“Aihhh…..aku ini kenapa sih?” keluhnya tanpa sadar dengan kedua tangan menutupi wajahnya.
“Ada apa? Kamu kenapa Ele?” tanya Jaysen meraih tangan Emily dan tiba-tiba mendekatkan wjaahnya membuat gadis itu semakin merona merah. “Apa ada yang sakit Ele? Yang mana yang sakit?”
“Ehm...nggak kok. Nggak ada yang sakit.” jawabnya terbata-bata.
“Apa pergelangan tanganmu yang sakit ya?” ujar Jaysen lagi.Tangannya mencoba meraba mencari tangan Emily yang dibalut perban lalu menciumnya, membuat jantung Emily berdebar kencang semakin tidak karuan. Jika dia bisa, ingin rasanya dia melarikan diri dari sana dan menyembunyikan dirinya didalam selimut.
“Jaysen….aku—ngak sakit kok. Aku baik-baik saja” ucapnya gelagapan.
Sebenarnya gadis itu masih merasakan nyeri di pergelangan tangannya tapi dia tak sanggup mengatakan itu. Karena alasan itu Jaysen akan mencium dan membelai pergelangan tangannya yang sakit.
Bukan Emily tidak sanggup tapi jantungnya yang tidak kuat menahan debaran kencang karena setiap kali Jaysen menyentuhnya dengan lembut.
“Oh, tidak sakit ya?” tanya Jaysen lagi. Kali ini tangannya naik dan menyibakkan rambut Emily lalu mengelus leher gadis itu hingga membuatnya merinding. “Kalau begitu, apa lehermu yang masih sakit, hemm? Katakan padamu dimana yang sakit Ele?”
Tolong…..tolonglah jantung jangan berdetak kencang! Jantung Emily rasanya sudah tidak sanggup lagi bertahan saat Jaysen dengan lembut mengendus dan menciumi lehernya.
“Jay---sen…..” Emily terengah,mati-matian menahan agar desahannya tidak keluar.
“Hmmm? Iya Ele?” gumam Jaysen masih terus membenamkan kepalanya di leher gadis itu. Dia juga mempererat pelukannya dipinggang Emily lalu bertanya, ‘Ada apa?”
Emily tidak sanggup menjawab, dia sibuk menenangkan kembali detak jantungnya yang tidak karuan. Dia sedikit terkejut saat jaysen menyapikan jarinya di permukaan bibir Emily.
“Ele….” bisik Jaysen tepat didepan bibirnya, “Bolehkah aku menciummu, kan?” tanya Jaysen berbisik.
Jantung Emily kembali menggila, detak jantungnya semakin kencang. Dia hanya diam dan menurut saja saat Jaysen menariknya dan perlahan semakin mengikis jarak diantara mereka.
Hembusan napas lelaki buta itu terasa hangat menyapu wajahnya membuat gadis itu perlahan memejamkan matanya.
Lalu entah berapa lama waktu berlalu saat kedua insan itu saling berpelukan dan berciuman. Sampai akhirnya terdengar suara yang menyela. Suara yang sangat dikenalnya Emily. Itu suara Naura, ibu kandungnya yang berteriak kencang. ‘”APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN?”
Deg!
Flashback on
Emily tahu kalau dia tidak boleh lengah, tidak boleh! Apalagi dengan lelaki iblis yang menyerupai manusia ini. Lelaki buta itu sangat kejam dan sikapnya tidak manusiawi.
Yang lebih parahnya lagi, tak peduli bagaimana kerasnya Emily sudah mengatakan kalau dia bukan Eleanor tapi tetap saja pria itu tak percaya. Dan bahkan sekarang dia malah hanyut dalam godaan lelaki iblis itu?
Tapi, bukankah lelaki iblis itu diciptakan dengan begitu menarik? Wajahnya tampan dan pesonanya bisa memikat siapapun? Dan tampilan lelaki iblis itu memang sangat sempurna.
Meskipun Emily sangat membencinya dan mengutuk tindakannya tapi tetap saja dia terpesona dengan aura memikat lelaki iblis itu yang sulit untuk ditolak. Sepertinya dia sudah jatuh dalam jebakan sang iblis berwujud seorang pria tampan dan kaya raya.
“Sen….”
“Sssttt…..diamlah Ele! Balas ciumanku Eleanor!”
Emily berusaha menarik napas sebisa mungkin tapi tidak terlalu banyak kesempatan baginya. Melepaskan tautan bibir mereka sepertinya bukan hal yang ingin dilakukan Jaysen saat ini.
