"Eh tunggu tuan muda, anda jangan bareng saya ke perusahaan. Tadi taun besar sudah berpesan agar tuan muda cari taxi untuk ke sana. Kalau tuan muda bareng saya nanti ketahuan dong. Masak OB naik mobil mewah sih" ujar Daniel, padahal yang dibawanya juga mobil Arshan.
"Apa kau bilang? Hei gak nyadar yang kamu pakai itu mobil saya." sentak Arshan.
"Tuan muda sekarang kan pakai baju OB, apa kata karyawan nanti. Semua jadi tau dong kalau tuan muda sedang menyamar" jawab Daniel dengan santai.
"Huufh, sana-sana pergi. Kamu bikin aku naik darah Daniel. Sana kamu pergi dulu" usir Arshan, ia sangat kesal. Bukan salah Daniel juga, ini semua karna ide dari kakeknya.
"Siap, saya pergi dulu tuan muda." Daniel pun keluar rumah dan memasuki mobil untuk segera pergi ke perusahaan.
Kini tinggal Arshan sendirian. Ia juga memutuskan untuk segera pergi agar tidak telat. Arshan pergi jalan kaki menuju ujung jalan raya untuk menunggu taxi. Sampai akhirnya taxi yang dia pesan datang juga. Arshan segera masuk dan taxi pun mulai berjalan menyusuri hiru pikuk kota yang padat dengan orang-orang yang sibuk untuk bekerja.
...🥀🥀🥀...
Zulfa baru saja datang ke toko. Ia datang lebih awal dari jam kerjanya. Zulfa merasa tak nyaman kalau harus berhadapan dengan ibu tirinya dirumah. Jadi ia memutuskan untuk datang lebih awal saja. Kebetulan Zulfa memegang kunci toko, disana tidak hanya Zulfa sendiri yang bekerja. Ada karyawan lain yang biasa dipanggul bu Aida oleh Zulfa. Karna dia lebih tua dari pada Zulfa. Bu Aida sudah lama bekerja disana sebelum Zulfa datang.
Jadi mereka bekerja bersama. Bu Aida juga memegang kunci toko. Mereka masing-masing diberi pegangan kunci, barangkali yang datang duluan tidak menentu. Agar yang datang dulu tidak menunggu. Selang lima belas menit setelah kedatangan Zulfa, Bu Aida baru saja datang. Bebarengan dengan datanglah Cherly dan Hanif, pemilik toko roti tersebut.
Zulfa sudah sangat dekat dengan Cherly maupun suaminya. Begitu pun dengan bu Aida yang sudah dianggap ibu sendiri oleh Zulfa. Apalagi anak bu Aida merantau jauh. Suaminya telah meninggal beberapa tahun lalu karenasakit.
"Awal sekali kamu datang Zulfa, semua sudah rapi ya. Tumbenan" kata Cherly setelah memasuki toko melihat semuanya sudah rapi.
"Iya mbak, dirumah juga saya gak ada kerjaan. Jadi saya datangnya awal. Males juga dirumah di......." Zulfa tak jadi meneruskan kata-katanya, entah kenapa.
"Sabar saja Zulfa, omongan mereka gak perlu diladenin. Mbak tau kamu gak betah sebenarnya dirumah sana." sahut Cherly, ia sudah tau permasalahan yang dihadapi Zulfa. Karena Zulfa tak jarang bercerita ke Cherly maupun bu Aida. Dia gak tau harus bercerita kemana lagi.
Zulfa juga mempunyai sahabat yang bernama Maira. Sahabatnya tinggal dirumah untuj sekarang, dia sama dengan Zulfa. Terkadang tinggal diasrama kadang pulang, kamar Maira jadi satu dengan Zulfa. Maira sudah lama menjadi sahabatnya Zulfa dari sejak mereka duduk dibangku SMA. Maira adalah teman pertama Zulfa saat memasuki SMA. Dari situlah mereka bersahabat sampai berkuliah pun ditempat
yang sama, bahkan mereka juga satu kelas.
"Hmm iya mbak, nanti aku balik ke asrama. Aku mau disana saja, sebenarnya berat ninggalin papa. Dirumah hanya papa yang sayang padaku" Zulfa mulai berkaca-kaca kalau membahas nasib dirinya yang malang.
"Ada kami yang menyayangi kamu juga Zulfa. Jangan berkecil hati dan sedih. Anggaplah kami ini juga keluargamu." balas Cherly.
"Terima kasih, mbak sudah sangat baik sama kak Hanif. Bu Aida juga, aku berasa punya keluarga disini." ucap Zulfa sambil tersenyum haru.
"Sama-sama, sudah jangan sedih terus harus dibawa happy. Kalau banyak tekanan nanti malah jadi darah tinggi loh" kata Hanif untuk merubah suasana.
"Darah tinggi ya buat orang tua-tua yang banyak pikiran. Kita kan masih muda mas" gerutu Cherly.
"Walau pun masih muda kalau banyak tekanan dan pikiran, bisa saja terkena darah tinggi. Mangkanya hidup itu dibawa happy saja, jangan terlalu mikir. Semua sudah ada jalannya." ucap Hanif.
"Betul kak" sahut Zulfa.
"Eh iya sampai mau lupa, itu Fa nanti kamu pergi ke perusahaan Abhimarta untuk nganter pesanannya Anin. Kemarin dia telfon, katanya mau pesan roti seperti biasanya dua puluh box. Nanti suruh nganter kalau jam makan siang" kata Cherly hampir saja lupa.
Anin merupakan pelanggan setia ditoko Cherly. Ia juga sahabat Cherly. Anin bekerja diperusahaan Abhimarta dengan jabatan yang lumayan disana sebagai staf keuangan. Tiap hari Anin akan membeli roti dari Cherly dengan berbeda-beda jenis. Kadang dua hari sekali. Dan Zulfa sudah akrab dengan Anin juga, sebab dialah yang sering mengantarkan pesanan tersebut kepada Anin.
"Ohh ya mbak nanti aku anterin. Biar aku siapkan sekarang agar nanti bisa langsung dianterin." jawab Zulfa.
"Ya sudah ayo ibu bantuin."
"Nanti tambahin gratis buat Anin ya, kalau yang lain itu buat karyawan. Nanti berikan sama Anin sendiri jangan dititipin satpam. Biar gak salah entar" ucap Cherly mengingatkan.
"Siap mbak, seperti biasa. Nanti aku chat mbak Anin deh kalau sampai sana. Biar orangnya keluar."
"Ya sudah, kami gak bisa lama. Soalnya harus ke pabrik dulu. Sekalian ke toko utama" kata Cherly.
"Ohh iya mbak silahkan" jawab Zulfa.
Hanif dan Cherly mempunyai usaha roti yang sudah terkenal. Mereka punya pabrik sendiri untuk pembuatan roti mereka. Jadi roti yang dijual murni buatan dari mereka sendiri. Toko yang ditempati Zulfa termasuk salah satu cabangnya. Kalau toko utama lebih besar yang ada dipusat kota.
Mereka pun pergi meninggalkan toko menggunakan mobil. Setelah kepergian Hanif dan Cherly. Barulah Zulfa dan bu Aida mengemas pesanan Anin. Agar nanti bisa langsung diantar. Baru saja buka sudah ada pelanggan yang membeli. Jadi Zulfa harus melayank pelanggan terlebih dahulu.
...🥀🥀🥀...
Jam makan siang pun tiba, Zulfa sudah bersiap mengantarkan pesanan Anin. Ia menggunakan motor matic milik yang diberikan Cherly khusus untuk mengantarkan pesanan. Jadi Zulfa gak perlu cari taxi untuk mengantarkan. Karna Zulfa sendiri gak punya kendaraan, setiap hari ia menggunakan taxi online untuk berangkat kuliah atau ke toko.
"Hati-hati ya neng bawanya" kata bu Aida sambil menata kantong merah besar untuk diletakkan dimotor.
"Tenang saja bu, Zulfa akan hati-hati. Zulfa pergi dulu ya."
"Iya neng hati-hati"
Lalu Zulfa melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Perlu waktu sekitar limabelas menit menit untuk sampai diperusahaan Abhimarta kalau dengan kecepatan sedang dan kalau lambat bida dampai dua puluh menit. Suasana jalanan tidak terlalu ramai. Jadi Zulfa bisa sampai diperusahaan dengan cepat.
Beberapa menit kemudian, Zulfa sudah sampai didepan perusahaan Abhimarta. Ia memarkirkan motornya, lalu membawa kantong merah besar tersebut ke dalam. Diluar dia bertemu satpam yang biasa berjaga. Ada dua satpam dan keduanya sudah kenak dengan Zulfa yang memag sering mengantarkan pesanan kesana.
"Selamat siang pak" sapa Zulfa ramah.
"Siang mbak Zulfa, mau nganterin pesenannya bu Anin ya" ucap salah satu satpam.
"Iya pak" jawab Zulfa.
"Ya sudah mbak, langsung masuk saja. Tadi bu Anin sudah berpesan sama saya kalau ada mbak Zulfa disuruh masuk saja"
"Ohh gitu, ya sudah saya masuk dulu pak"
"Silahkan mbak"
Zulfa pun langsung masuk dan menunggu dilobi depan. Tak lama Anin pun keluar dan menerima pesanannya. Zulfa menyerahkan kantong merah tersebut kepada Anin.
"Terima kasih ya Fa, uangnya sudah saya transfer langsung ke Cherly." kata Anin.
"Ya mbak sama-sama" balas Zulfa selalu dengan senyum manisnya.
Tiba-tiba saja Zulfa berasa kebelet ke toilet. Ia pun meminta izin kepada Anin untuk menggunakan toilet. Dan Zulfa juga belum tau letak toiletnya disebelah mana. Ia pun tanya kepada Anin untuk ditunjukkan jalan arah ke toilet.
"Mbak saya izin ke toilet boleh?"
"Ohh iya boleh, silahkan saja"
"Di sebelah mana ya mbak, saya gak tau?" tanya Zulfa.
"Dari sini kamu lurus nanti, nah disebelah kanan ada lift. Dan kirinya itu toilet, tapi jangan salah masuk. Ada tandanya kok toilet wanita dan pria" kata Anin menunjukkan arah yang benar.
"Ya mbak makasih, kalau gitu saya ke toilet dulu sudah gak tahan" balas Zulfa.
"Ya silahkan" Zulfa pun langsung pergi ke toilet yang ditunjukkan oleh Anin tadi.
Sementara Anin langsung kembali ke ruangannya sambil memberikan roti yang tadi dia pesan kepada karyawan lain yang kebetulan nitip sama dia.
Setelah menemukan toiletnya Zulfa langsung masuk. Selesai dari toilet, Zulfa gak langsung keluar. Ia bercermin dahulu untuk membetulkan rambutnya yang sedikit berantakan. Dalam toilet tersebut disediakan cermin yang ada wastafelnya juga. Merasa sudah rapi kembali, Zulfa pergi keluar untuk balik ke toko.
Saat Zulfa keluar dan baru saja dua langka, Zulfa kesandung tuh. Entah karna apa dia jadi oleng dan hampir saja jatuh. Beruntung ada seorang pria yang menangkapnya yang memang lewat dan ingin ke toilet. Sehingga Zulfa jatuh menabrak si pria tersebut. Pria tadi terkejut dan reflek menangkap Zulfa.
"Arrgh!!"
Buk.
Tatapan mereka saling bertemu. Beberapa detik mereka saling diam dan Zulfa masih kaget. Sehingga ia masih diam tak beranjak untuk melepaskan pelukannya. Sampai akhirnya dia tersadar dan kembali berdiri normal.
"Maaf.....Maaf......Saya gak sengaja mas, tadi saya kesandung." ucap Zulfa gelagapan dan membenarkan posisinya.
"Mangkanya kalau jalan hati-hati, matanya dipakai!" ketus pria tersebut.
Zulfa terkejut mendengar jawaban si pria. Ini juga bukan kemauannya untuk jatuh. Tau gitu tadi mendingan dia jatuh dilantai dari pada malah jatuh ke pelukam pria jutek didepannya.
"Ihh mas, saya sudah jalan pakai mata. Kalau gak jalan pakai mata lalu pakai apa? Tangan? Iihhh jadi cowok kok jutek banget" Zulfa membalasnya ketus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments