Tapi pria itu tak merespon dan tetap berjalan menjauh meninggalkan kamar yang penuh kekacauan itu. Dengan cepat Eleanor meraih jubah kimono dan menyambar kunci mobil. Eleanor tahu bahwa Danny tidak akan memiliki kesempatan jika sampai tertangkap oleh Jay.
Danny pasti akan mati ditangan pria itu. Jay memang lelaki tampan dengan berjuta pesona tapi tidak banyak orang yang tahu kalau sebenarnya dia bisa menjadi seseorang yang sangat mengerikan.
Lelaki itu sanggup menyingkirkan siapapun yang dianggapnya musuh atau penggangu tanpa pikir panjang. Tak lama kemudian sebuah mobil mewah melesat keluar dari parkiran apartemen mewah itu menyusul dua mobil lainnya yang sudah melaju. Mobil Lamborghini yang dikendarainya membelah jalanan dimalam hening itu. Dibalik kemudi tampak Eleanor menyetir dengan gelisah.
Apakah dia sanggup menghalangi Jay agar tidak bisa menangkap Danny? Bagaimanapun juga dia mencemaskan keselamatan Danny. Pria yang merupakan pacar gelapnya yang selalu memberinya kenikmatan dunia kapan pun dia mau. Lalu, bagaimana nasibnya saat harus menghadapi kemarahan Jay nanti? Hanya membayangkannya saja sudah membuat Eleanor bergidik ngeri.
Wanita itu tahu kalau Jay bukanlah orang yang mudah memberi ampunan pada orang yang bersalah dimatanya. “Sial!” umpatnya menginjak pedal gas lebih dalam dan menambah kecepatan mobilnya. “Jaysen Avshalom! Kau memang pria yang sangat mengerikan!”
Tepat pukul 02:45
Disebuah jalan raya dipinggir kota yang sepi terlihat sebuah mobil Ferrari Aperta berwarna hitam yang terguling. Mobil termahal yang hanya ada dua ratus unit itu sekarang dalam keadaan ringsek. Salah satu sisinya rusak parah dan diatas jalan beraspal itu tercetak bekas terseret. Didalamnya terlihat Jaysen yang terkulai dibalik kemudi dengan darah yang mengalir.
“A---apa dia sudah----”
Eleanor keluar dari mobilnya dan berdiri dengan tubuh gemetar. Bukan disebabkan oleh dinginnya hembusan malam meskipun dia hanya mengenakan kimono tidur yang tipis tapi karena melihat kondisi Jay. “D----dia ngak berderak sama sekali? Apa dia masih hidup? Apa yang harus kulakukan?” bisiknya dengan suara bergetar. Kedua tangannya meremas wajahnya yang ketakutan.
Penampilan Eleanor saat ini berantakan tapi dia masih terlihat menarik. “Ayo cepat pergi!” ajak Danny menghampirinya dengan tertatih.
“Ttt---tapi…...”
“Ele, ini kesempatan terakhir kita sebelum orang-orangnya datang kesini dan menangkap kita. Ayo cepat pergi dari sini.” ujar Danny sambil menahan rasa sakit ditubuhnya.
Eleanor masih terdiam, dia menyadari ucapan Danny tapi dia merasakan keraguan dihatinya untuk meninggalkan Jaysen begitu saja.
“Ayo! Jangan diam disini kalau kau mau selamat” Danny menarik Eleanor pergi dari tempat itu.
Eleanor masih sempat menoleh kebelakang sekali dan dia pun menurut saja ditarik oleh Danny. Mobilnya melaju pergi dengan kecepatan tinggi meninggalkan Jaysen dijalanan sepi itu begitu saja.
Tidak lama kemudian Jaysen mengerang dan tubuhnya perlahan bergerak. Kedua netranya mulai terbuka diantara rasa sakit di kepalanya yang berdenyut dan nyeri yang mendera sekujur tubuhnya. Jaysen berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya.
Tapi disaat yang sama terlihat ada sorot tajam dari sebuah cahaya yang menimpanya disertai suara derum mesin dan decitan ban. Saat berikutnya terdengar suara benturan keras ketika Ferrari itu terguling ditabrak.
Mahanttan, New York
Sinar mentari pagi menerobos masuk melalui tirai berwarna abu-abu muda yang melambai tertiup angin dari jendela yang terbuka. Diatas ranjang besar nan mewah sang pemilik kamar menggeliat perlahan. Sepasang matanya terbuka perlahan menampilkan mata besar yang indah.
“Emily! Bangun sayang!” terdengar suara orang memanggil dari luar pintu diiringi dengan suara ketukan di pintu kamar itu.
Dengan malas, Emily beranjak bangun dan saat itu dia menyadari ada tangan kekar yang melingkar diperutnya. “John! Kenapa kamu tidur disebelahku? Kapan kamu masuk? Siapa yang mengijinkanmu masuk? Lalu-----” Emily benar-benar kaget dengan kehadiran pria itu dikamarnya.
“Mana morning kiss-nya my queen!” potong John langsung mencium kening Emily. “Nanya kok kayak gerbong kereta api sih? Kasi kesempatan dong buat aku menjawab.”
Emily mendengus dan memasang wajah cemberut memandang wajah kekasihnya itu. Wajah John Killian yang boleh dikatakan tampan meski terkesan kalem. Rambutnya berwarna gelap dengan sepasang mata berwarna biru muda. Sikap ramahnya dan murah senyumnya yang membuat pria itu terlihat semakin memikat.
“Aku tadi berniat mau membangunkanmu. Tante Maya juga sudah memberiku ijin kok tadi untuk masuk kesini,” ujar John menarik tubuh Emily agar duduk di pangkuannya. “Lihatlah sudah jam berapa ini Nona.”
“Oh!” seru Emily memandang jam yang ada diatas nakas.
“Apa kamu bermimpi buruk?” tanya John menyandarkan dagunya di bahu Emily, “Dari tadi kamu mengerang menyebut nama Eleanor terus. Bukankah dia adik kembarmu ya?”
Emily mengangguk, “Perasaanku kok nggak enak ya? Aku merasa kalau Eleanor sedang berada dalam masalah besar. Pokoknya perasaan ku itu ngerasa nggak tenang banget.”
“Mungkin hanya perasaanmu saja. Kan kalian tuh sudah lama nggak ketemu bisa jadi kamu kangen sama. Lagian kan kalian saudara kembar, mungkin Eleanor juga kangen sama kamu.”
Dengan menghela napas panjang, Emily tak berkata apapun. Memang sudah empat belas tahun mereka nyaris tidak pernah bertemu. Bahkan bertukar kabarpun tidak pernah karena Eleanor sudah tidak pernah lagi membalas telepon maupun chat dari Emily sejak lima tahun terakhir ini.
“Apa kamu mau pulang ke Indonesia? Saat ini kita kan sedang liburan semester. Mau aku temani nggak ke Indonesia?” tanya John sambil menyibakkan rambut Emily lalu mengendusi leher mulusnya.
Emily menghela napas sambil menggigit bibir bawahnya, menahan geli lalu menggelengkan kepala. Pulang ke Indonesia adalah pilihan terakhir baginya dan sebisa mungkin dia menghindarinya untuk tidak pernah kembali kesana.
“Ahhh…..John!” desah Emily saat John menyesap kulit lehernya, membuat perempuan bermata indah itu mendongak dan bersandar dibahu John, “Geli tau!”
“Aku suka wangi tubuhmu, my Queen. You’re so sweet,” bisik John menggigit dan menjilat sekilas daun telinga Emily membuat gadis itu merasakan tubuhnya bergetar bereaksi atas sentuhan Joh. Gadis itu menggigit bibir saat tangan John menyusup masuk kedalam piyamanya dan mengelus-elus perut ratanya. Sedangkan satu tangan lagi perlahan membuka satu persatu kancing piyama Emily.
“John!” desah Emily merasakan sentuhan John yang perlahan terasa semakin intin. “John, please stop it.” ucap Emily dengan suara lirih dan berusaha menahan diri dari godaan sentuhan John
“Sssstttt...jangan berisik queen. Nikmati saja ya.” ujar John membalikkan tubuhnya sehingga mereka berdua duduk berhadapan.. Dengan tatapan saling mengunci, John melepaskan sisa kancing piyama Emily. Tangannya sudah berada di tali bra dan berniat menariknya turun saat tiba-tiba pintu kamar gadis itu tebruka.
“Emily! Ada telepon dari Naura, ibumu,” seru Maya sambil menerobos masuk, “Katanya semalam Eleanor kecelakaan. Jadi----oh!” Maya terpaku di pintu dan butuh beberapa detik baginya untuk memahami situasi dimana Emily dan John mendadak panik dan saling menjauhkan diri. Wajah Emily langsung pucat menyadari badai kemarahan yang harus dihadapinya.
Author bagiin ya visual para pemerannya
Visual JAYSEN AVSHALLOM WISESA
Visual John Killian.....pacar Emily
Visual DANNY......Pacar Gelap Eleanor
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Firdausy Dhewy
waooww keren2 visualnya thor 🤩🤩🤩
2024-08-25
0
Diajeng Ayu
ga ade ga kakak sama aja🤢
2024-04-07
1