“Sen….sud----eemm----”
Tak lebih dari beberapa detik Emily sudah berusaha mengakhiri ciuman dan berusaha melepaskan dirinya tapi semua usahanya sia-sia saja.
Jaysen malah semakin bersemangat ******* bibirnya lagi dan lebih bergairah dari sebelumnya. Aneh ini benar-benar aneh. Bukankah tadi mereka sedang minum the bersama? Lalu kenapa sekarang mereka malah berciuman dengan panasnya?
Sejak memakan cemilan dan meminum teh tadi, entah mengapa perasaan Emily menjadi lebih ringan. Seolah-olah tidak ada hal yang perlu dipikirkan atau dikhawatirkannya.
Dia merasa tubuhnya jauh lebih rileks dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi dia merasa aliran darahnya semakin cepat dan perlahan-lahan dia merasakan suhu tubuhnya memanas. Dia merasakan sebuah desakan yang menginginkan pelepasan yang Emily tidak tahu apa itu.
Bahkan wajahnya semakin bersemu merah saat melihat Jaysen menjilati jarinya tadi. Bahkan dia sempat berpikiran betapa seksinya lelaki buta itu. Dan Emily merasa jantungnya berdebar lebih kencang dengan perlakuan lembut juga sentuhan yang Jaysen berikan padanya. Malah sekarang tubuhnya menginginkannya. Ada apa ini? Ini benar-benar aneh!
Emily tidak pernah menyukai lelaki menyentuhnya apalagi sentuhan lelaki iblis yang dibencinya ini. Tapi mengapa sekarang semuanya terasa berbeda? Dia merasakan tubuhnya bereaksi saat sentuhan tangan pria itu terasa dikulitnya.
Ubun-ubunnya terasa terbakar dan beberapa bagian tubuhnya bereaksi tidak wajar. Mengapa sekarang dia merasa sangat mendambakan lelaki iblis ini?
“Jay—sen----ap---apa yang…..aaahhhhh!” emily meraih tengkuk Jaysen dan merangkulnya erat saat lelaki itu menghisap kulit lehernya. Sudah bisa dipastikan Jaysen membuat stempel kepemilikan di leher gadis itu menambah jumlah bercak merah yang bertambah banyak.
“Pa----aahhhh---panas!” engahnya kebingungan dengan hasrta yang muncul didalam dirinya tiba-tiba, “Ga—gatal juha, aaahhhh! Ke---kenapa ini?”
“Yang mana yang gatal Ele?” tanya Jaysen dengan sudut bibirnya naik. “Apakah disini yang terasa gatal?” ujarnya sambil meremas sebelah dada Emily.
“Ahhh….apa yang kamu lakukan?” lirih suara Emily yang hampir kehilangan akal sehatnya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, kenapa dia malah seperti menginginkan sentuhan lelaki iblis itu?
Suhu tubuhnya terasa semakin memanas, dia merasa sangat gerah dan ingin melepaskan pakaiannya.
Sedangkan tangan Jaysen semakin meraba-raba dan meremas beberapa bagian tubuhnya yang Emily semakin kehilangan akalnya. Dia berusaha untuk menyadarkan dirinya tentang siapa lelaki yang sedang menyentuhnya itu tetapi anehnya otaknya seperti membeku tak mampu berpikir.
Yang terjadi selanjutnya justru bukan hal yang diinginkan Emily. Dia malah menikmati sentuhan demi sentuhan pria itu dan rasa panas ditubuhnya semakin menjadi-jadi.
Membuat sesuatu didalam dirinya melonjak ingin dilepaskan sesegera mungkin. Hal berikutnya terjadi adalah, Emily mulai mendesah lirih meskipun dia berusaha menahannya tapi ******* tetap keluar dari bibirnya.
“Ele, apakah kamu menyukainya? Hmmm…?”
“Hem….i---iya.” entah apa yang merasukinya sehingga dia mengiyakan ucapan pria itu.
Jaysen yang tersenyum dan merasa girang dihatinya pun mulai membuka kancing baju Emily secara perlahan tak ingin membuat gadis itu terkejut dan menolaknya. Dia ingin melakukan semuanya secara perlahan dan penuh kelembutan.
Tanpa Emily sadari, lelaki itu sudah berhasil membuka kancing bajunya dan mengeluarkan asetnya. Selanjutnya apa yang terjadi terserah pembaca aja membayangkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments