidur. Tetapi ia baru ingat kalau sekarang dirinya bukanlah Arshan yang dulu. Ia sudah berganti profesi menjadi orang lain. Kalau dulu ia bisa datang ke kantor sesuka hati, sekarang ia harus datang tepat waktu. Kesiplinan merupakan yang utama diperusahaannya.
Arshan akan pergi untuk mandi. Ia raih handuk yang menggantung dan kakinya melangkah ke dalam kamar mandi yang ada disebelah dapur. Selesai mandi, Arshan balik ke kamarnya untuk berganti baju. Setelah semua beres dan rapi, Arshan pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.
Tapi ternyata didapur tidam ada apapun selain mie instan. Arshan gak biasa makan mie instan, biasanya koki dirumah yang selalu memasakkan makanan untum Arshan. Kalau mau makan mie pun pasti membuat sendiri bukan instan.
"Hmm gak ada makanan apapun disini. Kalau dirumah enak, tinggal makan gak usah mikir. Ini mah namanya jungkir balik yang mengenaskan. Yang awalnya diatas sekarang malah merendah. Aah sudah lah aku cari makan diluar saja" gumam Arshan lalu pergi menuju pintu luar.
Saat pintu dibuka, Arshan terkejut melihat Daniek yang tiba-tiba sudah ada didepan pintu. Daniel hendak mengetuk pintu, tapi sudah keburu dibuka oleh Arshan. Beruntung tangannya tak mengenak wajah Arshan. Kalau kena pasti wajah Arshan yang diibaratkan pintu dan pasti kena ketukan dari Daniel.
"Daniel!! Kau ini mengagetkan saja. Untung wajahku gak kena tanganmu. Pagi-pagi sudah membuat orang resah saja kamu" kesal Arshan melihat Daniel mah tersenyum cengir.
"Saya kan gak tau kalau tuan muda mau membuka pintu tadi. Jangan marah lah tuan muda, saya kesini bawa sarapan untuk tuan muda. Nih!" ucap Daniel sambil menunjukkan paper back berwarna coklat.
"Kebetulan kau kesini, aku belum sarapan. Didapur gak ada apapun, tadinya mau beli diluar. Tapi kamu sudah kesini, ya sudah masuk" kata Arshan.
Mereka pun duduk bersama diruang tamu. "Saya juga mau numpang makan disini ya tuan muda. Tadi saya buru-buru jadi belum sempat sarapan. Ini saya bawa dua makanan" ujar Daniel mengambil dua kotak makanan dari dalam paper back yang dia bawa tadi.
"Ya terserah kau saja" balas Arshan.
"Ohh iya tuan muda, hari ini ada rapat penting. Tuan muda harus hadir secara langsung. Tuan Felix sudah mengizinkan agar tuan muda hadir dalam rapat tersebut. Saya bawakan pakaian tuan muda juga" terang Daniel sembari memberikan paper back lain kepada Arshan.
"Hah! Aku disuruh datang untuk hadiri rapat? Ck masih butuh ternyata. Aku kira setelah ini gak ada tugas kantot lagi yang memberatkanku. Ternyata sama saja, terus aku izinnya gimana, pakai alesan apa?. Tau sendiri kalau telat datang, konsekuensinya gaji dipotong" ujar Arshan mengeluh.
"Gampang tuan muda kalau masalah itu. Nanti saya bantu, sekarang anda gantu baju dulu. Rapat akan dimulai jam setengah delapan nanti. Kita gak boleh telat"
"Iya..Iya..Bawel banget sih. Aku bukan bocah yang perlu diajarin. Nanti katakan sama papa dan kakek, kalau aku tidak mau ikut campur di perusahaan selama tugasku belum selesai. Aku sudah pusing disini, malah harus disuruh mengurus perusahaan. Capek harus pura-pura dan bersembunyi" ujar Arshan.
"Loh, itukan sudah tugasnya tuan muda. Jangan mengeluh dong tuan muda, harus semangat. Jalanin saja seperti air mengalir" kata Daniel.
"Enak kamu tinggal ngomong. Aku yang jalanin disini dan aku yang merasakannya. Mana tau kau merasakan jadi aku" ketus Arshan lalu meninghal Daniel begitu saja dan ia pergi ke kamarnya untuk mengganti baju.
"Tuan muda mau kemana? Gak sarapan dulu?" panggil Daniel.
"Nanti saja, aku mau ganti baju" ketusnya tanpa menoleh.
"Aiish tuan muda sangat keras kepala dan gak bisa dibantah kalau sudah bicara. Aku juga pernah diposisi terendah dan gak akan pernah mau lagi diposisi itu. Sangat membuat capek" gumam Daniel, teringat masa kecilnya yang serba kekurangan. Sampai akhirnya dia bangkit dan menjadi dirinya yang sekarang.
Tak lama Arshan keluar dengan setelan kantornya. Memakai kemeja, jas dan celana yang senada. Ditambah jam tangan yang selalu mingkar dilengan tangannya. Sangat sempurna dan tampan. Pantas semua cewek pada naksir dan ingin mendapatkan Arshan sebagai pasangannya.
"Waah....Wah.....Kalau gini beneran tampan tuan muda." puji Daniek melihat penampilan Arshan.
"Aku dari dulu memang tampan. Apa kau baru menyadarinya"
"Yaa kepedeannya mulai menjulang tinggi lagi, ngapain aku puji tadi" gumam Daniel lirih.
"Kau bilang apa!!"
"Eh enggak tuan muda, ini sarapannya keburu gak enak. Tuan muda makan dulu" ucap Daniel seraya mengalihkan pembicaraan ke makanan. Kalau enggak bakalan kena omelan lagi dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments