Firsi baru saja sampai dirumah, ia menjatuhkan tubuhnya disofa ruang tamu. Hari ini ia sangat bahagia karna bisa meyakinkan Arshan kembali dan dia bisa bersama Arshan lagi. Sebelumnya Firsi takut kalau Arshan tiba-tiba memutuskan hubungan dengannya. Kalau hal itu terjadi, semua impiannya akan ludes.
Keinginannya untuk menjadi nyonya besar akan musnah. Entah Firsi benar-benar mecintai Arshan atau tidak. Yang jelas dia ingin menikah dengan Arshan salah satunya karna ingin menjadi nyonya besar. Dan bisa dipandang kelas atas oleh semua orang bahkan teman-temannya. Firsi tidak akan melepaskan Arshana untuk jatuh kepelukan wanita lain selain dirinya. Ia punya ambisi untuk memiliki Arshana.
Elena datang dari arah tangga menghampiri Firsi yang terlihat bahagia. Elena pun menanyai perihal perubahan diwajah putrinya sejak awal datang tadi.
"Kamu kenapa kok senyum-senyum sendiri gitu sih? Habis dari mana?" tanya Elena duduk berhadapan dengan Firsi.
"Mama tau gak....."
"Mama ya gak tau, kamu belum memberi tau" ujar Elena.
"Hiis dengerin dulu lah, aku belum selesai bicara ma" gerutu Firsi ucapannya dipotong oleh Elena.
"Maaf katakan apa yang membuat putri mama ini sangat bahagia"
"Aku tadi nemuin Arshan dikantornya. Aku bujuk dia agar hubunganku dengannya gak berakhir. Dan dia mengiyakannya, tapi gak boleh ketahuan sama keluarganya. Kalau sampai ada yang tau, pasti Arshan akan diberi hukuman." terang Firsi.
"Hukuman maksudnya?" tanya Elena belum mengerti dengan ucapak Firsi barusan.
"Gini loh ma, Arshan tadi bilang sama aku. Kalau sampai dia ngotot menikah denganku, maka semua aset yang ada sama dia akan diambil oleh papanya. Dan Arshan gak bakalan diberi sepeserpun dari harta keluarganya. Yaa aku gak mau lah hidup miskin sama dia. Ya sudah aku pilih jalan tengah saja." ucap Firsi kesal.
"Hah segitunya keluarga Arshan melarang anaknya untuk nikah denganmu. Kurangnya apa kamu ini, mereka gak bisa melihat atau pura-pura gak bisa lihat kalau kamu cantik." ujar Elena ikut kesal.
"Tapi kamu gak bisa terus-terusan pacaran sama Arshan secara sembunyi. Suatu saat Arshan pasti dituntut untuk menikah dan pasti perempuan itu bukan kamu. Kalau Arshan sampai dijodohkam bagaimana? Mama gak mau kamu jadi simpanan suami orang" ucap Elena.
"Terus aku harus bagaimana ma? Keluarga Arshan saja gak mai menerima aku. Aku gak mau sampai kehilangan Arshan, aku dapatin susah payah yakali aku mau mengalah. Bagaimana pun caranya Arshan harus tetap jadi milikku selamanya. Impianku jadi nyonya akan hilang kalau sampai hubunganku berakhir dengan Arshan" balas Firsi tegas, pendiriannya tetap kekeh untuk terus mendapatkan Arshan.
"Hanya ada satu cara agar keluarga Arshan mau gak mau harus menerima kamu. Dengan cara ini, mereka gak akan bisa menolak kamu lagi" ide licik muncul dikepala Elena, dia punya rencana agar keluarga Arshan mau menerima Firsi.
"Apa itu ma?" tanya Firsi dengan wajah berseri-seri.
"Sini mama bisikin......" Firsi pun mendekat ke arah Elena. Firsi sangat terkejut sekiligus senang mendengar ide mamanya.
"Ide mama bagus juga, tapi bagaimana bisa aku menjebak Arshan. Dia bukan lelaki yang suka mel*c*hkan perempuan. Minum-minum saja dia gak pernah ma, susah kalau buat dia untuk melakukannya denganku" ujar Firsi.
Dasar anak dan ibu sama saja, sama-sama liciknya. Segala macam cara dilakukan agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Walau dengan cara kotor dan beresiko sekali pun pasti dikerjakan.
"Halah mudah Firsi. Datang saja ke kantornya berikan dia bekal, tapi bekal itu kamu beri dulu obat perangsan didalamnya"
"Gak bisa ma. Arshan sudah melarangku untuk datang ke kantornya. Dia gak mau diketahui oleh papanya. Disana pasti banyak mata-mata, kalau aku nekat datang kesana bisa hancur hubunganku dengan Arshan" jelas Firsi.
"Hm ya juga, lalu bagaimana. Kamu pikirkan saja bagaimana caranya, ya penting mama sudah ngasih ide. Selebihnya kamu pikirkan sendiri, masa kamu gitu sjaa gak bisa" ujar Elena.
"Ck, iya iya......Nanti aku pikirkan lagi. Sudah ah aku mau ke kamar." Firsi pun beranjak dari duduknya untuk pergi ke kamarnya.
"Dasar main nyelonong saja. Kalau dikasih tau malah begitu, masih untung aku kasih ide. Harusnya berterima kasih malah pergi begitu saja" gerutu Elena kesal melihat tingkah putrinya yang menyebalkan.
🍀
🍀
🍀
Daniel baru saja kembali ke perusahaan setelah tadi melaporkan tugasnya yang diperintahkan oleh kakek. Ia harus menyampaikan pesan yang diberikan kakek kepada tuan mudanya. Kakinya melangkah memasuki lift menuju lantai paling atas untuk bisa sampai dituangan Arshan.
Ting.
Setelah lift terbuka, Daniel segera berjalan ke ruangan Arshan yang tidak jauh dari lift. Tak lupa Daniek mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan. Setelah mengetuk pintu dan mendapat jawaban, Daniel segera masuk dan berdiri disamping Arshan. Ia sedikit menunduk, entah apalagi yang akan dikatakan oleh tuan mudanya setelah mendengar pesan dari kakek. Yang jelas pasti amukan lagi yang akan didapat oleh Daniel.
"Ada apa Daniel? Duduk lah......" tanya Arshan cuek tanpa menoleh ke arah Daniel, ia hanya fokus ke laptop dan dokumennya.
Daniel segera duduk dan menetralkan nafasnya untuk menyiapkan diri mendapat omelan dari Arshana. "Begini tuan muda, tadi pesan dari tuan muda sudah saya sampaikan kepada tuan besar." Daniel terlihat sedikit takut untuk mengucapkannya.
"Lalu apa yang dikatakan oleh kakek kepadamu Daniel? Kenapa kau terlihat takut begitu untuk mengucapkannya kepadaku? Apa kakek mengancam lagi dan menggertakku gitu" sahut Arshan menutup laptop dan beralih menatap Daniel yang terlihat ragu untuj berbicara.
"Hmm tuan besar berpesan kalah anda tidak mau mengurus perusahaan, tuan besar tidak mengizinkam anda untuk pulang walau pun hari libur. Tuan besar memberi anda misi bukan berarti meninggalkan pekerjaan kantor begitu saja. Anda harus membagi waktu juga. Begitu pesan tuan besar" ucap Daniel sudah mulai panik.
Tetapi Arshan tak menunjukkan reaksi kemarahan sedikit pun. Dia hanya cuek dan seolah sudah tau reaksi dari kakeknya kalau dia mengatakan hal tersebut. Daniek jadi heran dan bingung, karna Arshan tak menunjukkan amarahnya. Ia malah diam saja tanpa bereaksi.
"Tuan muda tidak marah?" tanya Daniel tak percaya melihat reaksi Arshan.
"Buat apa aku marah? Kalau memang itu kemauan kakek baiklah, aku tidak akan pulang dan mulai besok pekerjaan kantor bukan tugasku lagi. Aku disini hanya akan bekerja sebagai semestinya. Tidak ada lagi Arshana Abhimarta, anggap saja dia sudah pindah tempat. Percuma juga aku menentang keinginan kakek, yang ada malah aku terus diberi ancaman dan gertakan. Lebih baik menjalankan satu tugas dari pada beribu-ribu dokumen ini. Dan mulai besok kau bukan lagi asistenku, karna Arshana sudah tidak ada lagi. Kembalilah kepada kakek dan papa" ucap Arshana panjang lebar membuat Daniel melongi tak percaya dengan ucapan Arshan barusan.
Daniel tak akan mengira jawaban dari Arshan akan begitu. Ia malah mengira Arshan akan marah dan maminta untuk mengalah saja. Dugaan Daniel salah jauh, bahkan ia tak akan menyangka kalau tuan mudanya akan memilih menjadi rakyat biasa dari pada menjadi pemimpin yang disegani. Menjadi seorang presdir yang dijunjung tinggi dan dihormati oleh karyawan bahkan semua pebisnis lain. Arshan dikenal sangat pandai dalam mengolah perusahaan. Sampai dia dinobatkan sebagai keluarga terkaya dikotanya bahkan dinegaranya.
"Tuan muda serius? Tuan muda gak salah bicarakan? Apa iya ini tuan muda beneran" Daniel benar-benar tak percaya sampai mengira bahwa yang didepannya sekarang bukanlah tuan muda yang dia kenal.
"Ya serius lah, aku gak pernah bermain-main dengan ucapanmu Daniel. Buat apa juga aku menjadi orang terpandang, terkaya, dan disegani orang lain. Tapi orang yangku cintai saja malah hanya memanfaatkan aku. Kakek benar, sesekali aku harus mencari pasangan yang bisa menerimaku apa adanya. Bukan dilihat dari materi. Katakan kepada keluargaku, kalau aku tidak akan pernah kembali sampai tugasku selesai. Atau aku tidak akan kembali selamanya. Beritakan saja kepada media kalau aku sudah m*ti. Biar tidak ada yang mencari-cariku" tegas Arshan, semakin membuat Daniel melongo.
Bagaimana bisa tuan mudanya meminta untuk memberitakan kematian palsu. Sedangkan sekarang taun mudanya masih ada didepan mata dan masih sehat. Bagaimana nanti Daniel akan memberi tau kepada tuan besar Abhimarya serta keluarganya. Pasti setelah ini semua media akan gempar kalau sampai pemberitaan palsu tersebut dilakukan.
"Kau mendengarkan ucapanku Daniel?" tegur Arshan melihat Daniel hanya melongo saja seolah tak percaya.
"I-iya tuan muda saya mendengarnya. Tetapi untuk apa tuan muda meminta saya untuk membuat berita palsu. Sedangkan tuan muda masih hidup dan sehat. Bagaimana saya menyampaikan hal ini kepada tuan besar. Apa tuan muda punya rencana dibalik semua ini?" Daniel menebak kalau tuan mudanya tidak akan melakukan hal bodoh semacam ini kalau tidak ada rencana lain.
Arshan langsung tersenyum miring mendengar ucapan Daniel. Ia langsung berdiri dari kursinya dan menepuk bahu Daniel. Seolah Arshan memberi apresiasi atas tebakan Daniel.
"Tuh kamu juga gak b*go kan, aku memang punya rencana dibalik ini semua. Ikuti saja alur mainku Daniel. Dan jangan beri tau kepada siapapun terutama keluargaku."
"Untuk apa tuan muda melakukan semua ini?" tanya Daniel masih belum mengerti dengan alur rencana Arshan.
"Sudah lah nanti aku beri tau. Hanya kamj yang aku percaya dan jangan mengatakan kepada siapapun" ancam Arshan.
"Baik tuan muda saya akan melaksanakam apapun perintah tuan muda"
"Bagus, kamu memang asisten yang bisa diandalkan" ucap Arshan tersenyum senang..
'Permainan akan dimulai, walau pun harus mengorbankan keluargaku' batin Arshan dalam hati.
'Apa yang akan tuan muda lakukan. Kenapa sampai keluarganya tidak boleh tau. Bahkan tuan besar sekali pun. Aku harus tetap berada disamping tuan muda, apapun yang terjadi." batin Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Annasya Asp
bagus ka cerita nya lanjutkan😁
2024-05-06
1