"Ihh mas, saya sudah jalan pakai mata. Kalau gak jalan pakai mata lalu pakai apa? Tangan? Iihhh jadi cowok kok jutek banget" Zulfa membalasnya ketus.
"Eh yang salah itu kamu, kok malah marah-marah ke saya. Jalan itu pakai kaki dan mata. Jangan kakimu doang yang kau gerakin, sedangkan matamu enggak" pria tadi kembali ketus kepada Zulfa.
"Hah dasar cowok aneh, sudah minta maaf masih saja nyalahin." ujar Zulfa lalu dia pergi begitu saja ninggalin pria tersebut, karna gak mau berdebat lama-lama. Zulfa juga jarus kembali ke toko untuk membantu bu Aida. Sementara si pria sudah gak mempedulikan ocehan Zulfa.
"Bentar, wanita tadi siapa ya? Kok aku gak pernah lihat dia disini. Apa karyawan baru? Tapi sikapnya gak sopan sekali dan pakainnya gak seperti pekerja kantoran, apa dia salah baju. Awas saja kalau ketemu lagi!! Dasar cewek aneh, dia yang salah malah nyolot" gumam pria tersebut yang ternyata adalah Arshan. Ia baru saja nganter minum ke salah satu karyawan dan ingin ke toilet juga.
Setelah itu, Arshan yang memang sedang menjalankan tugasnya kembali bekerja. Ia menggunakan nama samaran dengan panggilan Hans. Hari pertama sangat melelahkan bagi Arshan. Ia gak biasa mengerjakan tugas yang tidak pernah dia lakukan.
Dilantai dua Arshan berpapasan dengan Anin. Kebetulan Arshan hendak ke ruangan Anin untuk mengantarkan minuman. Arshan pun menyapa Anin.
"Siang bu, ini minuman anda, saya letakkan diruangan anda ya bu" ucal Arshan berusaha ramah.
"Ohh iya Hans, kamh langsung taruh diruangan saya saja. Saya mau bertemu sama pak Daniel dulu." jawab Anin sambil membawa dua mal ditangannya.
Sebelum Anin pergi, Arshan sempat bertanya kepada Anin tentang karyawan baru yang tadi ditemuinya ditoilet yang menurutnya tidak sopan.
"Bu, maaf saya mau tanya. Apakah disini ada staf baru ya?" tanya Arshan.
"Hah!! Staf baru? Gak ada tuh Hans, kalau pun ada ya saya tau lah. Emangnya kenapa?" tanya balik Anin.
"Hmm gitu ya, gak pa-pa sih bu saya hanya tanya saja. Soalnya tadi saya bertemu saja perempuan ditoilet sana. Dia gak pakai baju staf juga gak pakai baju OB atau yang lain." jawab Arshan.
"Siapa?" sejenak Anin berpikir tentang perkataan Arshan barusan.
'Perasaan gak karyawan wanita yang baru masuk. Siapa ya yang dimaksud Hans barusan. Apa.....Zulfa? Tadikan dia pergi ke toilet yang dibawah.' batin Anin dalam hati.
"Mungkin yang kamu temui barusan itu Zulfa." ucao Anin.
"Zulfa? Siapa itu bu Anin, saya gak pernah lihat" jawab Arshan.
"Ya iya lah kamu gak pernah ketemu, lah kamu saja baru masuk kerja hari ini. Dia itu yang biasa nganterin pesanan roti karyawan disini. Biasanya saya yang pesankan dan dia yang sering nganter." terang Anin sambik tersenyum.
'Ck. Gak tau aja aku ini siapa. Tadi dia bilang apa? Baru masuk kerja? Aku ini bosmu, dasar!! Semua gara-gara baju OB ini.' batin Arshan kesal.
"Ohh, ya sudah bu saya mau meletakkan ini diruangan anda dulu" kata Arshan.
"Ya silahkan"
Lalu Anin berlalu pergi untuk menemui Daniel. Sementara Arshan juga pergi ke ruangan Anin untuk meletakkan minuman tadi. Sepanjang jalan Arshan terus menggerutu kesal. Ia benar-benar dibuat susah oleh kakeknya.
Setelah dari ruangan Anin, Arshan kembali keluar. Saat dia turun dan baru saja keluar dari lift. Arshan berpapasan dengan Firsi yang tiba-tiba datang ke kantor. Arshan juga gak sengaja menabrak Firsi, karna memang Arshan begitu kesal sampai gak melihat kalau ada orang.
"Auwh!!" ringis Firsi.
"Maaf saya gak sengaja" ucap Arshan.
"Kalau jalan itu pakai mata, gak lihat apa!! Main tabrak aja, kamu gak tau siapa saya?. Cih, jauh-jauh sana. Bisa kotor bajuku kena tanganmu. Ini tuh baju mahal, gak bakalan mampu kau ganti. Gajimu saja kirang untuk mengganti bajuku." ketus Firsi membuat Arshan terkejut seolah tak percaya kalau yang didepannya adalah kekasihnya.
"Kenapa lihat-lihat hah!! Gak pernah lihat cewek cantik ya sampai segitunya. Iihh jijik banget, awas aja aku bakalan suruh Arshan memecatmu." gerutu Firsi terus-terusan mencibir Hans, padahal yang didepannya sekarang bukan OB melainkan pacarnya sendiri.
'Hah! Apa iya ini Firsi? Kok sifatnya beda begini. Gak mungkim kan Firsi punya kembaran. Dia gak pernah cerita apapun kepadaku. Lalu yang didepanku sekarang apa iya Firsi asli. Omg, kalau bukan kenaoa dia ada disini. Apa jangan-jangan dia kesini mau menemuiku. Tapi.....Kenapa dia berbeda begini. Apa yang dikatakan papa itu benar ya. Wah sepertinya aku memang harus mencari tau sendiri' batin Arshan dalam hati.
"Maaf nona saya gak sengaja" ucap Hans menunduk.
"Ck...maaf.....maaf terus. Dih lama-lama kulitku alergi kalau deket-deket dengan......OB kucel seperti kau ini. Siapa sih namamu" Firsi memincingkan matanya untuk melihat nama yang tertewa dibaju Hans.
"Ohh Hans, ck. Kok bisa Arshan mempekerjakan orang sepertimu. Sudah sana pergi" usir Firsi.
"Sekali lagi saya minta maaf nona" kata Hans berlalu pergi hanya beberapa langkah, Hans menoleh ke belakanh dan masih ada Firai bersiri disana sambik mengibas-ngibaskan tangannya membersihkan bajunya, seolah ada yang kotor padahal juga tidak.
"Ohh ya nona, orang kalau jalan itu pakai kaki dan mata untuk melihat. Sepertinya anda salah bicara, kosa katanya diperbaiki lagi nona" ucap Hans lalu pergi meninggak Firsi begitu saja setelah berucal demikian.
"APA!! Berani sekali OB itu, awas saja aku bakalan suruh Arshan memecatmu. Dasar jelek, culun, jadi OB aja belagu" kesal Firsi lalu memasuki lift untuk ke lantai paling atas menemui Arshan.
Firsi ingin meminta kejelasan tentang hubungan mereka. Setelah pesan terakhir dari Arshan semalam, kekasihnya tidak pernah memberi pesan lagi sampai siang menjelang. Firsi tidak bisa lama-lama kalau didiami. Mau gak mau Firsi harus menemui Arshan agar mau mempertahankan hubungan mereka. Firsi gak mau sampai hubungannya berakhir dengan Arshan. Kalau sampai semua itu terjadi, Firsi tidak bisa menikmati harta Arshan dan menjadi nyonya Abhimarta.
🥀
🥀
🥀
Disisi lain Zulfa sudah sampai dari tadi dan langsung membantu bu Aida untuk melayani para pelanggan yang datang. Hari ini pelanggan cukup ramai, sampai mereka melayani pun kuwalahan. Saat dirasa pelanggan sudah berkurang, barulah mereka bisa lebih santai.
"Hari ini pelanggan ramai banget ya bu, sampai penuh tokonya. Kalau begini terus bakalan cepat habis." ucap Zulfa sembari menata roti dirak yang sudah kosong.
"Iya neng, kalau bulan ini untung banyak pasti kita dapat uang bonus juga. Semoga saja setiap hari begini. Kan kita juga senang neng" balas bi Aida yang sedang berdiri dikasir.
"Iya bu aamiin." kata Zulfa tersenyum senang.
Zulfa sudah selesai menata roti-roti yang habis dan isi kembali ke dalam rak. Ia pun pergi ke belakang untuk mengembalikan keranjang sekalian ingin mengambil keranjang roti lagi.
"Selamat siang menjelang sore bu Aida" seorang lelaki muda datang ke toko menyapa bu Aida yang sedang menghitung uang dilaci.
"Eh nak Rey, sore juga. Mau beli atau mau mencari neng Zulfa nih" goda bu Aida dan dibalas senyuman oleh Rey.
Rey adalah teman kampusnya Zulfa. Mereka satu kelas, Rey sering datang ke toko dan sudah akrab dengan Zulfa. Terkadang ia membeli roti atau hanya sekedar ingin menemui Zulfa. Kadang kalau Zulfa sangat mepet banget dan gak ada kendaraan ke kampus, pasti Rey yang akan membantu atau memberk tumpangan.
Tanpa diketahui oleh Zulfa, sebenarnya Rey sudah menyukainya sejak pertemuan pertama mereka. Rey belum berani untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Zulfa. Ia takut kalau nanti cintanya akan ditolak. Sehingga Rey hanya bisa memberi perhatian kecil kepada Zulfa. Berbeda dengan Zulfa sendiri, ia malah mengganggap semua perhatian dari Rey bukan ham istimewa. Melainkan hanya sebatas teman kuliah.
"Mau beli bu, sekalian cari Zulfa sih" jawab Rey tersenyum malu-malu.
"Yaelah nak Rey, tinggal bilang mau bertemu sama neng Zulfa saja malu-malu. Dia ada, masih dibelakang naruh keranjang." baru saja bu Aida berkata demikian, Zulfa sudah keluar.
"Loh Rey kamu kesini, ada apa? Mau beli roti" tanya Zulfa yang baru saja keluar dari belakang dan kaget melihat Rey ada ditoko.
"Eh iya Fa, hmm sekalian ngajak kamu bareng kuliah." jawab Rey kikuk.
"Maaf Rey, aku gak bisa bareng kamu. Aku sudah janjian sama Maira untuk berangkat bareng. Kasihan nanti kalau aku biarin dia berangkat sendiri. Aku juga ambil kuliah malam sekalian balik ke asrama." balas Zulfa menolak karna memang dia sudah ada janji dengan Maira sahabatnya sejak kemarin.
"Ohh ya sudah gak pa-pa. Kenapa ambil kuliahnya malam Fa? Biasanya kan kamu kuliah sore."
"Gak pa-pa sih, soalnya aku jaga toko sampai sore. Jadi gak ada waktu, nantikan aku juga mau balik ke asrama" jelas Zulfa.
"Ya sudah deh kalau gitu. Eh tapi ngapain kamu balii ke asrama lagi. Bukannya baru seminggu pulang?" tanya Rey, ia sebenarnya sudah menerka kenapa Zulfa balik ke arsma lagi.
"Gak pa-pa lebih nyaman disana saja. Dirumah panas banyak mulut cabai dimana-mana. Telingaku sakit kalau dengernya" ujar Zulfa sambil bercanda. Dan Rey tau maksud dari perkataan Zulfa barusan.
"Hmm masih sama toh ternyata. Ya sudah aku mau pilih roti dulu buat bawa pulang" ujar Rey.
"Silahkan, yang sebelah sana baru saja aku keluarin. Tadi pembeli banyak sekali jadi cepat habis"
"Ya aku mau ambil seperti biasa saja deh. Mau langsung ke kampus juga" Rey pun mengambil dua roti coklat yang biasa dia beli yang harganya mahal. Yaa walau masih ada yang lebih mahal dari yang dia beli barusan.
Setelah itu ia bayar ke bu Aida dan satunya dia berikan kepada Zulfa. "Nih untuk kamu, dimakan ya. Aku pergi dulu" Rey langsung memberikan paper back yang dia bawa ketangan Zulfa, lalu langsung pergi begitu saja. Rey tau kalau Zulfa pasti akan menolak, jadi dia menghindari hal tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments